16

4K 266 3
                                    

^Elmira POV^

Sejak kami mengetahui diriku hamil, Mas Banyu langsung gerak cepat melarang ku untuk kembali bekerja. Dengan alasan morning-sicknees ku yang berlebihan, seperti mual muntah dan pusing yang menderaku. Belum lagi tubuhku yang mendadak lemas dan tak kuat untuk berdiri di bawah cahaya mentari pagi, padahal itu bagus untuk kesehatan dan pertumbuhan calon bayiku. Namun apa daya, sepertinya bayiku ini menurunkan sifat ayahnya (menurut Mama mertua).

Mama Aryani bilang dulu saat beliau mengandung Mas suami itu sama sepertiku. Mabuk parah. Aku masih bagus menurutnya karena masih bisa bangun dari tempat tidur, sedangkan beliau sama sekali tidak. Mas suami saat masih dalam kandungan sudah membuat Mama mager. Beda saat beliau mengandung Mas Tirta, Mama sangat bersemangat bahkan tidak ada mual muntah sama sekali.

Kini seminggu sudah aku menjadi pengangguran. Hanya berdiam diri di rumah sambil mengusap perutku yang belum membuncit di temani oleh semangkuk rujak mangga dan juga segelas jus mangga. Hanya kedua makanan ini yang sanggup di terima olehku. Selain dari ini aku harus berjuang menahan sakit di leher akibat menahan muntah yang ingin keluar.

Dokter mengatakan bila aku menuruti keinginan muntahku bisa berakibat dehidrasi hingga gugurnya calon bayi kami. Dan aku tak mau itu terjadi. Jadi dokter meresepkan obat anti mual juga vitamin dan memintaku untuk selalu rajin makan cemilan setiap saat demi mencegah rasa mual dan muntahku.

Memang ini hormon kehamilan namun bila setiap saat aku muntah hingga tak ada lagi yang mampu aku keluarkan, rasanya sakit di leher juga perutku. Kalau sudah begitu aku akan menangis dan memarahi suamiku dengan mengatakan ini ulahnya menghamiliku. Dan dia hanya tersenyum maklum dan memelukku dengan erat seraya mengusap perutku. Katanya.

"Sayang, jangan bikin Mama nangis ya. Kasian Mama harus bolak balik ke kamar mandi, baik-baik di dalam sana ya."

Dan ujungnya dia akan berkata "nanti malam Papa akan jenguk kamu ya."

Heeyy Pak Suami!!

Perutku saja rasanya sudah seperti di aduk oleh mesin molen pembuat semen jalanan dan kamu masih sempat-sempatnya bilang mau menjenguk bayi???

Aku hanya mendengus mendengar kalimat terakhirnya itu sambil mencubit perutnya yang..., Oh Tuhan bolehkan kalau aku usap sebentar saja tanpa membuatnya mengerang??

Jujur saja sejak kehamilanku ini rasanya aku ingin mengikatnya di ranjang kami dan memeluknya sepanjang waktu. Entah mengapa dulu setiap kali  ia mengajak untuk bercinta, tepatnya menjebak ku untuk bercinta dengannya. Aku merasa marah, namun sekarang aku ingin dia memelukku tanpa mengenakan baju. Skin to skin

Seperti saat ini, aku menduselkan kepalaku di dadanya sambil menghirup aroma tubuhnya yang menurutku sangat wangi meski ia belum mandi. Mas Banyu hanya bisa mendesah resah karena ulahku yang tiba-tiba saja menjilat tonjolan kecil di kedua dadanya.

Ku mainkan lidahku disana sesekali aku menghisap dan menggigit nya hingga meninggalkan bekas merah. Dan aku senang mendengar erangannya setiap kali aku beraksi.

"Sayang, kamu mau godain aku ya?" Tanyanya dengan suara seraknya. Dapat ku rasakan tonjolan di bawah sana menyundul perutku.

"Gak. Aku cuma mau rasain ini aja." Jawab ku sambil menghisap kembali tonjolan kecil dadanya itu. Dan ia kembali mengerang.

"Selama ini kan kamu terus yang mainin punyaku, sekarang gantian aku yang mainin punya kamu. Aku penasaran gimana rasanya, kenapa kamu suka banget hisap ini di dadaku." Ujarku panjang lebar masih menjilat sambil mencubit yang satunya.

"Terus gimana rasanya, hm? Jangan kira kamu bakal aku lepasin setelah ini ya." Bisiknya sambil meremas dada kiriku dan gantian menghisap putingku.     

CLBK (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang