8

4.6K 360 6
                                    

21++

* * *


Shanumi terbangun di sore harinya. Ia merasakan tubuhnya remuk redam dan nyeri di area pangkal pahanya. Ia menatap sekeliling, ruangannya berbeda dengan ruangan miliknya. Jadi dimana dia??

Ia menurunkan kaki dan melangkah, namun mendesis saat nyeri itu masih terasa. Menatap tubuhnya yang hanya mengenakan kemeja putih sebatas pahanya, bahkan tanpa dalaman apapun.

"Hai, udah bangun? Masih nyeri?" Tanya Banyu saat ia keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk sebatas lutut.

"Kok aku disini? Ini dimana?" Tanya Shanumi tanpa menjawab pertanyaan Banyu.

"Di apartment, Sayang." Ucap Banyu yang berjalan menghampiri wanitanya dan mendudukkannya di atas pangkuannya.

"Apartment siapa? Mphh...!" Tanyanya sambil menahan desahan saat lehernya diserbu Banyu.

"Kita. Setelah menikah nanti kita akan tinggal disini." Jawabnya sambil kedua tangannya sibuk bekerja. Yang satu sibuk menyusup ke dalam paha Shanumi dan membelai intinya bahkan menekan klitoris Shanumi, sementara yang satu lagi sibuk memilin puting kanannya sementara mulutnya sibuk menghisap.

"Mphh, aaahh!" Desah Shanumi meremas rambut Banyu saat tubuh di kerjain oleh tangan dan juga mulut pria itu.

Shanumi melebarkan kedua kakinya dan menekuknya saat jari Banyu keluar masuk di intinya. Bahkan kini kemeja yang di kenakannya terhempas di lantai.

"Aahh! Ba-nyuu..!!" Desahnya saat mulut pria itu semakin kencang menghisap.

"A-aku mph, mau ke-keluaarr!!" Pekik Shanumi saat merasakan gelombang itu segera hadir, namun ia terdiam kala Banyu menghentikan segalanya. Ia menatap bingung Banyu.

Banyu menarik dan menurunkan tubuh ramping itu ke kasur dan melebarkan kedua kakinya, ia menunduk dan menjilat inti Shanumi hingga wanita itu menjerit, tak siap mendapati kelakuan Banyu yang "memakannya".

Shanumi semakin menjerit dan menggelinjangkan tubuhnya saat lidah pria itu bermain di intinya. Hisapan, tusukan juga cecapan diberikan oleh Banyu pada Shanumi, membuat tubuh ramping yang berkeringat itu bergerak meliuk hingga pinggulnya terangkat lalu mengeluarkan cairannya. Nafasnya terengah saat mendapat pelepasannya, ia menatap langit kamar berusaha menetralkan laju nafasnya.

Banyu mencium lembut bibirnya membuatnya juga merasakan dirinya bersamaan.

"Kamu manis dan gurih. Bikin aku ketagihan." Bisik Banyu saat menjilat sisa cairan milik Shanumi kembali di intinya.

Lalu ia memposisikan dirinya di atas tubuh wanitanya dan memasukkan miliknya. Ia mengerang saat milik Shanumi mencengkram miliknya erat. Begitu juga Shanumi, ia meremas sprei saat merasakan sesak di bawah sana.

"Kamu masih sempit Sayang, aah aah!" Bisik Banyu padanya lalu bergerak maju mundur membuat Shanumi semakin membuka lebar kedua kakinya kala rasa nikmat mulai terasa.

Banyu terus bergerak maju mundur dan berputar, mulutnya sibuk bekerja. Mencium dan menghisap yang mampu terjangkau olehnya.

"Di-di luu-aarr!! Aahh!!" Peringat Shanumi saat merasakan dirinya semakin dekat dengan pelepasannya. Dan tak lama ia menjerit saat mencapainya.
Sementara Banyu semakin cepat bergerak dan tak menghiraukan ucapan Shanumi yang memintanya buang di luar.

Dua jam lebih lamanya mereka bercinta, tepatnya Banyu menyerangnya. Kini dua insan yang hanya terbalut selimut asik tertidur setelah pertempuran pertama mereka.

Menjelang malam, Shanumi terbangun. Dengan perlahan ia melepaskan lengan Banyu yang memeluk pinggangnya dan membersihkan dirinya. Perutnya terasa sangat lapar. Bagaimana tak lapar bila lelaki yang mengaku sebagai tunangannya di depan teman kerjanya itu menyerangnya tanpa membiarkannya mengisi perutnya lebih dulu.

Tubuhnya terjengkit kaget saat lingkaran lengan Banyu hinggap di perutnya saat ia memasak makan malam mereka. Hanya ada telur nasi dan sosis, jadilah ia memasak menu nasi goreng sosis.

"Mandi dulu sana!" Usir Shanumi pada pria yang masih asik memeluk dan menghirup aroma tubuhnya.

"Temenin." Ucap Banyu manja padanya membuat Shanumi berdecak kesal.

"Mandi atau kamu gak dapat makan malam!" Tegasnya, yang langsung di jawab oleh Banyu.

"Gak papa gak dapat makan malam itu, yang penting aku masih dapat jatah "makan" yang lain." Ujarnya iseng yang malah mendapat tatapan garang dari Shanumi.

"Aku mandi dulu." Ucap Banyu menyerah setelah mendapati wanitanya berang.

Bisa beneran gak dapat jatah kalo sampe ngamuk. Bisiknya dalam hati.

Setelah yakin Banyu pergi, Shanumi mendesah lelah. Ia menunduk melihat ke arah perutnya berharap apa yang telah mereka lakukan tak akan membuahkan hasil. Setidaknya tidak dalam waktu dekat ini. Ia berencana membeli pil pencegah kehamilan sepulangnya dari tempat ini.

Makan malampun usai dan Shanumi meminta agar Banyu mengantarkannya pulang. Banyu memintanya untuk tinggal namun wanita itu kekeuh untuk pulang, dengan alasan ia tak membawa baju ganti.

Namun memang watak Shanumi keras, apapun rayuan yang di lancarkan Banyu selalu mudah di patahkan olehnya. Dan kini mereka dalam perjalanan pulang menuju rumahnya.

Sesampainya di depan rumah, mereka melihat sebuah mobil terparkir di depan rumah dengan seorang pria berdiri di samping mobilnya.

"Sha, aku mau bicara." Ucap lelaki itu yang tak lain adalah Abram.

"Kenapa sih kalian gak pernah biarkan aku untuk hidup tenang!? Gak kamu gak Ibu kamu, selalu aja ganggu!" Ketusnya dan tak memperdulikan kehadiran Abram.

"Sha, dengerin aku dulu. Aku mau bicara soal kita. Aku mohon." Pinta Abram memelas padanya.

"Mau apalagi kamu?" Tanyanya date bahkan raut wajahnya berubah dingin. Banyu hanya memperhatikan saja keadaan mereka.

"Bisa kita bicara berdua?" Tanya lagi Abram sambil melirik pada lelaki yang berada di samping mantan istrinya.

"Bicara aja gak usah bertele-tele!" Tegasnya lagi pada Abram.

"Aku mau kita bicara berdua, tentang kamu dan aku. Gak ada oranglain disini!" Desisnya menatap tajam ke arah Banyu.

Mengerti maksud Abram, dengan santainya Shanumi memeluk lengan Banyu dan memanggilnya Sayang.

"Sayang, kamu keberatan kalo aku bicara berdua aja sama dia?" Tanya Shanumi pada Banyu. Mengerti permainan, Banyu pun mengikuti alur.

"Kalau aku bilang iya, kamu marah?"  Tanya Banyu mengecup cepat bibir Shanumi di depan Abram.

"Gak, malah baby minta Papanya disini." Jawab Shanumi manja padanya.

Terlihat jelas kekagetan di wajah Abram saat mendengar ucapan Shanumi.

"Ka-kamu hamil Sha?" Tanyanya terbata. Pasalnya selama tiga tahun mereka menikah, tak ada tanda-tanda kehamilan pada diri Shanumi.

"Masalah buat Anda? Maaf jika tak ada yang ingin Anda bicarakan, Saya dan suami Saya ingin istirahat. Permisi." Ujar Shanumi serraya menarik lengan Banyu, namun Banyu menahannya.

"Stay away from her, She's mine!!" Tegas Banyu padanya dan membawa masuk Shanumi ke dalam.

Sementara tubuh Abram berjalan lunglai saat mendengar kehamilan Shanumi. Harapannya terwujud, Shanumi hamil. Namun sayangnya bukan dirinya lah yang mengisi benih dalam rahim wanita itu.











* * *

CLBK (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang