Setelah pertemuan itu sesuai dengan ucapan Banyu bila ia akan melamarnya maka kini di sebuah rumah sederhana namun luas dengan halaman yang di tumbuhi rumput yang tertata rapi, duduk dua keluarga saling berhadapan.
"Jadi bagaimana Pak Ananta, dengan lamaran anak kami. Apakah diterima??" Tanya Bapak Kusumawardana pada kepala keluarga itu.
"Bagaimana dengan anaknya saja kalo soal itu. Bagaimana Nak?" Tanya Pak Ananta pada putrinya.
"Iya Ayah, Saya terima." Jawabnya pelan namun lirih membuat Banyu menatapnya tajam. Pasalnya terlihat sekali Shanumi menjawab dengan ogah-ogahan alias seperti mau tidak mau menerimanya.
"Alhamdulillah..!!" Jawaban serentak terdengar begitu Shanumi menerima pinangan Banyu.
"Kalau begitu pernikahan akan di adakan dua minggu dari sekarang. Kamu gak keberatan kan Sayang?" Seru Banyu mengumumkan waktu pernikahan mereka yang tentu saja membuat kaget semuanya terutama sang calon mempelai wanita.
Bagaimana tidak kaget, bila selama ini saja mereka tidak pernah mendiskusikan soal pernikahan dan tiba-tiba Banyu menentukan kapan waktu pernikahan mereka.
Ya memang selama menjalin hubungan Banyu selalu mengatakan akan segera melamar dan menikahinya namun tak pernah sekalipun ia membahas soal waktu.
"Loh kok cepat banget?" Tanya Shanumi padanya?
"Kamu tenang aja soal itu aku udah pesan WO untuk acara kita. Semuanya mereka yang urus kita hanya memilih cincin pernikahan dan foto prewed aja." Jawab Banyu santai.
Mendengar itu Shanumi hanya diam tak mau lagi berkomentar. Karena rasanya percuma mengingat karakter Banyu yang keras kepala. Bahkan melebihi dirinya.
"Kalau begitu kami permisi pulang dulu Pak Ananta dan keluarga." Ucap Kusumawardhana berpamitan.
"Besok sore aku jemput kamu. Kita foto prewed di daerah sini aja. Lagian banyak tempat yang bagus kan." Bisik Banyu padanya lalu mengecup kepala Shanumi sebelum ia memasuki mobilnya dan berlalu.
Shanumi hanya diam setelah kepergian Banyu dan keluarganya. Tepukan halus di bahunya menyadarkannya.
"Ayo masuk." Ajak ibunya lalu beranjak ke dalam di ikuti Shanumi.
"Benar kamu sudah siap melepas masa sendirimu, Nak?" Tanya Pak Ananta padanya.
Shanumi menatap wajah keriput sang ayah yang meski sudah memasuki usia senja masih tersisa jejak ketampanannya.
"Iya Yah." Jawabnya lalu menunduk sambil memainkan jemarinya. Hal yang biasanya ia lakukan bila sedang resah.
"Kalau ada masalah atau kamu merasa terlalu cepat, bicarakan segera dengan nak Banyu. Jangan di pendam sendiri." Sambung ibu padanya.
"Gak papa kok Bu. Cuma tegang aja kan Numi udah lama sendiri." Ujarnya menyembunyikan keresahan hatinya pada sang Ibu.
"Ah iya bener juga. Seandainya dulu tak ada yang mencampuri rumah tangga kalian pasti sekarang Ibu sudah punya cucu yang lucu." Ucap ibu lirih menerawang, mengingat masa kelam anaknya dulu.
Meski Shanumi tak pernah menunjukkan kesedihannya namun ia tahu berat bagi putrinya melewati masa suram itu. Ia juga menyayangkan sikap mantan besarnya yang terlalu ikut campur dengan urusan rumah tangga anaknya hingga berantakan.
"Shanumi baik-baik aja kok Bu. Ibu jangan khawatir ya. Aku yakin Mas Banyu gak akan menyakiti Shanumi seperti Mas Bram dulu." Serunya dengan nada suara yang setengah berbisik di akhir kalimat.
"Ya sudah kalau begitu. Ibu hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk anak kesayangan Ibu. Ibu ingin kamu bahagia sampai akhir." Ucap ibu memeluk tubuh anaknya.
"Pelukannya kok ga ajak Ayah? Shanumi kan anak kesayangan Ayah juga." Seru sang ayah dari dalam yang ikutan berpelukan.
"Kayak Teletubies ya kita." Celetuk ibu yang di sambut tawa oleh suami dan putrinya.
# # #
Siang menjelang sore hari Banyu baru tiba di rumah keluarga Ananta. Pekerjaan yang menumpuk dan pertemuan dengan klien membuatnya harus menahan rindu untuk bertemu dengan sang pujaan hati.
Sesampainya disana Banyu segera mohon ijin pada ayah Ananta untuk membawa putrinya ke sebuah mall terbesar di kota itu. Guna membeli cincin pernikahan mereka juga memantau lokasi tempat foto prewed mereka.
"Kamu mau yang mana? Pilih aja." Ucap Banyu pada calon istrinya itu dengan tangan yang masih merangkul pinggangnya.
"Terserah kamu aja." Jawab Shanumi acuh. Merasa wanitanya masih dalam mode marah padanya terpaksa dirinya yang memilihkan. Banyu memilihkan cincin berlian biru yang berkilau dan cantik dengan lingkaran emas putih, juga sepasang dengan kalungnya.
Setelah meminta Shanumi mencobanya ia kembali memilih sebuah cincin dengan model berlian putih kecil dan memakaikannya pada jari lentiknya. Ia beralasan sebagai tanda pengikat alias cincin pertunangan mereka.
Setelahnya mereka meninjau lokasi pemotretan dan memutuskan lokasi berada di sebuah vila yang berada di puncak dengan pemandangan hamparan hijau yang membentang.
Mengejar waktu esok harinya pemotretan pun di lakukan dilokasi yang di pilih. Shanumi terlihat cantik dengan busana gaun panjang berwarna biru langit dengan tatanan rambut yang di gerai dengan ujung yang bergelombang. Sementara Banyu tak kalah tampannya dengan balutan kemeja warna senada yang lengannya di gulung hingga siku dipadukan dengan celana bahan berwarna cream. Di lanjutkan dengan berganti busana kebaya putih panjang dengan pose berdiri dengan Banyu yang juga berdiri sambil memeluknya dari belakang. Dan terakhir adalah gaun pernikahan putih panjang dengan aksen brokat. Nampak sangat cantik bagaikan putri kerajaan yang menanti kehadiran sang Pangeran.
Dengan posisi Banyu berlutut sembari menggenggam tangan Shanumi yang berdiri menghadapnya.Tiga hari mereka melakukan sesi foto prewed dan di lanjutkan dengan acara fitting baju pengantin hingga sehari menjelang pernikahan kesibukan masih menyelimuti mereka.
Sementara di kantor heboh dengan berita pernikahan pimpinan mereka dengan salah satu karyawannya membuat beberapa ada yang berdecak kagum namun ada juga yang memandang negatif pada Shanumi.
Hal yang biasa terjadi. Terlebih saat mereka mengetahui status Shanumi yang pernah menikah dan Banyu yang tiba-tiba mengumumkan bahwa mereka telah bertunangan padahal saat itu adalah kali pertama mereka bertemu. Menurut mereka hal yang mustahil bila tidak ada apa-apa di balik percintaan mereka.
Bahkan ada yang terang-terangan mengatakan bila Shanumi rela melemparkan tubuhnya demi menjadi nyonya Banyu Kusumawardhana alih-alih mereka sudah lama kenal.
Maria yang geram mendengarnya sempat melabrak yang mengatakan itu namun di buat tercengang dengan mengatakan bila berita itu bohong kenapa dirinya yang marah toh bukan dia yang di maksudkan.
"Biarin aja mereka mau bilang apa tentang gue Mar. Kenyataannya status gue yang pernah menikah emang gak bisa di ubahkan." Ucap Shanumi kala Maria melaporkan hal itu pada sahabatnya.
"Ya tapi mereka gak boleh dong bilang kalo lo buka kaki di depan si bos, Shanumi! Gue gregetan tau gak sih!!" Geram Maria mengingat segala omongan jelek tentang sahabatnya ini.
"Dahlah santai aja. Mending kita happy-happy aja sekarang. Mumpung bebas sehari dari dia." Seru Shanumi yang merebahkan dirinya di kasur mengingat bahwa ia menjalani pingitan sampai tiba waktunya hari pernikahan.
Dan kelakuan sahabatnya itu hanya di sambut tawa oleh Maria yang juga ikut merebahkan dirinya.
# # #
KAMU SEDANG MEMBACA
CLBK (End)
General FictionPerpisahannya dengan mantan suami beberapa tahun lalu membuat hati Shanumi Elmira Azzahra tertutup rapat untuk sekedar berkenalan dengan lawan jenis. Ia teramat kecewa dengan pernikahannya yang berujung perpisahan akibat campur tangan sang mertua ha...