Topeng

1.1K 123 2
                                    

Hari demi hari, kami kembali bertengkar. Tiada hari tanpa keributan. Bagaimana bisa aku bertahan kalau setiap hari aku harus berdebat dengannya? Sikapnya sekarang sangat bertolak belakang dengan sikapnya yang dulu.

"Aku tidak pernah mencampuri urusanmu, Jefri. Lalu, mengapa kamu selalu mencampuri urusanku?" Rasanya aku tidak tahan lagi hingga pertanyaan itu terlontar begitu saja.

Aku menahan pergerakannya yang ingin keluar dari mobil. Seenaknya saja dia ingin pergi meninggalkanku di saat aku belum selesai bicara.

Raut wajahnya seketika berubah menjadi datar. "Apa aku pernah mengatakan kalau aku tidak akan pernah mencampuri urusanmu? Tidak kan? Sadarlah, statusmu sudah berubah. Kamu itu ibu sambung dari anakku. Jadi, sudah sepantasnya aku membatasi ruang gerakmu termasuk kegiatanmu dan masalah pekerjaan. Bodoh sekali kalau kau tidak paham soal ini."

"Jef, tidak bisakah? Aku tidak meminta apapun darimu, bahkan sejauh ini aku tidak pernah mencampuri segala urusanmu. Tapi, mengapa kamu seperti melarangku untuk melakukan ini dan itu. Banyak sekali aturan yang harus aku patuhi seolah kamu bersikap sebagai suamiku. Kamu lupa kalau aku hanya ibu sambung dari Yuno? Untuk itu, biarkan aku melakukan apa yang aku mau. Aku tahu batasan, Jef."

Rasanya tidak tahu lagi bagaimana aku menjelaskan dengan kata-kata karena dia yang terlalu egois. Dia bukan tidak paham apa keinginanku. Aku jadi mendapatkan jawaban, sebuah alasan mengapa dirinya menikahiku. Tentu saja karena balas dendam. Mungkin, dia menginginkan aku mati secara perlahan.

"Sudah aku katakan berkali-kali. Aku tidak setuju dengan keputusan bodohmu itu. Jangan pernah mencoba untuk membantahku. Berhenti merengek seperti anak kecil untuk hal ini atau aku akan bertindak lebih padamu," ucapnya sedikit mengancam.

Setelah mengatakan kalimat panjangnya itu, dia pergi meninggalkanku dan berjalan memasuki rumah.

"Dasar egois!"

Asal kamu tahu, kesabaranku semakin menipis, Jef. Kamu menjadikanku seperti boneka yang harus patuh terhadapmu. Lakukan apa yang ingin kamu lakukan. Aku bisa pastikan bahwa aku akan bertahan semampuku.

Kita lihat saja nanti, siapa yang akan menderita setelah ini. Aku atau dia?

Kuhela napas secara kasar, mencoba untuk meredam emosiku yang semakin memuncak. Aku menengadahkan wajah ke atas guna menahan air mataku yang siap untuk terjun bebas. Air mataku terlalu berharga untuk menangisi orang seperti Jefri. Benarkan?








----------------------------

Baru saja menutup pintu, kedatangan Bu Lilis membuatku terjengit. "Ibu, ada  pesan dari Oma. Beliau sempat menghubungi Ibu sejak tadi siang tapi Ibu tidak bisa dihubungi makanya beliau menghubungi nomor rumah."

"Ada apa Oma mencariku?"

"Beliau tidak berbicara banyak. Hanya meminta Ibu atau Bapak untuk menghubungi beliau ketika sampai di rumah," jelasnya.

Aku mengangguk paham. "Baiklah. Aku akan menghubungi Oma setelah membersihkan diri. Terima kasih, Bu. Oh, iya, apa Yuno gelisah semenjak aku tinggal?"

Sejujurnya aku sempat kepikiran dengan bayi menggemaskan itu. Tak mudah mendekatkan diri kepada Yuno, apalagi Bu Lilis baru pertama kali bertemu dengannya.

Brother In Law | Jung Jaehyun ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang