Kubuka kedua mata secara perlahan, hal pertama yang aku lihat adalah langit kamar yang berwarna putih. Aku menyadari dimana aku saat ini.
Ketika mataku sudah mulai terbiasa, retinaku menangkap sosok anak kecil yang sedang menangis memanggil ayahnya diikuti dengan suara langkah kaki yang berjalan beriringan. Seorang laki-laki berlarian ke arah ranjang yang sedang aku tiduri diikuti dengan beberapa orang mengenakan jas putih di belakangnya.
Jefri, kaukah itu?
Aku tidak mengerti apa yang telah terjadi dan apa yang sedang mereka diskusikan.
Saat aku menyadari bahwa perutku sudah rata. Satu hal yang aku pikirkan. Apakah aku sudah melahirkan? Lalu di mana dia sekarang?
Setelah Dokter memeriksa kondisiku dan berbicara dengan Jefri, anak kecil itu kembali mendekatiku. Gadis belia yang sangat cantik dengan rambut sebahu, mungkin bisa diperkirakan usianya mengingajak tujuh atau delapan tahunan.
Gadis kecil itu masih setia menangis dipelukan Jefri dan memanggilku dengan sebutan Bunda.
Siapa dia?
"Bunda....." ucapnya dengan memegang lengan kiriku. Aku mencoba untuk menggapainya tapi pergerakanku masih sangat terbatas.
Jefri menurunkan anak itu dalam dekapannya. "El, Ayah pergi sebentar ya? Ayah harus mengurus administrasi kepindahan Bunda. El temani Bunda di sini dulu, jaga Bunda. Ok?" Jefri beralih menatapku, dia tersenyum kemudian mengusap suraiku pelan. "Aku pergi sebentar."
Banyak pertanyaan yang berkecamuk dipikiranku tapi rasanya aku masih belum sanggup untuk berbicara. Anak itu masih memanggil diriku dengan sebutan Bunda diiringi dengan tangisan kecilnya. "Bun-da, El sayang Bun-da. Jangan tinggalkan El juga Bunda.
Sakit, itu yang aku rasakan, anak ini menyebut dirinya El dan Jefri menyebutnya dengan sebutan El.
Elena ini kamu sayang? Lalu di mana Ayah Sena?
"Elena?" tanyaku lirih hanya sekedar ingin memastikan bahwa anak yang ada di hadapanku saat ini adalah Elena.
"Iya Bunda, aku Elena anak Ayah Sena. Bunda ingat?"
Benarkah anak ini Elena yang kukenal berumur hampir lima tahun?
Apa yang telah terjadi?
Apa ada banyak hal yang aku tinggalkan dan banyak hal yang tidak aku ketahui?
Mengapa Jefri yang ada di samping El dan mengapa El menyebutnya dengan sebutan Ayah? Lalu di mana keberadaan Kak Sena?
Di mana anakku?
Bayangan-bayangan masa lalu memenuhi isi kepalaku seperti kaset rusak yang terus berputar membuat kepalaku semakin sakit luar biasa.
Merasakan ada yang tidak baik pada tubuhku membuat El semakin menangis. "Bunda, Bunda kenapa?"
_____________________________
Hari ini dokter sudah memperbolehkan aku untuk pulang. Nyaris aku merasa asing berada di rumah ini. Tempat yang tidak banyak di rumah oleh Jefri. Bahkan tata letaknya masih sama seperti dulu. Entah aku tidak mengerti mengapa aku justru ada di rumahhya bukan kembali ke kediaman keluarga Wijaya. Kalau dipikir-pikir bagaimana bisa aku menginap di rumah mantan suamiku sendiri?
Jefri, lelaki itu tidak menjelaskan apa yang telah terjadi dan apa yang telah aku alami dengan berbagai alasan, salah satunya karena hal ini. "Kamu masih dalam proses pemulihan, akan aku ceritakan semuanya nanti."
Apa yang akan dia ceritakan sampai harus menunggu kondisiku pulih?
"Jef, di mana Elena?" tanyaku saat Jefri mendudukkan dirinya tepat di sofa ruang keluarga. Jefri mengulurkan sebuah piring berisi buah yang telah dipotong kecil ke arahku lengkap dengan garpunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother In Law | Jung Jaehyun ✔️
FanfictionSEBELUM BACA FOLLOW YUK••• Ini kisahku yang dinikahi oleh kakak iparku sendiri sekaligus mantan sahabatku dan juga mantan kekasihku. . . Perhatikan ⚠️ pada tiap judul part, mohon bijak dalam membaca. #1 Jefri (20.5.2021) #1 Brotherinlaw (26.11.2021)...