"Dek?"
Mendengar suara Kak Ten yang memanggilku, lantas aku segera melirik ke arah pintu kamar dan mendapatinya sedang menyembulkan kepalanya dari balik pintu.
Tanpa aku persilahkan masuk, kakinya sudah melangkah mendekat dan mendudukkan dirinya di atas ranjang tidurku. Aku yang sedang memakai rutinas skin care dengan spontan mengalihkan perhatianku kepadanya.
"Kakak ada perlu denganku?"
"Entahlah, hanya saja aku terus memikirkanmu setelah Oma memintamu dan Jefri untuk menikah," jelasnya membuatku mengeryitkan dahi tidak tahu harus merespon seperti apa.
"Kalau kamu merasa terpaksa, aku akan membantumu memberi pengertian kepada Oma."
Tentu aku merasa sungkan untuk menolak, aku sudah banyak berhutang budi kepada keluarga Wijaya. "Tidak Kak. Aku sudah menerimanya. Itu berarti aku sudah memikirkan semua akibat yang akan aku tanggung nantinya."
Dengan aku memenuhi permintaan Oma saja belum tentu bisa membalas budi semua jasa dan kasih sayang yang mereka berikan untukku.
Aku menatap Kak Ten yang terlihat pasrah. "Kalau karena keluarga Wijaya alasannya, kamu tidak harus melakukan ini, Alana." Kak Ten selalu tahu apa isi hati dan isi pikiranku seakan kita ini dilahirkan dari satu rahim yang sama.
"Aku tidak pernah memikirkan itu, Kak. Aku kasihan pada Yuno. Kakak sendiri kan tahu seberapa besar aku menyayanginya dan dia butuh figur seorang ibu karena aku yakin Kak Jefri bisa menjadi Ayah yang baik untuknya tapi tidak dengan menjadi Ibu pengganti untuk Yuno. Kak Ten tahu kan seberapa parah kecanduan pria itu terhadap pekerjaan?"
"Kau benar dan aku sependapat denganmu. Tapi bagaimana dengan kekasihmu, Mark?"
Aku memperlihatkan senyumku, mencoba untuk meyakinkan Kak Ten bahwa kami akan baik-baik saja. "Mark, meskipun dia lebih muda dariku justru dia yang lebih dewasa di antara kami. Aku yakin dia akan mengerti. Jadi, Kak Ten tidak perlu mengkhawatirkan aku. Aku akan baik-baik saja selama Kakak selalu mendukungku."
"Katakan padaku jika dia berperilaku buruk kepadamu nanti," perintahnya dan yang pasti harus ku ingat dan harus aku turuti.
"Tidak akan. Kak Jefri selalu baik." Aku terkekeh guna menutupi kebohongan yang telah aku buat. Nyatanya berbanding terbalik, Jefri tidak pernah berbuat baik kepadaku.
"Jangan mencoba membohongi kakakmu, meskipun aku jarang di rumah tapi aku mengetahui sikapnya terhadapmu. Jangan pernah sungkan untuk meminta bantuan kepadaku, Al."
"Baiklah. Bisakah Kakak keluar dari kamarku sekarang? Adikmu ini sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Lee Taeyong di dalam mimpi," ucapku menghampirinya.
"Baiklah. Baiklah. Jangan terlalu banyak bermimpi Nona, akan sakit jika kau terjatuh nantinya."
Aku tertawa melihat tingkahnya yang hampir terjungkal dari ranjangku karena dia mencoba menangkis pukulan dari bantal yang kulemparkan ke arahnya barusan.
"Alana?" Oma memanggilku dari balik pintu kamar setelah kepergian Ka Ten.
"Iya Oma?"
Oma menutup pintu kamarku dan mendudukkan dirinya tepat di sisi ranjang, dengan sigap aku memeluk tubuh rentanya dari samping.
"Apa ada yang mau Oma bicarakan?" Oma mengeratkan pelukannya dan mengusap lenganku lembut.
"Katakan, kau merasa terbebani dengan permintaanku untuk menikah dengan kakak iparmu?" Aku menatap wajah Oma, menelisik matanya. Mengapa dengan kakak dan Oma? Bukankah sudah aku katakan bahwa aku sudah bersedia untuk menikah dengan Jefri.
"Tidak. Aku sangat menyayangi Yuno, Oma. Aku tidak tega melihat dia tumbuh tanpa seorang ibu di sisinya."
"Kau memang cucuku. Oma menyayangimu. Jika kamu merasa kesulitan jangan sungkan untuk bilang kepadaku, apapun itu, aku pasti akan membantumu."
"Terima kasih Oma. Aku sangat menyayangimu."
"Baiklah. Kau bisa tidur sekarang. Oma hanya menanyakan soal itu padamu." Oma menarik selimutku sampai batas dada dan mematikan lampu kamar.
"Oma? Apa Oma tidak mencoba menjodohkan Kak Jefri dengan wanita lain?" tanyaku penasaran.
"Mengapa kamu menanyakan ini? Apa kamu berubah pikiran?"
"Bukan seperti itu. Hanya saja, aku...."
"Dia yang menolaknya. Sebelum aku memintanya untuk melakukan turun ranjang denganmu, dia menolak wanita yang aku judohkan. Padahal aku tahu mereka sudah saling mengenal. Kau mengenal Rosemarrie atau Rosie?"
"Tidak," jawab ku jujur karena semenjak aku tidak menjadi sahabat Jefri, aku tidak mengetahui siapa saja pacar dan teman-temannya selain Jani, Tian dan Chandra.
"Baiklah. Selamat tidur sayang."
"Good night Oma," kataku. Oma pun mengangguk lalu menutup pintu kamarku kembali.
Aku menatap langit-langit kamar dalam kegelapan. Sungguh rasanya masih tidak percaya jika aku akan menikah dengan Jefri — sahabatku sendiri. Ah, tidak maksudku mantan sahabatku sekaligus mantan kekasihku dulu.
Tanganku tergerak untuk mengambil ponsel dan mengetikkan sesuatu di web browser, sekedar untuk mencari beberapa artikel tentang "turun ranjang" karena aku sendiri masih tabu dengan hal ini.
Turun Ranjang menjadi kontroversial karena bagi sebagian orang, turun ranjang kendati punya maksud baik semisal mencegah zina, tetap saja ada perasaan "aneh" jika harus menikah dengan ipar. Apalagi banyak yang menganggap hal itu sebagai bentuk pengkhianatan.
Penghianatan?
Betul juga.
Apa Kak Luna akan merestuiku menikah dengan Jefri?
Apa kata orang nanti?
Apa aku harus berbicara dengan Jefri terlebih dahulu untuk bertukar pikiran karena aku takut jika keluarga kami jadi bahan gunjingan orang-orang.
Ya benar, sepertinya aku harus berdiskusi untuk membicarakan soal ini dengannya.
Dengan gesit aku membuka room chat messages dan mengirimi pesan kepada Jefri. Biar bagaimana pun dia tetap kakak iparku, meskipun mantan kakak ipar tetap saja aku harus menghormatinya kan?
Kak Jefri
Kak, kau dimana?
Kak Jefri
Bukan urusanmu
Sudah ku katakan jgn mengganggu hidupku
Aku menikahimu karena Yuno
Hanya sbg ibu sambungnya.
Sampai sini paham?Kita perlu bicara
Jefri
Apalagi?
Apalagi yg perlu dibicarakanTentang pernikahan
Jefri
Kamu tdk perlu bersusah payah
Biar aku yg mengurus semua
Tugasmu hanya mengurusi Yuno
Kau itu bukan gadis bodoh yg tdk paham apa maksudkuCoba kalian lihat ketikan jarinya, jahat bukan? Kalau kalian jadi aku, apa yang akan kalian lakukan? Melanjutkan pernikahan gila ini dengan Jefri atau menikah dengan Mark dan ikut ke Canada bersamanya?
Sungguh rasanya sangat lelah dan ingin menghilang. Aku tahu betul Jefri bersikap seperti itu karena kesalahanku di masa lalu.
"Jika kamu tetap memaksaku untuk melakukan ini, sungguh, aku akan membencimu seumur hidupku, Alana."
Kalimat itu selalu terngiang-ngiang di pikiranku hingga membuat sesak. Apa sudah tidak ada kata maaf bagimu untukku? Sepertinya tidak, dirinya terlanjur kecewa dan sakit hati atas keputusan gilaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother In Law | Jung Jaehyun ✔️
FanfictionSEBELUM BACA FOLLOW YUK••• Ini kisahku yang dinikahi oleh kakak iparku sendiri sekaligus mantan sahabatku dan juga mantan kekasihku. . . Perhatikan ⚠️ pada tiap judul part, mohon bijak dalam membaca. #1 Jefri (20.5.2021) #1 Brotherinlaw (26.11.2021)...