Pertemuan

1K 119 0
                                    

Kehadiran Jefri dan wanita yang aku temui di cafe beberapa hari yang lalu membuatku merotasikan mata malas. Aku menepuk pelan punggung Bu Lilis, bukan bermaksud untuk mengusirnya tetapi mencoba mengingatkan beliau bahwa beliau sudah ada janji dengan putrinya.

"Bu, sudah waktunya Ibu pulang. Suamiku sudah pulang, lebih baik Ibu juga pulang sekarang. Bukankah Ibu ada janji dengan anak Ibu?"

"Ah iya, hampir saja saya melupakannya. Terima kasih Bu Alana karna sudah mengingatkan. Saya permisi dulu Bu, Pak Jefri," pamit Bu Lilis.

"Iya, berhati-hatilah saat di jalan Bu. Tolong sampaikan salamku untuk putri Ibu ya?" Aku tersenyum menatap kepergian Bu Lilis dan kembali fokus pada Yuno.

Ku lirik Jefri yang juga sedang menatapku. Aku tahu apa yang sedang ingin dia bicaralan. "Biarkan aku menidurkan Yuno dulu, baru kita bicara. Kamu bisa bersenang-senang dengannya terlebih dahulu," sarkasku lalu melangkah meninggalkannya dengan wanita yang belum ku ketahui namanya itu.

"Marrie, aku titip anakku sebentar."

Bisa-bisanya dia menitipkan Yuno pada orang lain? Semudah itukah dia percaya?

Aku menepis tangan Jefri yang mencoba menghalangiku. "Tidak perlu. Aku Ibunya. Biar Yuno menjadi urusanku lagipula aku tidak mau wanita ini memegang Yuno karena aku tidak percaya dengannya, bisa saja dia berniat untuk mencelakakan Yuno, Jef."

"Kamu ini bicara apa?! Aku mengenalnya, tidak mungkin jika Marrie membuat Yuno celaka!"

"Who Knows? Apa salah jika aku ingin yang terbaik untuk anakku?"

"Dia anakku. Berhenti di situ! Atau aku akan—" Suaranya tertahan ketika melihat Yuno menangis. Aku menepuk pelan punggung Yuno ketika dia mulai bergerak tidak nyaman sedari tadi saat Jefri berteriak kepadaku.

"Ayah macam apa yang membawa pulang wanita lain ke dalam rumah? Meskipun Yuno masih kecil dia bisa merasakannya Jef. Kau tidak tahu sejak tadi dia merasa gelisah kan? Kita bicarakan nanti. Lanjutkan saja apa yang ingin kamu lakukan di kamarmu bersama wanita yang kau bawa ini."






---------------------------------




Yuno menangis sedari tadi membuatku lelah dan tidak tahu harus melakukan apa untuknya. Aku mencoba membawanya keluar rumah sebentar, mengajak dirinya untuk  membeli susu formula karena persediaan susu formula di rumah sudah menipis.

Baru saja menapaki tangga di lantai terakhir. Suara laknat yang keluar dari wanita itu terdengar jelas di telinga. Aku melirik pintu kamar Jefri yang tertutup rapat.

"Ahh, Jefri ini terlalu sa-kit."

Ku langkahkan kakiku dengan cepat menjauhkan Yuno dari sana. Sifat Jefri bisa dengan mudah kembali ke masa lalu. Tidak mudah membuat seseorang berubah. Dia bisa saja mempermainkan hati wanita sama seperti dulu.

"Bunda berdoa agar sifatmu tidak seperti Ayahmu kelak."

Aku berjalan gontai menuju mini market terdekat karena udara cukup dingin malam ini. Rasanya tidak mungkin aku bisa meninggalkan Yuno di rumah bersama Jefri yang sedang melakukan kegiatan malamnya.

Bodoh, hampir saja aku mencelakakan Yuno. Bisa- bisanya aku melamun saat sedang menyebrang jalan?

Seseorang yang hampir menabrakku pun mulai mendekat. Aku tidak bisa melihatnya dengan jelas karena penerangan di tempat ini cukup gelap.

Brother In Law | Jung Jaehyun ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang