Dia Jefri

1.3K 117 0
                                    

Halo, bagaimana aktivitas kalian hari ini?

Semoga semua berjalan dengan keinginan kalian ya. Anyway, aku akan menceritakan kenapa aku bisa menjadi sahabat sekaligus kekasihnya Jefri.

Kali ini aku akan bercerita tentang kisah yang terjadi beberapa tahun silam. Setelah mengetahui semua ceritaku, aku yakin kalian pasti bisa menilai dengan obyektif.

Tidak seperti mahasiswa pada umumnya yang mengerjakan tugas di perpustakaan. Aku lebih memilih mengerjakannya di rooftop fakultas karena merasa nyaman berada di sana dibanding di tempat yang lain.

"Tidak ke kantin?" tanya seseorang pada saat itu yang ternyata dia adalah Jefri.

"Jefri."

Dia memperkenalkan dirinya padaku, tak lupa mengulurkan tangannya seolah ingin berjabat tangan. Aku hanya bungkam dan membereskan buku-buku yang sempat aku keluarkan tadi lalu berniat untuk pergi dari sana detik itu juga.

Dasar bodoh, apakah dia mengira aku tidak mengenalnya? Jefri Adhitama Pradipta— mahasiswa semester empat dengan sejuta pesona dan kegilaannya.

Rasanya tidak mungkin jika aku tidak mengenalnya. Dia merupakan mahasiswa yang cukup famous di kalangan mahasiswi di kampus tempatku menimba ilmu.

Bagaimana aku tidak menyebutnya gila pada saat itu. Selain dia yang memiliki sejuta pesona. Dia juga memiliki segudang wanita. Entahlah, aku juga tidak habis pikir mengapa banyak wanita yang mau dengannya yang jelas-jelas sudah memiliki banyak kekasih.

Lalu, apakah aku seperti mereka yang mengelu-elukan seorang Jefri?

Tentunya tidak.

Aku bukan termasuk ke dalam wanita-wanitanya itu.

"Hey, kamu mau ke mana Alana?"

Sejenak aku berpikir lalu beralih menatapnya untuk mencari tahu dari mana dia bisa mengetahui namaku kala itu.

Raut wajahnya berubah. Dia tersenyum menatapku yang sedang kebingungan. "Alana Syifa Wijaya, aku tahu semua tentangmu jadi jangan sungkan kepadaku karena mulai saat ini aku sahabatmu."

"Dasar gila."

Ya, tentu saja aku mengumpatinya sedangkan dia hanya terkekeh melihat respon dariku. Aku rasa laki-laki yang sedang ada di hadapanku saat itu benar-benar gila.

Sudah kuceritakan di awal bukan? Aku tidak memiliki banyak teman, temanku saja bisa dihitung dengan jari. Dan aku tidak mengerti alasan mengapa Jefri dan teman-temannya selalu menggangguku. Bukan untuk mengganggu dalam artian negatif seperti aku di "bullying" oleh mereka melainkan mereka selalu membantuku sejak saat Jefri menganggapku sebagai sahabatnya.

Semenjak aku dicap sebagai sahabat Jefri. Hidupku di kampus menjadi suram. Setiap hari ada saja kelakuan para penggemar Jefri, misalnya menitipkan makanan kepadaku untuk Jefri dan berakhir Jefri yang akan membuangnya atau mereka yang memintaku untuk memberikan titipannya kepada Jefri dengan dalih semua itu dariku dan terbukti Jefri akan memakan semuanya atau menyimpannya seraya berkata. "Terima kasih Al. Aku sangat menyukainya."

Tidak hanya disitu saja, setiap pagi aku menemukan lokerku penuh dengan banyak sampah. Saat itu aku berusaha menutupinya dari Jefri, sialnya Jefri mengetahuinya karena Chandra yang tidak bisa menutup mulut.

Setelah dia mengetahui kejadian itu, selama dua hari Jefri marah. Dia sama sekali tidak mengajakku berbicara, tidak mengajakku pulang bersama dan tidak menjemputku.

Tenang, aku bersikap sewajarnya karena memang menurutku masalah itu tidak perlu diperbesar hingga Jefri sendiri yang akhirnya meminta maaf kepadaku.

Sebagai seorang sahabat, apa aku tidak mengajaknya atau menegurnya agar dia mau menghilangkan kebiasaan buruknya untuk tidak memainkan hati wanita?

Brother In Law | Jung Jaehyun ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang