Keputusan

1.2K 126 3
                                    

Aku mendongak ketika Jefri mengulurkan secarik kertas dan pulpen ke arahku sehabis kami sarapan bersama. "Apa ini?" tanyaku tak mengerti.

"Kamu bisa membacanya dengan jelas bukan? Aku sudah menandatanganinya dan sekarang giliranmu."

Jika kalian berpikir secarik kertas yang diberikan oleh Jefri adalah surat cerai, kalian salah besar. Kalau saja Jefri memberikan surat itu padaku, tanpa bertanya lagi aku pastikan segera membubuhi kertas itu dengan tanda tanganku asal dia mau memberikan hak asuh Yuno ke tanganku.

Sumpah, rasanya aku ingin berpisah darinya. Aku sudah tidak sanggup berada di dekatnya lagi.

Tentu, aku melakukan aksi protes setelah membacanya. "Untuk apa ini, Jef? Jangan bergurau. Pernikahan tidak selucu itu. Apa kamu berpikir bahwa pernikahan seperti bekerja atau tempat menuntut ilmu yang penuh dengan aturan?"

Dari mana dia memiliki pikiran untuk melakukan hal ini? Aku tidak habis pikir.

"Dan ini? Semua poin yang kau jelaskan sama sekali tidak meguntungkanku. Sadar diri usiamu sudah tidak muda lagi. Kamu ini sudah menjadi seorang Ayah. Bisakah kita bersikap biasa-biasa saja? Jangan melarangku untuk melakukan sesuatu hal yang aku sukai dan jangan menuntut aku untuk melakukan sesuatu yang kamu inginkan. Ingat kataku semalam kan? Aku sudah muak dengan tingkahmu. Jadi,  jangan biarkan aku berada di titik itu," jelasku dengan napas memburu.

Jefri yang kukenal dulu banyak berubah. Apa sebetulnya aku tidak pernah tahu sifat aslinya selama ini? Mungkin saja dia menggunakan topengnya selama bersamaku.

"Oh iya, Tian sudah menyetujui proposal yang aku berikan padanya." Raut wajahnya seketika berubah. "Tidak perlu terkejut kalau nantinya kamu akan melihatku ada di sana," jelasku lagi. Dapat ku lihat dia sedang marah terlihat jelas dari tangannya yang mengepal kuat.

Aku tahu betul Jefri paling benci ketika ada yang membantah ucapannya. Untuk kali ini aku tidak akan membiarkanya bertindak egois dan memonopoliku.

Aku berhak bahagia kan?

Baru saja ingin beranjak dari hadapannya, suara Jefri kembali terdengar. "Tetap diam di situ. Aku belum selesai bicara!"

Aku mendudukkan kembali tubuhku sembari menatapnya dengan sengit. "Apalagi?!"

"Kali ini, aku akan membiarkanmu untuk bekerja dengan Tian. Tapi setelah ini, aku pastikan kamu tidak akan keluar rumah jika tanpaku."

"Jangan bertindak berlebihan atas diriku, Jef. Ini tubuhku. Hanya aku yang berhak atas diriku sendiri, bukan kamu yang hanya berstatus sebagai suamiku. Hari ini aku akan membawa Yuno bertemu dengan teman lamaku. Aku akan pergi dengan atau tanpa ijin darimu."

Jefri menggebrak meja membuatku terlonjak kaget. "Alana! Bisakah kamu menjadi penurut?! Jangan membuatku kesal dan bertindak lebih padamu."

Wah, hebat, siapa sebenarnya di sini yang membuat kesal? Bukankah dia yang selalu menabuh genderang perang kepadaku? Tentunya aku tidak terima dengan ucapannya barusan.

"Kamu pikir aku tidak kesal? Coba kita bertukar posisi. Kamu yang jadi aku sekarang? Untuk apa kamu menikahiku kalau hanya ingin membalas dendam? Kalau kamu menginginkan nyawaku, aku akan berikan padamu dengan cuma-cuma, Jef. Sedari awal tujuanmu menikahiku memang ingin menyiksaku secara perlahan kan? Selamat Jefri. Selamat karena kamu sudah berhasil menjadikanku seperti Alana yang dulu."

Kamu telah menjadikanku kembali ke masa itu. Dimana Alana yang tidak pernah peduli terhadap keadaan sekitar, Alana yang begitu pendendam dan Alana yang tidak kenal dengan kata maaf. Sialnya, Aku mulai membencimu, Jef.






--------------------------------------


Taman Montana merupakan sebuah taman yang menjadi tempat pertemuan favoritku bersama seseorang di masa lalu. Kalau dikatakan apakah aku masih menyukainya, mungkin aku akan menjawab tidak tahu. Aku merasa gamang apakah rasa itu cinta atau hanya sekedar rasa kagum, mengingat sudah lama sekali aku tidak bertemu dengan Kak Sena.

Brother In Law | Jung Jaehyun ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang