PART 11

1K 139 9
                                    


About Febby.

Typo bertebaran.

PLAK

Ami menampar Putia, ia tidak terima cucunya dianiaya. Apa lagi Febby sedang sakit. Ami sangat marah saat menyaksikan langsung di depan matanya. Tadinya Ami sempat tidak percaya, mengabaikan info dari tetangganya jika menantunya selalu menyiksa cucunya. Ternyata benar apa kata tetangga sebelah rumahnya. Putia sangat kejam, memperlakukan Febby seperti binatang.

Ami juga sudah mendengar jika Putia yang sering menyuruh Febby berjualan donat. Orang yang membuat donat, di kira Ami mengetauinya jika Febby berjualan. Ami tak abis pikir dengan perlakuan menantunya. Benar-benar tidak ada hati sama sekali. Entah hatinya terbuat dari apa?

Sungguh Febby masih sangat kecil, di suruh mengerjakan pekerjaan rumah dan berjualan donat. Seharusnya seusia Febby bersekolah, belajar dan bermain dengan teman-temannya. Beda dengan Febby yang harus menderita. Dari pertama lahir hidup Febby sudah menderita. Sungguh malang nasibnya.

"Jadi selama ini kamu memperlakukan cucuku seperti binatang, hah! Harusnya kamu mikir dirimu itu siapa? Masih untung putra saya tidak meninggalkan mu karena kamu mandul tidak bisa hamil. Sombong sekali kamu. Ini lah kenapa Tuhan tidak segera memberi mu keajaiban untuk mengandung? Karena apa? Karena kamu tidak layak untuk di beri keturunan." Papar Ami begitu murka. "Perempuan mandul saja sombong." Ucap Ami lagi sebelum menggendong Febby.

Putia tersinggung dengan ucapan Ami, dengan berani Putia menarik tangan Ami dan menamparnya.

PLAK

"JANGAN PUKUL NENEK FEBBY. HIKZ HIKZ HIKZ. BIBI JAHAT BIBI JAHAT." Teriak Febby sembari menangis histeris..

Ami terkejut dengan sikap Putia yang begitu berani. Ia tersenyum meremehkan dan berkata, "kedua mata putra ku telah buta karena cinta. Wanita seperti ini kah yang di dambakan dari dulu! Aku harap Likin cepat sadar dengan sikap buruk mu itu Putia. Saya adalah orang tua Likin, Ibunya dan kau siapa? Hah! Menantu yang berani menampar mertua!" Kata Ami penuh penekanan.

Ami menggendong Febby, melangkah ke pintu ingin keluar. Sebelum melewati pintu keluar, Ami kembali berkata, "suatu saat Tuhan pasti akan membalas kejahatan mu terhadap cucu ku, camkan itu putia." Ucap Ami melangkah keluar. Sakit rasanya, nyeri jika harus pergi dari rumah sendiri. Ami hanya ingin menyelamatkan cucu satu-satunya. Dari lahir Febby sudah memderita, Ami tidak mau cucunya terus-terusan menderita. Di tambah penyakitnya yang semakin parah. Ami tidak tau dengan cara apa lagi supaya cucunya lepas dari penyakitnya. Yang Ami inginkan Febby cepat sembuh,  biar tidak merasakan sakit terus. Hatinya pun ikut sakit.

Keputusan Ami sudah bulat ingin meninggalkan rumahnya. Memang itu rumah buat Likin putra sulungnya. Soal menantunya biarkan saja, biar Likin sadar sendiri. Membuka kedua matanya.

Ami tidak peduli walau di luar sedang hujan rintik-rintik. Yang penting Ami ingin pergi bersama cucunya. Entah mau kemana Ami tidak ada tujuan. Berjalan terus di trotroar sembari menggendong cucunya.

"Nenek kita mau kemana?"

"Kita mau pergi nak, kita tidak tinggal di rumah Nenek lagi. Bibi jahat sama Febby. Febby kenapa tidak pernah bilang kalau Bibi Putia jahat sama Febby, hem?"

"Bibi bilang nggak boleh bilang, nanti Febby tidak di kasih makan kalau bilang Nenek sama Paman." Cicit Febby.

Tiba-tiba kepala Ami pusing, jika terkena air hujan Ami selalu pusing. Ami pergi tidak membawa apa-apa,  baju pun tidak.  Hanya baju yang ia pakai, bahkan uang pun Ami tidak membawa banyak.

"Nenek Febby lapal."

"Kita cari makan dulu ya!" Kata Ami menahan kepalanya yang semakin pusing. Ami masuk ke toko roti atau Bread tall. Membeli roti buat Febby makan. Jika membeli nasi takutnya uang yang di bawa tidak cukup. Ami berencana mau membeli baju buat Febby. Febby tidak tau bahwa bread talk  ini milik orang yang ia temui tempo hari.  Orang yang memborong donatnya agar uangnya buat membeli obat. Tetapi orang itu tidak ada, hanya ada dua orang paruh baya.

HE'S MY SON // Season02Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang