"Aow aow aow aargh!"
Teriak Stella kesakitan, ketika ia ingin masuk kedapur kening dan pipi sebelah matanya terkena pintu lemari makanan ringan. Pintunya di bagian pinggiran terbuat besi seperti etalase. Rey yang berada di ruang kerjanya segera berlari menuju ke dapur saat mendengar teriakkan Stella. Sampai di dapur Stella sudah menangis sesenggukan sembari menatap wajahnya di cermin.
"Sayang. Apa yang terjadi? Kamu ngapain, hem?" Kedua mata Rey membulat ketika Stella berbalik menatap Rey. Wajahnya basah penuh air mata. Tapi yang membuat Rey panik saat melihat kening dan pipi Stella terluka dan ngeluarin darah. Keningnya luka kecil tapi dalam. Luka pipinya memanjang tidak begitu dalam. Namun, darahnya banyak yang keluar.
"Kamu ngapain? kenapa bisa terluka gini?" Kata Rey sembari menuntun pergelangan tangan Stella.
"Aku mau ambil tisu, nggak lihat pintu lemari ini masih ke buka. Aku buru-buru," lirih Stella.
"Kamu bisa nggak sih hati-hati, hem? Lihat berdarah ini. Wajah mu terluka lagi," ujarnya seraya mengelus pipi Stella yang berdarah. "Rika. Rosi." Teriak Rey memanggil Rika. Namun, tidak ada sautan. Stella semakin terisak, merasakan perih di kening dan pipinya. "Rika. Rosi. Ambilin P3K cepat!" Titah Rey kesal karena sedari tadi tidak ada orang yang menyauti teriakannya.
"Ini Mas Rey P3K nya. Maaf Mas nunggu lama. Astaga Mba Stella kenapa? Itu kenapa bisa terluka gitu. Pasti sakit ya Mba!"
"Tidak usah banyak tanya, tadi kamu kemana? Kenapa pada menghilang semua? Lihat istri saya terluka." Kesal Rey memarahi Rosi.
"Maaf Mas Rey. Tadi saya sedang mandi." Cicit Rosi sembari menunduk.
"Di sini banyak orang. Bukan cuma kamu. Yang lainnya kemana?"
"Mereka sudah pada kebelakang Mas Rey. Mereka kira ini sudah waktunya jam istirahat jadi kita ke rumah belakang untuk istirahat." Tutur Rosi menjelaskan. Rosi benar, jika sudah pukul sepuluh atau sebelas. Semua para ART pergi kerumah belakang. Rumah kusus buat para pekerja-pekerjanya. Rika, Rosi, Nenik, Ela, ketiga tukang kebon dan keempat security. Mereka tinggal di rumah belakang dekat taman. Rey sengaja menyiapkan rumah kecil untuk mereka. Sedangkan kamar Lia di sebelah kamar tamu. Karena Lia pengasuh Reyent.
"Tidak apa-apa Rosi. Kamu boleh kembali ke belakang dan istirahat." Titah Stella sembari terisak. Rosi pun mengucapkan kata maaf dan terima kasih. Lantas ia pergi ke rumah belakang.
Rey mengobati wajah Stella, pertama membersihkannya dengan alkohol dengan pelan. Stella menjerit pelan karena merasa perih di bagian lukanya. Rey meniupnya sembari mengolesi betadin agar cepat kering. Tangis Stella semakin kencang. Terisak sembari bersandar di dada Rey.
"AOW ARGH. SAKIT REY. HIKZ HIKZ. HU HU HU." Terianya seraya meraih ponselnya.
"Ssssttt. Di obati biar nggak infeksi." Kata Rey sembari membuka plester.
"Aku mau call Ibu. Hikz hikz hikz." Rengek Stella di tengah tangisannya. Darmi memang sedang pulang kerumahnya yang di Kapuk karena ingin melihat tanamannya yang di belakang rumah. Sebenarnya Darmi dan Ruslan sudah tinggal bersama di rumah putri angkatnya. Di tambah anak-anaknya sudah pada berkeluarga jadi Ruslan dan Darmi kesana-kemari ke rumah putri dan putranya menemui cucu-cucunya.
"Stella kenapa Nak?" Tanya Darmi ketika melihat putri angkatnya menangis.
"Ibu wajah Stella luka. Hikz hikz hikz. Sakit Ibu. Perih." Lirih Stella mengadu sama Darmi.
KAMU SEDANG MEMBACA
HE'S MY SON // Season02
Romantizm🔞 WARNING 🔞 Reyent Bintang Nugroho Digantara yang biasa di panggil Reyent. Bocah kecil yang lucu, gemasin dan pintar kini sudah beranjak dewasa. Tidak terasa waktu begitu cepat. Baru kemaren serasa merayakan ulang tahun yang ke 2 tahun. Kini usian...