PART 21.B

899 119 3
                                    

Stella segera mengahampiri putranya ketika mendengar rengekan Reyent. Ia melepas sepatu dan seragam Reyent. Menggantinya dengan baju tidur panjang. Menempel kool fever di kening dan leher bagian belakang. Lalu, Stella terbaring agar Reyent kembali tidur. Rey juga ikut terbaring di sebelah putranya sembari mengusap kepalanya. Saat ini mereka sudah berada di kamar Reyent. Reyent pun kembali terlelap, tidur di pelukan Pipi-Miminya.

Reyent tidurnya sangat nyenyak, mungkin karena tidak enak badan jadi nyenyak tidurnya. Beberapa jam kemudian Reyent terbangun kembali menangis. Rey menggendongnya, melangkah keluar. Stella sedang menuangkan bubur buat makan Reyent. Bubur yang Lia masak tadi. Hanya bubur plain.

"Baby boy mamam bubur dulu ya!"

Rey duduk di kursi sembari memangku putranya. Stella menyuapi buburnya, di campur sedikit gula merah. Akan tetap Reyent menggeleng tidak mau, dia nggak nafsu makan. Stella memaksanya, menyuapinya pelan-pelan. Namun, Reyent batuk-batuk. Reyent menangis karena tenggorokannya sakit.

"Ok, ok!" Kata Stella sambil memeluknya dan mengelus dada dan punggungnya. Reyent kembali batuk sambil menangis.

"Baby boy jangan nangis terus ok! Tuh kan batuk!" Ucap Stella dengan lembut, memperingatkan putranya jangan menangis agar tidak batuk.

"Sakit Mimi. Sakit Mimi." Lirih Reyent pelan sembari memegang tenggorokannya. Reyent kembali batuk dan muntah-muntah. Semua di keluarin sehingga Reyent terkulai lemas karena makanan yang di makannya di keluarin semua. Reyent tidak hanya di serang demam, tapi batuk juga sampai isi perutnya di muntahin. Entah apa yang di makan kemaren ketika pergi sama Revy?

Stella tertegun melihat putranya muntah-muntah mengenai tubuhnya. Tubuh Reyent juga kena. Tangis Reyent semakin kencang. Stella tidak tega melihat putranya seperti itu. Biasanya jika sakit Reyent tidak pernah seperti ini. Kedua matanya berkaca-kaca. 

"MIMI, MIMI, GENDONG MIMI, GENDONG. SAKIT MIMI, SAKIT." Teriak Reyent di tengah tangisannya. Kedua tangannya melambai-lambai minta  gendong.

"Rey gimana ini!?" Gumam Stella sembari membersihan badan Reyent dengan tisu basah. Lalu, membasuhnya dengan air hangat.

Rey meraih Reyent dari kursinya, di gendongnya dan di elus-elus punggungnya.

"Lia ambilin baju ganti Reyent sama jaketnya." Titah Rey. "Sayang ganti pakainmu kita ke dokter kids sekarang." Stella mengangguk.

Kini Rey dan Stella sudah berada di ruangan dokter kids. Reyent sedang di periksa oleh dokter yang bernama Leo. Kata dokter, Reyent gejala radang tenggorokan. Tenggorokan Reyent pada bintik-bintik merah. Itu sebabnya Reyent batuk dan muntah.

Makanya Reyent merasakan sakit pada tenggorokannya. Pembengkakan pada amandel serta jadi merah. Ada bintik merah kecil melebihi dari satu di belakang atap mulut. Sulit bila menelan. Pembengkakan pada gelenjar getah bening leher. Di barengi demam, sakit kepala, serta tubuh merasa capek dan lemas. Demam Reyent memang sangat tinggi. Bisa di bilang tipes.

Dokter Leo mengatakan bahwa sakit tipes biasanya di sebabkan oleh jajan sembarangan. Ini karena bakteri Salmonella biasanya menempel di makanan dan minuman yang tidak bersih. Selain itu, risiko terkena tipes meningkat ketika tidak menjaga kesehatan tangannya, daya tubuh menurun, dan kontak langsung dengan orang yang terinfeksi.

Gejala tipes biasanya akan muncul seminggu hingga dua minggu sejak bakteri masuk. Masa tersebut di sebut sebagai masa inkubasi. Bakteri yang masuk melalui mulut menghabiskan waktu selama satu sampai tiga minggu. Di dalam usus, lalu menembus dinding usus dan masuk ke aliran darah. Bakteri akan menyebar ke seluruh tubuh terutama jaringan dan organ dalam tubuh. Sistem tubuh akan mencoba melawan perkembangan bakteri dengan cara menaikkan suhu tubuh sehingga penderita tipes seringkali demam sampai empatpuluh derajat Celcius.

HE'S MY SON // Season02Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang