"Agh Makeu, sakit! Pelan-pelan ini yang pertama buat aku, huwe~"
"Awh! Makeu perih banget!"
"Jangan dikasih cairan itu!"
"Agh ha, Makeu! Perih, Echan ngga kuat!"
"Huwe, udah Makeu! Lepasin, Echan ngga mau."
Mark menghela nafas jengah. Sebenarnya dia gemas, tapi mendengar Haechan yang terus-terusan merengek membuat telinganya penuh.
"Aku belum ngapa-ngapain, Haechan. Kamu diem dulu, oke? Ini udah pelan-pelan 'kok. Tahan sebentar,"
Mark kembali melakukan kegiatannya.
"AKH! MAKEU SAKIT."
Setelah beberapa saat Mark menahan telinganya agar tidak pecah, akhirnya tugasnya selesai juga. Mark menghela nafas dalam.
"Nah, selesai."
Haechan memaksa untuk belajar mengendarai sepeda kepada Mark. Ini pertama kalinya Haechan jatuh apalagi hanya karena sepeda! Mark dengan terpaksa menyetujui itu sebelum seluruh badannya remuk karena Haechan menindihnya dan menginjak-injak tubuhnya.Entahlah apa yang membuat Mark tidak marah diperlakukan seperti itu. Mungkin karena yang melakukannya Haechan? Entahlah.
Karena sifat Haechan yang semborono dan ceroboh memaksa untuk dilepaskan pegangannya oleh Mark. Berakhirlah Haechan tersungkur dan lututnya tergores, hanya tergores sedikit! Tapi teriakannya sudah seperti ibu-ibu yang akan melahirkan.
"Tapi masih sakit, Makeu!"
"Loh, calon menantu kenapa?" Tanya Jaehyun yang baru saja masuk kedalam rumah setelah membeli apa yang istrinya mau tadi.
"Jatuh dari sepeda,"
"Dih 'kok bisa? Kamu ngga jagain Haechan bener-bener ya, Mark?!"
"Huwe, Daddy! Sakit banget lutut Echan, Daddy nya jangan marah-marah terus~"
Jadi Jaehyun salah? Padahal dia membela Haechan tadi 'kan?
"Jaehyun! Lama banget beli nya di Afrika Selatan ya?!" Sungut Taeyong dari atas tangga.
"Fyuh, macannya ngamok lagi. Yaudah Daddy tinggal dulu, ya? Haechan kamu hati-hati ya dan Mark, jagain calon mantu Daddy yang bener!"
Calon mantu konon.
Haechan hanya mengangguk lugu. Sebenernya pipinya sedikit bersemu karena dipanggil calon mantu oleh Daddy Mark.
Mark memandangi wajah lugu Haechan yang sedang menunduk melihat luka dilututnya telah ditutup oleh plester.
"Imut bener ini anak."
Ay, ay, ay, I'm your little butterfly∼
Haechan segera memencet tombol hijau pada ponselnya ketika ada panggilan masuk dari Jeno, ayahnya.
Mark hampir saja menyemburkan tawanya ketika mendengar Nada dering panggilan Haechan seperti handphone mainan zaman dulu. What the— apakah Haechan sebenarnya masih bayi?
"Makeu, Echan harus pulang. Kata Baba, Muma lagi sakit dan pengen Echan cepet pulang."
"Yaudah, ayo aku anterin."
.·´¯'▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒´¯'·."Jeno! Kenapa Haechan belum pulang~"
Yuli yang baru saja pulang dari kampus sore itu mengerjap pelan melihat tingkah sang ibu yang bergelayutan sangat manja kepada Jeno.
"Iya sabar, aku udah telfon Haechan tadi. Mark pasti mengantarkan Haechan kesini."
"Muma, Muma sakit?" Tanya Yuli yang kini duduk bertumpu dihadapan Jaemin.
Jaemin mengangguk dengan bibir yang mengerucut.
"Yuli, Muma mau dipeluk Haechan~" rengeknya.
Yuli menganga. Apa ini?! Baru pertama kali sang Ibu bisa merengek dihadapannya seperti ini. Ada apa dengan Jaemin?
"Muma mu mengidam, itu wajar." Jelas Jeno.
"Oh Muma mengidam, ya? HAH MENGIDAM?!"
"Hue, kenapa Yuli berteriak?! Muma hanya mau Haechan, tidak mau Jeno! Muma tidak mau Jeno, Jeno itu menyebalkan!"
Yuli membekap mulutnya dramatis. Menarik lengan ayahnya agar lebih berjauhan sedikit dengan Jaemin.
"Baba bercanda 'kan? Muma ngga lagi hamil lagi 'kan, Ba?"
Jeno menggeleng. "Muma hamil sungguhan. Baru saja kami pulang dari rumah sakit, kenapa?"
Yuli syok mendengar penjelasan dari Jeno.
"Oh astaga. Aku akan mati sebentar lagi."
Tubuh Yuli yang lemas ia bawa naik tangga untuk segera ke kamar dan mandi air dingin secepatnya. Ia tidak habis pikir dengan orang tuanya! Mengurus dua adik saja ia sudah sangat-sangat melelahkan dan akan ditambah satu lagi?! Lagipula umur Jaemin itu sudah lebih dari empat puluh walaupun wajahnya seperti masih umur 2 tahun.
"Oke Yuli, jangan pikirkan itu. Hanya mandi setelah itu bersiap untuk kencan. Huft~"
Ya, walaupun ia sibuk dengan kampus dan perusahaan ayahnya, ia juga mempunyai kekasih. Kim Young Kwang adalah sahabat yang sekarang menjabat menjadi kekasihnya.
Dibawah, Haechan berlari dengan kecepatan maksimal dan segera menubruk Jaemin yang sedang duduk disebelah Jeno.
"Muma sakit? Kenapa Muma bisa sakit? Apa Baba tidak menjaga Muma dengan baik? Haruskah Echan memarahi Baba?"
Jeno memutar bola mata jengah. Dia beranjak dari sana mendekati Mark yang baru saja masuk.
"Mark lebih baik kita minum kopi daripada meladeni dua bayi yang aneh itu."
Mark mengangguk dan mengikuti langkah Jeno menuju dapur.
"Maaf paman—"
"Panggil Baba saja."
"Oh baiklah, maaf err Baba tadi lutut Haechan terluka."
"Bagaimana bisa?!"
"Tadi Haechan memaksaku mengajarinya bersepeda."
"Kenapa kau tidak tolak saja?"
Mark meringis. "Aku sudah berkali-kali menolak nya, tapi Haechan tetap memaksa. Aku menyetujuinya sebelum seluruh tubuh ku remuk karena ditindih Haechan."
"Pfft— maaf merepotkan mu, Mark. Haechan memang seperti itu. Jika kemauannya tidak dituruti dia akan menangis seharian."
To Be Continued
Fyuh, sekarang ada dua bayi besar.
Jan lupa vote komen
Ya yeorobun!©Vvusr_
13 Maret 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐢𝐠 𝐁𝐚𝐛𝐲✓ 『ᴍᴀʀᴋʜʏᴜᴄᴋ』
FanfictionBook two from Our Baby! Jika mau ceritanya nyambung, baca dulu book one nya, oke? Bxb || BL || Boyslove || Mature "Mau sama Makeu aja!" "Makeu mau kan nikah sama Echan?" "Makeu ayo cium Echan!" "Makeu!" "Makeu!" "Echan gatal, Makeu tolong garukin pu...