Ekhem, ini masih aman kog kalo dibaca pas puasa, belum ada nganunya, awogwgwg
Okay, start!
•
Telah dua hari berlalu setelah duka atas kematian grandpa mereka, hanya Mark yang bisa menemani Haechan di rumah sakit. Karena semua keluarganya masih tengah berduka.
Bukannya Mark tidak berduka, Mark berduka tentu saja tapi jika dia terus berduka siapa yang akan menjaga Haechan nanti?
Mark dengan telaten membersihkan tubuh Haechan dengan handuk yang telah dibasahi oleh air hangat.
Mark tetap berceloteh kecil walaupun tak ada jawaban dari Haechan. Ketika tengah fokus membersihkan tubuh Haechan di area perut, tiba-tiba ada suara yang—
"M-ma-makeu—"
Mark membelakan matanya tentu saja. Suara yang bergetar itu berasal dari mulut Haechan!
"Haechan?!"
"Astaga, ini sungguhan?!"
Haechan yang masih lemas tak berdaya itu meminta minum dengan suara yang parau. Mark segera menuangkan air minum ke sebuah gelas dengan air yang setengahnya tumpah karena tangan Mark bergetar, dan meminumkannya ke Haechan dengan hati-hati.
"Sayang, katakan dimana yang sakit?"
"Oh apa aku harus memanggil dokter?!"
"Astaga dimana tombol nya?!"
Setelah menemukan tombol untuk memanggil dokter yang ternyata masih di tempat yang sama yaitu di atas brankar rumah sakit yang Haechan tempati, Mark kembali fokus pada Haechan.
Mark panik sehingga entahlah akal pikirannya mungkin sedang bersantai dengan meminum soju dipantai.
Setelah beberapa saat akhirnya dokter masuk dengan tergesa untuk memeriksa Haechan.
"Bagaimana dok?"
"Keadaannya membaik, bahkan jauh lebih baik. Hanya saja, pasien belum dibolehkan untuk banyak bergerak."
"Dan lagi, pastikan tubuhnya nyaman. Karena goresan di punggung nya cukup dalam."
Dokter itu akhirnya berpamitan setelah berhasil memeriksa kondisi pasiennya.
Mark kembali memusatkan perhatiannya pada Haechan dengan pandangan berseri-seri.
"Sayang, menginginkan sesuatu, hm?"
Haechan hanya menggeleng lemah. Entahlah kekuatannya seperti tersedot, tubuhnya bahkan terasa seperti jelly sekarang.
Bahkan Haechan tidak sadar jika sedari tadi Mark memanggilnya dengan kata sayang. Jika sadar mungkin dengan tubuh yang yang kaku seperti itu Haechan tetap berjingkrak-jingkrak seperti katak. Ngga becanda.
"Beristirahat lah lagi, ya?"
Haechan kembali menggeleng membuat Mark mengerutkan dahinya.
"Lalu Echan maunya apa, katakan aja. Haus, apa Echan haus?"
Haechan lagi-lagi menggeleng, hanya saja kali ini tangan Haechan terangkat dan menunjuk ke arah Mark.
"Huh?"
"Echan mau Makeu."
Markhyuk
Telah terhitung lima hari paska Haechan sadarkan diri. Keluarga mereka sudah berkumpul bersama. Haechan pun sudah lumayan pulih, hanya saja Haechan belum di perbolehkan untuk berjalan karena gips di kakinya baru saja di lepas.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐢𝐠 𝐁𝐚𝐛𝐲✓ 『ᴍᴀʀᴋʜʏᴜᴄᴋ』
FanfictionBook two from Our Baby! Jika mau ceritanya nyambung, baca dulu book one nya, oke? Bxb || BL || Boyslove || Mature "Mau sama Makeu aja!" "Makeu mau kan nikah sama Echan?" "Makeu ayo cium Echan!" "Makeu!" "Makeu!" "Echan gatal, Makeu tolong garukin pu...