chapter tiga belas

7.4K 727 76
                                    

"Woah!"

Haechan memandang takjub dengan buku-buku dihadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haechan memandang takjub dengan buku-buku dihadapannya.

"Makeu punya ruangan rahasia?!" Seru nya.

Mark hanya mengangguk menanggapi. Dia sekarang sibuk memandangi wajah ceria yang terlihat sangat lucu di wajah Haechan. Entahlah, dia hanya suka jika melihat Haechan yang ceria dan banyak tertawa itu.

"Makeu juga suka baca, ya?"

"Ya, kalo aku lagi suntuk masalah pekerjaan, aku akan menenangkan diri disini. Disini terasa sangat nyaman."

Haechan mengangguk cepat menanggapi pernyataan Mark.

"Echan juga suka!"

"Suka apa?"

"Suka Makeu!"

Mark mengerjapkan matanya cepat. Bukan tentang pernyataan suka dari Haechan, tapi karena Haechan mengecup bibirnya! Mengecup! Di bibir! Berani sekali anak itu!

Oh astaga, tolong bawa Mark ke langit saat ini juga!

Ini adalah first kiss nya! Haechan yang mencurinya!

"Makeu!"

"A-ah, ya?"

Mark berani bersumpah jika wajahnya memerah sekarang! Tapi kenapa Haechan terlihat biasa saja? Oh Tuhan. Bagaimana bisa ini terjadi!

"Echan cinta sama Makeu! Kata Njun sama Winie, cinta itu saling membutuhkan! Bener 'kan Makeu?"

Mark terlihat seperti orang bodoh sekarang. Kenapa Haechan sangat ajaib sekali?! Dia bahkan bisa berbicara enteng seperti itu seperti tak ada beban sama sekali. Dia bahkan tidak pernah tau rasanya jatuh cinta.

Tapi tunggu, tadi Haechan bilang jika ia mencintai Mark?

What the—

Mark menarik nafas panjang.

"Echan, kamu masih kecil. Fokuslah pada sekolah mu dulu. Tidak perlu cinta-cintaan terlebih dulu, oke?"

Mark gelagapan ketika melihat Haechan sudah bersiap menjatuhkan tangisnya!

"Ke-kenapa malah menangis?"

Tangis Haechan semakin kencang ditanya seperti itu oleh Mark.

Mark yang tak tau harus melakukan apa itu hanya menggaruk lehernya tak mengerti.

"Echan mau peluk!" Pintanya.

Mark yang panik hanya bisa menuruti permintaan Haechan. Mark maju beberapa langkah dan segera memeluk Haechan erat.

"Stt, jangan menangis, ya? Kenapa Echan menangis, hm?"

Disela isak tangisnya Haechan menjawab, "Ma-makeu, tidak cinta Echan! Makeu pasti ninggalin Echan nanti. Ka-kata Winie, cinta itu saling membutuhkan, saling melengkapi sama apalagi ngga tau Echan lupa."

"Ka-kalo Makeu ngga cinta Echan, Makeu pasti ninggalin Echan! Echan ngga mau!"

Mark mengulum senyum tampannya. Oh seperti itu.

"Aku ngga akan ninggalin kamu. 'kan Makeu sayang Echan."

"Tapi Makeu ngga cinta Echan!"

Mark mendorong bahu Haechan pelan. Menangkup pipi gembul itu.

"Cinta itu butuh proses. Sekarang tahap kamu masih tahap kagum. Echan hanya kagum dengan ku, iyakan?"

Haechan menggeleng cepat.

"Echan cinta! Echan ngga mau jauh-jauh sama Makeu, Echan maunya sama Makeu. Echan ngga mau kalo nanti Makeu nikah sama orang lain. Echan suka Makeu, karena itu Makeu! Bukan karena Makeu selalu nolongin Echan."

Entah kenapa hati Mark menghangat mendengar penuturan panjang Haechan. Hatinya seolah penuh oleh wajah ceria Haechan.

"Tapi perbedaan umur kita jauh. Lima tahun itu cukup jauh, apa Echan tidak malu jika nanti punya suami yang jauh lebih tua?"

Haechan kembali menggeleng cepat.

"Echan udah bilang tadi. Echan suka sama Makeu, karena itu Makeu. Echan ngga peduli apapun itu, yang penting bagi Echan cuma Makeu."

Mark tersenyum gemas melihat bibir Haechan yang dikerucutkan. Sedikit tak menyangka juga Haechan bisa berbicara sepandai itu untuk meyakinkan Mark. Bayi besar kita sudah dewasa dalam konteks percintaan, teman-teman.

Pada akhirnya Mark mengangguk.

"Yaudah iya. Jadi sekarang maunya Echan apa, hm?"

Mari kita tinggalkan dua sejoli itu terlebih dulu.

Disisi lain Yeonjun sore itu tengah menjadi babu dari orang yang sempat membuatnya iba dan berakhir ia membawa orang itu ke rumah. Yeonjun telah kesana kemari menemani serta membawakan barang-barang yang ia beli, Soobin  menggantikan Jaemin berbelanja bulanan.

Dibenaknya ada secuil rasa menyesal telah memungut Soobin waktu itu. Benar-benar tidak tulus ya si Yeonjun.

"Yeonjun, Muma bilang kita harus membeli kondom. Kondom itu apa? Aku tidak tau,"

What the hell?! Apa mulut Soobin tak ada fitur rem?!

Yeonjun tentu saja membelakan matanya. Apa dia bilang? Untuk apa Jaemin menginginkan itu! Seonggok bayi sudah mampir diperutnya, apa mereka masih perlu membuat lagi?

"Muma bilang seperti itu?"

Soobin hanya mengangguk. Dia mengulurkan ponsel yang kemarin Jeno belikan untuknya. Disana terpampang jelas jika tulisan kondom ada dinomor satu!

Benar-benar orang tuanya itu. Tak kenyang-kenyang melakukan yang enak-enak seperti itu, 'kan Yeonjun juga mau, ups.

Menjahili Soobin ada baiknya juga. Dia ingin melihat bagaimana ekspresi Soobin jika sedang malu.

"Lo tau kondom itu apa?"

Soobin menggeleng.

"Kondom itu alat untuk melakukan sex."

"S-sex?"

"Lo tau sex kan?"

Berhasil! Soobin menundukkan kepalanya, menyembunyikan semburat merah yang menjalari pipinya.

Dengan tanpa perasaan Yeonjun menarik dagu Soobin, membuatnya mendongak sedikit.

Yeonjun ingin melihat wajah malu yang amat sangat lucu dari seorang Soobin.

"Kenapa pipi lo merah?"

Soobin menyentak tangan Yeonjun yang masih bertengger di dagunya dan melangkah dengan kesal menjauh dari Yeonjun.

Yeonjun terbahak melihat tingkah menggemaskan dari Soobin. Karena suara Yeonjun yang cukup keras, banyak pasang mata yang melihat dengan berbeda tatapan. Tapi Yeonjun tak menghiraukan itu.

Soobin yang masih tau malu berjalan terus dan berharap orang tak mengira jika Yeonjun adalah orang yang pergi bersamanya.

Fyuh, sama-sama menggemaskan ya mereka ini.

To Be Continued

Kira-kira Nomin beli ekhem itu untuk apa pemirsah?!
Ya buat, Yeonjun lah! Ga deng
Jan lupa Vote sama komen!

©Vvusr_
23 Maret 2021

𝐁𝐢𝐠 𝐁𝐚𝐛𝐲✓ 『ᴍᴀʀᴋʜʏᴜᴄᴋ』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang