Haechan menoleh kesana kemari mencari sang adik. Teman kelas Yeonjun bilang jika pemuda itu tak masuk kelas dari jam pertama hingga akhir. Bagaimana bisa?!
Lalu bagaimana Haechan bisa pulang?! Jika ke sekolah ia tak pernah membawa ponselnya karena taat peraturan. Ya, di sekolahnya sebenarnya tidak diperbolehkan membawa ponsel. Untuk apa? Internet disediakan, komputer berjejer, untuk apa ada ponsel? Karena fasilitas sudah tersedia jadi sekolah membuat kebijakan seperti itu. Tapi, ya banyak dan bahkan hampir seluruh siswa melanggar aturan itu.
Masalahnya bagaimana dia bisa pulang sekarang?
Sudah setengah jam ia memutari gedung sekolah, tapi tetap nihil. Dia sama sekali tak menemukan keberadaan sang adik diberbagai tempat manapun.
"Hiks, Yeonjun ninggalin Echan lagi?"
"Yeonjun jahat!"
Saking kesalnya dia melempar batu berukuran cukup besar yang ada dihadapannya ke sembarang arah.
"Echan ngga suka Yeonjun!"
"Echan bakalan aduin Yeonjun ke Muma sama Mommy!"
Haechan menengadahkan kepalanya ke atas karena sedari tadi ia menenggelamkan kepalanya diantara lutut yang ditekuk. Ya, Haechan masih berada tepat disamping gerbang sekolahnya.
Matanya sudah sembab hingga memerah karena sedari tadi dia tidak berhenti menangis. Sekolah sudah sangat sepi karena semua murid telah pulang, mungkin. Langit juga sudah mulai redup karena sudah pukul lima sore dan sepertinya langit juga sedang mendung.
Haechan memberanikan diri melangkah dari sana dengan niat menunggu Yeonjun di halte bus yang tak jauh dari sekolah.
Langit sekarang menjadi sangat gelap dan sepertinya tak lama lagi akan turun hujan atau salju?
"Gimana kalo ada petir? Hue, Echan takut~"
"Muma tolongin Echan~"
Haechan mendudukkan dirinya di kursi yang ada disana dan kembali melipat lututnya karena angin yang menerpanya terasa semakin dingin dan semakin mengeratkan mantelnya.
Benar saja. Hujan turun sangat deras!
"Ugh, dingin!"
Jangan lupakan memar dan beberapa goresan luka nya tadi seperti menambah penderitaan seorang Haechan.
CTAR!
DUAR!
"AAK!" Pekiknya, Haechan menutup telinganya dengan kedua tangan serta memejamkan matanya sangat erat.
Tubuhnya menggigil, dia ketakutan dan kesakitan! Dia ingin pulang! Tolong siapapun bantu Haechan!
Big baby
Jaemin dan juga Jeno baru saja sampai dirumah dengan baju cukup basah karena diluar hujan sangat deras! Dan mereka lupa membawa payung.
"Muma pulang!"
Krik ... krik ...
Tidak biasanya.
"Kemana mereka?"
"Aku ngga tau. Biasanya Haechan udah nyamber aku udah kaya petir aja." Kekeh Jaemin mengingat betapa menggemaskannya Haechan.
Jeno dan Jaemin akhirnya masuk kedalam kamar mereka untuk mandi dan berganti baju.
Karena Jaemin selesai terlebih dulu, Jaemin berinisiatif membuat sesuatu yang hangat untuk menghangatkan tubuhnya.
"Loh, kamu siapa?"
Orang yang terciduk itu terkejut bukan main, entah karena alasan apa.
"Oh maafkan saya lancang, nyonya. Saya hanya menuruti kemauan tuan muda untuk membuatkan makan malam untuknya." Ucapnya dengan tubuh yang membungkuk sembilan puluh derajat. Sangat sopan memang.
"Oh jangan seperti itu bangunlah." Ucap Jaemin lembut.
"Jadi kamu yang anak Muma bilang tadi? Wah cantik bener!"
Sedangkan yang dipuji itu hanya tersenyum canggung menanggapi pujian Jaemin.
"Yeonjun nya kemana omong-omong?"
"Err tuan, tuan di kamarnya, nyonya."
"Heh tidak perlu seperti itu, panggil saja Muma, oke?"
Soobin mengulas senyum canggung dan menganggukkan kepalanya.
Setelah memberikan usapan lembut pada surai Soobin, Jaemin pamit menuju kamar Yeonjun entah untuk apa. Hanya saja ada sedikit perasaan tak enak dihatinya.
Sebelum sampai dikamar Yeonjun, Jaemin merasa heran dengan Haechan. Tumben sekali Haechan belum keluar hingga menjelang makan malam. Biasanya dia sudah ada dimana-mana karena tak bisa diam. Jika Yuli, dia bilang akan menginap dirumah temannya karena mengerjakan tugas.
Bunyi pintu terbuka pun terdengar ketika Jaemin membuka pintu kamar Haechan.
"Loh, ngga ada orang nya, kemana dia?"
Jaemin kembali menutup kamar Haechan ketika sudah memastikan dengan baik jika anak keduanya itu tak ada disana.
"Lagi main dikamar Yeonjun kali, ya?"
Jaemin kembali melangkahkan kakinya menuju kamar Yeonjun dan membuka tanpa mengetuk.
"Yeonjun?"
"Oh Muma pulang?"
"Ya, kemana Haechan?"
Yeonjun mengerutkan dahinya dalam.
"Loh aku ngga tau, Mum."
"Kenapa ngga tau? Kamu satu sekolah sama kakak mu, kenapa bisa ngga tau?"
"Aku pulang duluan tadi. Tapi aku udah kirim pesan ke Lili untuk menjemput dia."
"Lili? Dia bilang jika dia akan menginap dirumah temannya tadi, Yeonjun!"
Yeonjun mengecek ponselnya.
"Tapi aku udah kirim pesan ke Lili supaya jem—"
Nihil! Tidak ada! Sial! Yeonjun lupa mengirim pesan pada Yuli!
"Yeonjun!"
"Aku lupa mengabari Lili." Cicitnya. Jaemin sudah terlihat sangat marah! Mati sudah Yeonjun.
"Cepat cari Haechan sampai ketemu! Ada banyak petir sekarang Yeonjun! Bagaimana—"
"Astaga Yeonjun cepat!"
Yeonjun yang panik pun bertambah panik ketika Jaemin terlihat sangat panik dan sudah akan menyemburkan api padanya.
"Astaga Yeonjun! Kenapa kamu sangat kemusuhan dengan kakakmu sendiri?!"
"Bukan seperti itu, Mum. Tapi—"
"Cepat keluar dan cari kakak mu sampai ketemu! Kalau tidak, tidak ada uang untuk dua bulan!"
To Be Continued
Huhu, Haechan nya ilang, ga ding.
Jan lupa Vote sama Komen!©Vvusr_
16 Maret 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐢𝐠 𝐁𝐚𝐛𝐲✓ 『ᴍᴀʀᴋʜʏᴜᴄᴋ』
FanfictionBook two from Our Baby! Jika mau ceritanya nyambung, baca dulu book one nya, oke? Bxb || BL || Boyslove || Mature "Mau sama Makeu aja!" "Makeu mau kan nikah sama Echan?" "Makeu ayo cium Echan!" "Makeu!" "Makeu!" "Echan gatal, Makeu tolong garukin pu...