34.a fact

8.7K 1.6K 267
                                    

Kejora berdiri mematung di belakang pintu, mata nya menatap horor punggung tegap Gio. Tangan nya kembali berkeringat dingin serta degub jantung nya yang berdetak tak karuan. Apa-apaan ini, Apa Gio sedang tak sadarkan diri? Ia jelas tau tadi Gio dan Ayah nya bertengkar dan ia yang di bawa ke dalam kamar cowok itu.

Oh ayolah, Gio memiliki riwayat menjadi brandal tengik mesum yang begitu membekas di ingatakn Kejora dulu, apalagi segala goda'an yang di lontarkan cowok itu dulu hingga sekarang. Bagaimana ini? Kejora mendadak risih dan ketakutan tak jelas.

"Gio" panggil Kejora pelan, Gio langsung memutar tubuh nya menghadap Kejora yang semakin gugup di buat nya. Namun Kejora harus tenang, Kejora menarik senyuman nya dan berjalan mendekati Gio. Ia menepis segala rasa risih atau ketakutan dalam dirinya sekarang tangan nya terulur memengang pipi sebelah kanan Gio.

"Kamu kenapa?" tanya Kejora hati-hati, Gio mengeleng sambil menangkup tangan Kejora di pipi nya.

"Muka kamu biasa aja sayang, nanti aku bisa khilaf" sontak saja Kejora langsung menarik tangan nya cepat, Hal itu membuat Gio tertawa renyah hingga mata cowok itu terpenjam.

"Kita keluar aja Gio" pinta Kejora pelan, Gio langsung menghentikan tawa nya dan menyorot pacar nya itu dengan pandangan mesum andalan nya.

"Di sini aja enak" balas Gio asal.

Plak!

"Gausah macem-macem atau... aku teriak!" ancam Kejora, Gio mengusap sebentar pipi nya yang sial di tabok Kejora tadi, lalu berjalan mendekat ke arah Kejora.

"Teriak aja, lagian kamar aku kedap suara sayang"

Sial!Kejora semakin takut di buat nya bahkan Kejora semakin memundurkan langkah nya ketika Gio semakin mendekat ke arah nya hingga ia sudah terpojok di tembok.

"Gio..Gio kamu mau apa?"

"Menurut kamu apa? My sweety" bisik Gio tepat di depan bibir Kejora yang terkatup rapat. Hidung mereka bersentuhan serta jarak di antara mereka tidak ada, karena terlanjur terpesona Kejora menutup mata nya erat.

Melihat itu Gio semakin semangat meluncurkan aksi nya, perlahan Gio mulai memiringkan kepala nya dan mengecup bibir lembut Kejora sekilas dapat ia rasakan jika tubuh Kejora menegang karena ulah nya. Namun ia tak peduli ia semakin memperdalam ciuman nya hingga panggilan seseorang memutus ciuman mereka.

"Gio..."

Itu suara Mama nya, Gio langsung menarik Kejora berdiri di samping nya dan membuka pintu secepat mungkin sedangkan Kejora segera merapihkan pakaian nya yang memang tidak berantakan untuk mengalihkan kegugupan nya.

"Ma.." seru Gio langsung berhambur memeluk Mama nya. Anara membalas pelukan putra nya penuh sayang ia mendongak melihat sekarang gadis yang berdiri gugup dan berusaha tersenyum. Dia Kejora, Anara yakin gadis yang sejak kecil Gio sukai itu sekarang telah resmi menjadi kekasih putra nya.

"Udah lepas. Gak malu sama pacar mu?" Tegur Anara, pipi Kejora merah merona mendengar itu ia semakin menundukkan kepala nya.

"Mama gak papa? Ada yang sakit? adik Gio gimana?" tanya Gio beruntun, Anara tersenyum tipis kemudian menoleh ke arah suami nya yang berdiri diam sambil menatap sendu ke arah nya.

"Kejora?" Panggil Anara, berusaha mengalihkan topik pembicaraan yang tak ingin ia bahas sekarang.

"Ma..." protes Gio, Anara menatap putra nya lagi seakan memberi isyarat jika ia butuh waktu dan tak ingin membahas hal itu.

"Kejora sini sayang" ulang Anara, Kejora mulai melangkah mendekati ibu dan anak itu dan mengulurkan tangan untuk menyalami Anara yang langsung di sambut wanita yang tengah berbadan dua itu.

"Sudah lama nunggu ya sayang?" tanya Anara, Kejora sontak mengeleng sambil tersenyum.

"Enggak lama kok Tante" jawab Kejora sesopan mungkin, Anara sedikit kagum jika di banding dengan dirinya dulu yang bar-bar dan ahlakess, Kejora terlihat sopan dan sederhana berbeda sekali dengan diri nya. Ia akui pilihan Gio memang tidak salah.

"Mau bantuin Tante masak gak sayang?"

"Mau Tante" seru Kejora penuh semangat, Anara langsung mengiring Kejora ke dapur meninggalkan Gio dan Gevano yang terdiam. Ah, Mama nya ternyata baik-baik saja ia jadi tidak enak pada Papa nya.

Masa bodo dengan rasa gengsi nya, Gio berjalan mendekati Papa nya yang sedikit berantakan dan hidup Papa nya itu sedikit memerah apa Papa nya habis menangis?

"Pa.. are you okay?"tanya Gio khawatir, Gevano menganguk kemudian hendak pergi namun Gio dengan cepat menahan nya.

"Papa butuh teman cerita, cerita semua nya ke Gio Pa.." Gevano nampak ragu, selama ini ia selalu memendam semua nya sendiri apa tidak apa membagi masalah nya kepada putra nya?

"Kamu temani Mama kamu aja Gio" suruh Gevano, Gio menolak halus ia sadar jika Papa nya merasa ragu.

"Mama baik-baik aja Pa, yang gak baik-baik aja itu Papa" ungkap Gio, Gevano menyugar kasar rambut nya kemudian mengangguk memberi isyarat agar Gio mengikuti nya masuk ke dalam kamar milik nya dan juga Anara.

Gio sedikit terkejut mendapati kamar orang tua nya berantakan namun yang menarik perhatian nya adalah sebuah tali yang masih menjuntai di sisi ranjang, apa Mama nya di ikat? Jika itu benar Gio tidak akan terima.

"Papa ngiket Mama?" geram Gio, Gevano yang tengah membuka lemari menghentikan langkah nya. Dan mengangguk ia merasa menyesal telah melakukan itu, mendengar itu Gio seakan kalang kabut dan mencekram kemeja Papa nya.

"Lepas Gio" ujar Gevano sabar, namun Gio seakan tuli.

"Kenapa di iket?! Atas dasar apa Papa ngiket Mama?! Mama kenapa hah?! Jawab Pa! JAWAB!"

Gevano masih diam membisu, hal itu membuat Gio semakin emosi dan melayangkan bongeman ke wajah Papa nya.

"Bajingan!! Mama bukan tahanan Pa!!!"

Gevano yang terpojok mengepalkan kedua tangan nya disisi tubuh nya, ia menatap tajam putra nya yang begitu berani.

"Mama kamu mau bunuh diri, puas?" Gio terkejut ia berusaha menyangkal namun ia tahu Papa nya tidak pernah berbohong apalagi pada saat ini.

"Gak percaya?" Sinis Gevano, Gio masih diam.

Gevano menunjuk pisau buah yang terlempar di bawah meja rias yang terdapat sedikit darah. T-unggu darah?! Apa Mama nya terluka? Namun pertanyaan itu terjawab saat ia melihat tangan Papa nya yang di perban. Gio jadi berspekulasi jika Papa nya menyelamat kan Mama nya.

"Ini semua salah Papa.. harus nya..harus nya harus nya Papa kandung mu masih hidup..ini semua salah Papa"

"Pa.."

"Argh!!! Ini salah Papa, Gio. Maafkan Papa! Harus nya Papa tau keadaan Givano..."

Deg

Gevano terduduk sambil menjambak rambut nya frustasi, air mata pria itu mengalir membuat Gio semakin binggung.

Sebenarnya ada apa?
......
Dalam hati Gio menjerit APAAN GUE KAGAK PAHAM, KAGAK NGERTI!CAPEK GUE CAPEK! sangking tidak paham dengan apa yang Gevano ucapkan. iya sih, ia tahu jika Papa nya banyak tapi ini apaan lagi sih! Gerutu nya dalam hati, jiwa dan raga.

Meninggalkan pikiran unfaedah nya, Gio ikut berjongkok di hadapan Gevano dan menepuk pundak Gevano menyemangati pria itu. Ia yakin ada sesuatu yang terjadi di masa lalu dan ia mungkin tidak perlu tahu.

"Jangan di ceritain Pa, itu masa lalu. Gio gak perlu tahu, yang Gio tahu Papa yaa Papa Gio" ujar Gio tenang,
















TBC!

Fakta selanjutnya bakal terkuak next part guys!

sorry because author rarely updates :)I hope you guys forgive me :(

Comment sebanyak-banyak nya biar mood Author kembali ya!

Terimakasih telah membaca jangan lupa bahagia!!!




The BerandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang