"Gio... " Panggil Kejora serak, Gio tersenyum tipis, mengengam tangan Kejora namun mulut nya sengaja ia bungkam.
Kejora yang peka mulai memejamkan mata nya, ia merasa bersalah itu sudah jelas betapa peduli nya cowok ini pada nya. Dan ia malah?
"Maaf.. " lontar Kejora begitu saja, Gio menganguk dalam diam.
"Gio... " panggil Kejora.
"Istirahat" balas Gio pelan.
"Gue gak papa... Mau pulang" pinta Kejora memelas. Gio menatap tajam kemudian menggeleng.
"Gue...bayar rumah sakit mahal! Dan seenak jidad lo mau pulang? Gak." ketus Gio, percaya lah dalam hati cowok itu ingin sekali terbahak melihat wajah sedih Kejora.
"Tapi.. "
"Tidur" perintah Gio sembali menutup mata Kejora dengan telapak tangan nya. Kejora memengang tangan Gio di mata nya kemudian melepas nya. Menatap dalam mata cowok itu dan tersenyum.
"Makasih" Gio pura-pura tak dengar, walaupun tidak bisa ia tutupi sudut bibir nya berkedut ingin tersenyum, belum lagi kaki nya gatal ingin jingkrak-jingkrak bahagia.
Kejora kembali terpenjam, membuat Gio bernafas lega dan tersenyum lebar dan berteriak tanpa suara.
AAAAAAAAAAAAA!!!
"Oh, iya Gio.. " ucap Kejora dadakan, Gio yang tengah mengoyang-goyang kan tangan nya sambil tersenyum lebar membeku.
Anjir... Ngapa bangun sih...
"Lo.. Ngapain?"
PUK..
PUK..
PUK...
"e... Nyamuk.. Huh banyak nyamuk" Alibi Gio sambil menepuk-nepuk udara yang kosong, Kejora sempat ragu namun menganguk saja.
"itu... "
"Kenapa?"
"Sekolah itu.. "
"Raka bakal urus" Kejora menganguk mengerti kemudian memejamkan mata nya saat di rasa nyeri di kepala nya.
"Makasih Gi.. "
"Gi?" ulang Gio, Kejora jadi malu sendiri kemudian memungungi Gio mencoba tidur. Gio terkekeh memajukan kepala nya dan mengecup pelan kening istri kecil nya.
"Istirahat lah.. " bisik Gio pelan, kemudian menarik selimut Kejora sampai leher cewek itu.Setelah memastikan Kejora tertidur pulas, Gio beranjak pergi. Menutup pintu hati-hati agar Kejora tidak terbangun atau tergangu karena berisik.
Gio menghela nafas kasar, mendial nomer seseorang yang membuat nya terusik.
"Temuin gue di Rumah sakit sekarang!" ujar nya lalu menutup telpon itu sepihak, ia tahu seseorang disana pasti akan datang. Yah, itu perkiraan nya menggigat segila apa orang itu menyukai nya.
Fika Azzela Aldebaran.
Sembari menunggu Gio berjalan, hendak menghampiri Ayah nya di ruangan nya, itung-itung numpang tidur atau makan jika ada. Karena, jika ia tidur dekat Kejora ia khawatir bakalan ngorok atau lebih parah nya ngigau sambil berteriak seperti kata Papa Zainudin nya.
Ah, itu sangat tidak pantas. Apalagi dia sedang berpura-pura dingin di hadapan Kejora, bisa-bisa semua rencana nya gagal total.
"PAA––ASTAGA!!!"
BRAK!
Gio menutup pintu ruangan Papa nya dengan kasar saat melihat kedua orang tua nya sedang berciuman ck, udah tua juga!
Sambil mengelus dada Gio menunduk menatap sepatu nya yang entah sejak kapan sudah jebol sehingga jempol nya keluar dengan tidak pantas nya.
"Gio..." Oh, Sudah selesai rupa nya. Gio menoleh dengan senyum meledek, paham saat melihat raut wajah Papa nya yang kesal karena ia ganggu tadi.
"Kenapa Pa?" tanya Gio dengan senyum meledek, Vano tersenyum tipis menganguk berkali-kali kemudian melempar putra nya dengan gulungan koran.
"Pakek nanya! Ada apa?!" ketus Vano, Gio terkekeh kemudian menerobos masuk. Menatap Mama nya yang terdiam menatap ke arah lain.
"Gio.. Stth.. " bisik Vano, Gio menoleh sambil menaikan sebelah alis nya tak mengerti.
"Tidak bisa... " usil Gio, jangan lupakan wajah meledek cowok itu. Vano mengehela nafas, binggung ingin menjelaskan bagaimana ke arah bocah kurang ajar satu itu jika Mama nya sedang dalam mode tidak baik.
"Ma... Minta makan" ujar Gio polos tanpa dosa, Anara mengheryitkan alis nya. Kemudian membuang muka
"ini rumah sakit!" ketus Anara, Gio mendekat ke arah Mama nya. Lebih tepat nya duduk di lantai sambil tertidur di pangkuan ibu nya.
"Maaf Ma.. Jangan cuekin Gio.. " gumam Gio serak, Anara masih kukuh diam. Sikap manja putra nya kembali lagi, sejak kecil Gio memang begini.
"Gausah manja! Kamu udah besar Gio! Gak malu sama Papa kamu apa!" omel Anara terus terang.
"Ma... "
"Apa bener... Fika suka dengan kamu?" sela Anara dengan tatapan tajam. Gio mendongak lalu berfikir Fika memang terlihat suka pada nya.. Ya jelas ia kan ganteng.
"Iya.. "
"Berati bener! Kamu harus Mama jodohin"
"Ana.. " Tegur Vano dengan tatapan tidak suka, Anara menatap sendu.
"Lalu aku harus gimana?!" jerit Anara ke arah Vano. "Mama Ayunda minta balas budi! Aku harus gimana hah?!" lanjut Anara dengan emosi mengebu-gebu.
Gio menatap kedua orang tua nya seakan paham apa yang mereka maksud.
"Kita gak akan lakuin itu! Cukup dengan kisah lama kita jadikan pelajaran Ana.. " ujar Vano sambil menatap Anara kecewa. Anara membuang muka ke samping, mata nya memanas serta hati nya yang sakit. Ia benci mengenang masa lalu nya.
"Terserah. Aku capek. " lirih Anara pedih, Gio menangkup wajah Mama nya. Menghapus sisa air mata Mama nya sambil tersenyum tulus.
"Mama jelek kalo nangis.. " kata Gio, Anara menatap jengkel.
"Apapun keputusan kalian.. Gio bakal nurut. Tapi tolong jangan pisah–-"
"HEH BOCAH! YANG MAU PISAH SAPA?!" sela Vano sambil menujuk-nunjuk Gio. Anara tersenyum kecil kemudian memeluk putra nya.
"Makasih Gi.. "
......
TBC!
UPDATE SETIAP SABTU:)
JANGAN LUPA VOMENT MAKASI...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Berandal
Humor"Gue suka bibir Lo tapi gue lebih suka pemilik nya. So, do you want to be mine? " "Kurang ajar..." "Iya gue memang kurang ajar jadi ajarin gue cara nya mencintai istri kecil gue satu ini" "GUE GAK SUDI" "I LOVE YOU TO" Gio Antariksa Reegan, Brandal...