6-Perhatian Tersembunyi

374 43 100
                                    

6. Perhatian Tersembunyi.

Don't make me wish
-Kulkas Berjalan-

"Lo beneran suka sama kulkas?!" teriak Nayla membuat Rosha langsung menutup mulutnya. Melihat sekitar.

"Nayla! Jangan keras-keras. Nanti pada denger kan berabe."

"Kan masih pagi Sha, kelas lagi sepi."

Rosha melihat sekitar. Memang benar kelas saat ini sedang sepi. Bagaimana tidak? Ini baru jam enam pagi. Hanya murid rajin lah yang sudah nangkring dengan buku-bukunya. Atau mungkin murid yang hari ini piket.

"Ya tetep aja gue takut Nay." memanyunkan bibirnya.

"Yaudah deh, kok lo bisa-bisanya suka sama si kulkas? Gue denger-denger sih si julukan kulkas itu orangnya dingin banget. Kok lo bisa suka sih?" tanya Nayla penasaran. Rosha tersenyum.

Sebelum Rosha menceritakannya tiba-tiba Zena dan Azra datang bersama. Mereka meletakkan tasnya lalu berjalan ke arah duduk Rosha dan Nayla.

"Lagi ngapain nih?" tanya Azra duduk di meja.

"Woi Azrol! Noh buku jurnal masih kosong. Lo kan sekertaris diisi kek!" perintah Zena.

Pengurus kelas memang sudah sedari awal di pilih. Azra dan Wulan sebagai sekertaris, sedangkan Zena dan Ghea sebagai Bendahara, selain itu ketua, wakil ketua, Keamanan dan lainnya sudah di atur oleh bu Endah-wali kelas.

Azra cemberut. "Iya-iya bawel banget sih lo Zen." bangkit mengambil buku jurnal.

"Sha pinjem pulpen."

Rosha memberikan bolpoin yang baru saja dia gunakan sedangkan Zena yang melihatnya menggelengkan kepala. "Dasar gak modal!"

***

Pagi ini pelajaran Bahasa Inggris. Semua murid kelas XI-G di perintahkan oleh bu Isti-Guru Bahasa Inggris untuk menulis materi hari ini. Ada yang menuruti perintah guru tersebut. Namun ada juga yang bodoamat. Siapa lagi jika bukan siswa bandel.

Di setiap kelas pasti ada saja murid entah itu laki atau cewek yang bandel. Bahkan di kelas unggulan pun ada. Tidak percaya? Coba saja!

Bu Isti berkeliling untuk mengecek apakah ada yang masih belum menulis materi yang ia terangkan di papan tulis. Guru itu lalu mengambil satu buku yang sudah selesai di catat oleh salah satu siswa.

"Nah contoh nih mas Brian. Udah pinter, rajin, tulisan rapi," ujar bu Isti sambil berjalan.

Rosha menghentikan aktivitas menulisnya. Sudah biasa baginya jika guru sedang berbicara ia akan mendengarkannya. Rosha melirik cowok yang tadi di puji oleh bu Isti. Cowok itu juga melirik namun hanya sebentar lalu membuang muka.

Rosha mengangkat bahunya acuh tak acuh lalu kembali melanjutkan aktivitas menulisnya. Cowok itu melirik Rosha kembali menatapnya dalam lalu menghembuskan nafas kasar. Tak ada yang tahu apa yang di pikirkan cowok satu itu.

Tak lama bel istirahat berbunyi. Bu Isti menyelesaikan materi hari ini lalu keluar kelas di ikuti oleh murid kelas XI-G yang berhamburan keluar kelas. Ada yang ke kamar mandi, nongkrong, atau langsung ke kantin.

Nayla dan Azra sudah berpamitan ke kantin. Dan kini seperti biasa Rosha sedang makan bekalnya bersama Zena.

"Setiap hari lo ngomongin Dhanu mulu. Lo suka sama dia?" tanya Rosha menyuapkan sesendok nasi bersama lauknya.

Zena menceritakan lagi kelanjutan ceritanya yang kemarin belum selesai. Rosha heran kenapa Zena tak ada henti-hentinya menceritakan tentang SMP nya bersama musuhnya. Heran. Rosha curiga Zena punya perasaan dengan Dhanu.

Kulkas BerjalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang