19-Happy Brithday

210 27 112
                                    

Kalau nanti ada masanya dunia berkata lo menjadi milik gue, mungkin disaat itu juga gue menjadi seorang penakut akan kehilangan lo.

-Kulkas Berjalan-

Rosha membanting tubuhnya diatas kasur empuk miliknya, ia meraih ponsel genggam yang berada di sebelahnya, kembali membuka roomchat dari nomor misterius itu.

Rosha masih tak mengerti, sebenarnya apa motifnya untuk menolong dan membantu Rosha? Siapa sebenarnya pengirim pesan misterius itu. Rosha memang suka yang misterius tapi nggak gini juga.

“Apa gue cerita ke Azra ya?”pikir Rosha, namun beberapa saat kemudian ia langsung menggeleng. “Jangan deh, dia kan ember, kalau sampai disebar gimana?”

Rosha mengacak rambutnya frustasi. “Kalau bukan Azra siapa dong? Nayla? Enggak deh! Dia kan polos banget nanti kalau keceplosan gimana?”

Rosha memejamkan matanya, berfikir siapakah teman yang tepat untuk ia diskusikan soal ini, tak lama Rosha bangkit dari tidurnya, tersenyum senang, sepertinya ia menemukan siapa yang cocok untuk dimintai pendapat.

“Zena!”

***

Unknown

| Lagu yang cocok buat lo kan?
10.22

Zena menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Sejak kedatangan Rosha beberapa menit yang lalu membuat otak Zena terus-terusan berpikir.

Rosha menghela napas. “Jadi? Siapa?”

Zena mengembalikan ponsel milik Rosha. “Duh, Sha. Mending lo cari tau sendiri dah, pusing gue mikirin kisah cinta lo yang muter-muter gak jelas.”

Rosha mengerutkan kening. "Kan gue minta saran siapa kira-kira pengirim pesan misterius ini, kenapa lo malah jadi bahas kisah cinta gue?" tak mengerti jalan pikiran sahabatnya itu.

"Dari ketikannya sih gue nilai dia cowok."

"Terus?" masih tak mengerti.

"Ya kalau si pengirimnya cowok otomatis dia ada perasaan sama lo kan? Mana ada cowok yang gak ada perasaan apa-apa sama lo, eh malah jadi bantu lo biar gak dimarahin sama Ghea, terus mau buat lo seneng terus, siapa coba kalau cowok itu gak suka sama lo!" jelas Zena, gemas sendiri.

"Tapi siapa? Mana ada cowok yang suka sama gue."

"Ya pasti ada aja."

"Mana ada, cowok yang mau sama cewek yang gak good looking kayak gue."

"Ya lo emang gak good looking, tapi lo good attitude, Sha. Dan pasti ada aja yang suka sama lo karena attitude lo bagus, contohnya Brian."

"Jadi siapa yang ngirim?" tanya Rosha, kembali ke topik awal.

Zena mengetukkan jarinya ke dagu, mencoba berpikir. "Lo inget sesuatu gak? Kayak ada perantaranya gitu?"

Rosha menatap langit-langit, mencoba mengingat sesuatu. "Zen, lo inget Tyo yang ngasih lilin itu ke gue? Apa jangan-jangan dia–"

"Gak mungkin lah, Sha. Kan dia bilang ada kurir shopiee, kalau dia perantaranya mana mungkin mukanya kebingungan waktu ngasih lo paket itu?" potong Zena, membuat Rosha kembali berpikir.

"Iya juga sih, tapi siapa coba perantaranya?" mulai lesu.

"Coba deh pikir-pikir lagi, Sha."

Rosha mencoba berpikir kembali, tiba-tiba ia teringat sewaktu Dhanu menghampirinya saat Brian tidak jadi mengantarnya pulang karena ada halangan saat selesai menggarap mading.

Kulkas BerjalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang