31-Perasaan Arfa

178 18 81
                                    

Kadang apa yang diucapkan gak sesuai sama apa yang dirasakan.

-Kulkas Berjalan-


Malam ini Rosha diperintahkan ibunya untuk mengambil kue yang ia pesan dari temannya–Zena Mikhaella.

Iya, Zena dan ibunya mempunyai toko roti yang lumayan terkenal. Karena itulah ibunya meminta Rosha untuk membelinya di sana, walaupun harganya tak terlalu mahal, namun kue yang mereka buat sangatlah lezat.

Setelah mengambil kue, Rosha memilih untuk langsung pulang, tak mau ibunya menunggu terlalu lama.

Di perjalanan pulang, tak sengaja Rosha melihat seorang lelaki yang sangat ia kenali sedang berada di bar sebrang.

Rosha memicingkan matanya untuk memperjelas sambil berjalan mendekat, dan ternyata benar, lelaki yang ia lihat adalah Iqbal.

"Iqbal mabuk?" Gumam Rosha.

Jika saja Azra melihatnya, pasti ia akan sangat sedih karena membuat Iqbal seperti ini.

Karena berpikir Iqbal juga adalah temannya, Rosha memutuskan untuk memasuki bar walaupun agak risih dengan dentuman musik yang sangat keras.

Saat Iqbal ingin meminum segelas lagi, tiba-tiba sebuah tangan mencegahnya, siapa lagi jika bukan Rosha Annetha.

Merasa marah Iqbal melepaskan tangan itu dengan kasar hingga Rosha terhuyung ke belakang.

Hingga seorang cowok dengan sigap langsung memegang pinggang Rosha agar tidak terjatuh.

Rosha yang kaget menatap cowok yang menolongnya itu hingga tak berkedip. Suara musik yang tadinya berdentum dengan keras, serta beberapa orang yang menari mendadak berhenti, ruangan itu seketika menjadi hening.

Arfa Aldevaro, cowok itu yang menolong Rosha agar tidak jatuh. Rosha sendiri tak menyangka seorang Arfa akan menolongnya lagi. Dua kali Arfa menolong Rosha yang hendak terjatuh.

Arfa melihat tubuh Rosha dari bawah sampai atas, memastikan agar gadis itu baik-baik saja. Kemudian melirik tajam Iqbal.

Sementara Iqbal hanya melihat Arfa dengan kedua matanya yang sayup karena terlalu banyak minum-minum.

Tanpa berkata apapun, Arfa memilih untuk membawa Rosha pergi, dari pada ada masalah.

"Lo gila?" Arfa menatap Rosha datar.

Sementara Rosha hanya menunduk, merasa bersalah karena merepotkan Arfa.

Tanpa aba-aba, Arfa menarik tangan Rosha membuatnya terkejut. "Pulang sama gue."

"Eh, gak usah. Gue bisa pesen–"

"Kenapa harus pesen? Kalau ada gue." Arfa berjalan sambil menarik tangan Rosha.

Kalian tidak akan tau bagaimana Rosha saat ini mati-matian menyembunyikan rasa senangnya. Pulang bersama Arfa? Dia kira hanya bisa bermimpi ternyata benar-benar menjadi nyata!

Jantung Rosha berdegup sangat kencang, ia harap Arfa tidak mendengarnya. Namun Rosha salah besar, Arfa dapat mendengar degupan jantung Rosha membuatnya tersenyum kecil hingga tak terlihat.

"Oh iya, Arfa. Lo ngapain ke sini? Perasaan rumah lo lumayan jauh dari sini," tanya Rosha.

"Gak usah ge'er. Kebetulan lewat," balas Arfa sambil memakai helm. "Cepet naik."

Kulkas BerjalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang