Hening menyapa Latisya dan Azriel yang sedang berkendara membelah jalanan.
"Kok berhenti?" tanya Latisya karena tiba-tiba Azriel memberhentikan kuda besinya di sebuah taman.
"Gue mau ngomong sesuatu."
Latisya turun dari motornya di susul oleh Azriel.
Azriel berjalan terlebih dahulu sedangkan Latisya hanya mengekori Azriel.
"Duduk dulu bentar, gue mau ke sana sebentar."
Latisya menurut ia duduk di sebuah bangku kayu ber cat putih. Azriel meninggalkan Latisya sendiri di taman.
Latisya memejamkan matanya menikmati semilir angin yang bercampur dengan sinar matahari yang lumayan terasa menyengat di jam 10.00 WIB.
Sekolah membubarkan kegiatannya setelah acara pertandingan basket selesai. Jadi murid-murid bisa pulang lebih awal.
Ketika sedang asyik menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya, tiba-tiba ada yang dingin menempel pada pipinya.
Latisya mengerjap kaget lalu membuka matanya.
Ia melihat Azriel membawa dua ice cream.
"Ish dingin tau." kesal Latisya.
"Hehe." ucap Azriel sambil memamerkan barisan gigi putihnya yang berjajar.
"Nih buat lo. Di sini lumayan panas." ucap Azriel sambil memberikan satu ice cream pada Latisya.
"Makasih." ucap Latisya pada Azriel.
Mereka sama-sama tak membuka suara.
Sebenarnya Azriel ingin mengatakan sesuatu untuk Latisya. Tapi sekarang ia sedang sedang berperang antara hati dan egonya.
Sedari tadi Azriel mencuri pandang ke Latisya.
"Lo ngajakin gue ke sini mau ngapain sih?" tanya Latisya.
Latisya dari tadi menunggu Azriel membuka suara.
"Emm... G-gue mau minta maaf sama lo." ucap Azriel ragu-ragu.
Alis Latisya menyatu membuat kening nya berkerut.
"Minta maaf?"
"Iya, soal kemaren malem."
Latisya baru mengerti kenapa Azriel meminta maaf kepadanya.
"Iya. Gak papa kok." ucap Latisya sambil melanjutkan menjilati ice cream nya.
Lega dirasa Azriel. Setelah sedari tadi dia bimbang, akhirnya Azriel bisa merasa lega.
Setelah mereka menghabiskan ice cream nya, ada sesuatu yang Azriel ingin sekali ungkapkan lagi.
Azriel menghadap ke arah Latisya lalu memegang tangannya.
Latisya yang kaget dengan perlakuan Azriel refleks membalikan badannya ke arah Azriel sehingga mereka salih berhadapan.
"Sya, gue gak bosan-bosannya ngomongin ini ke Lo."
Latisya bingung dengan perkataan Azriel.
"Gue sayang sama lo Sya. Bahkan di hati gue bukan cuma sayang yang hati gue tujukan untuk lo, tapi gue udah cinta. Gue udah coba untuk sedikit menghilangkan rasa ini, tapi gue gak bisa. Semakin gue mau hilangin perasaan ini dan anggap Lo sebagai temen biasa, semakin perasaan ini tumbuh semakin besar. Maafin gue Sya, mungkin lo udah bosen denger ucapan gue." Azriel menundukkan kepalanya.
Latisya mendengar bahkan memahami apa yang di ucapin Azriel. Ia juga tak bisa ngebohongin hatinya kalau saat Azriel mengungkapkan isi hatinya dia juga merasa jantungnya berdetak dua kali lebih cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
hanya sebuah topeng [ON GOING]
RandomNote: selama belum tamat,masih tahap revisi. Marah,depresi,kesal,tertekan,dan paksaan itu semua seolah menjadi makanan setiap hari Latisya. Menangis seakan menjadi rutinitas setiap hari.Hanya kegelapan yang setia menemaninya. Bukan tawa,canda,dan ce...