Latisya menarik nafas dalam-dalam untuk memulai cerita.
"Gue mau nanya dulu,tadi lo liat kejadian di rumah gue?" Tanya Latisya.
"Iya,maaf ya gue gak sengaja." Ucap Azriel ragu.
"Yaudahlah udah terlanjur juga."
"Hehe."
"Jadi yang tadi debat sama gue itu kakek gue, dia over protektif banget sama gue semenjak mama gue meninggal karena kecelakaan saat gue masih kecil, dan papa gue jadi gila kerja semenjak itu. Kakek juga gak punya anak lagi selain mama gue. Kakek mau gue jadi orang nomor satu, jadi yang kakek mau,dia mau gue nerusin perusahaannya. Jadi dia bebanin semunya ke gue. Tanpa kakek tau,gue gak mampu jadi apa yang dia mau. Asal lo tau, dari kecil gue gak suka belajar,tapi kakek maksa gue buat belajar terus tanpa berhenti. Sebenarnya gue tau kalo apa yang kakek lakuin itu demi kebaikan gue, tapi menurut gue kakek terlalu memaksa dan akhirnya ya gue jadi gini. Jadi manusia yang gak bisa terbuka sama semua orang,jadi manusia yang gak bisa bersosialisasi sama orang lain karena gue gak pernah interaksi sama orang lain kecuali orang rumah." Penjelasan Latisya.
"Emm... kalo boleh tau,gue beberapa kali liat lo nangis, gue liat tadi di kantin sama di depan gerbang sekolah. Apa itu semua karena kakek lo juga?" tanya Azriel.
"Iya. Tadi pas di kantin gue di marahin sama kakek di telpon, karena masalah gue yang tadi pagi di hukum gara-gara gak bawa buku tugas. Dan itu pertama kali gue di hukum,selama ini gue gak pernah di hukum sekalipun karena gue selalu nurut sama aturan sekolah. Guru itu nelpon kakek gue,dan alhasil kakek marahin gue."
"Serius lo baru pertama kali di hukum dari SD?" Tanya Azriel.
"Iya gue serius."
"Waah hebatnya. Kalo lo yang nangis di depan gerbang sekolah karena apa?" Tanya Azriel.
"Ouh. Itu juga karena kakek yang marahin gue lagi. Tadi tuh abis pulang sekolah gue gak langsung pulang,gue mampir dulu bentar ke mall karena setres juga sama kelakuan kakek. Gue minta supir buat jemputnya telat dari biasanya dengan alasan mau kerja kelompok padahal main ke mall,tapi gue lupa kalo kakek itu punya mata-mata buat ngikutin gue kemanapun, yang gue lakuin,dan semuanya tentang gue kakek harus tau."
Mendengar Latisya selalu di ikutin mata-mata kakeknya,Azriel celingak celinguk menyusuri semua arah.
"Lo kenapa?" Tanya Latisya heran.
"Kan katanya lo selalu diikutin mata-mata kakek lo."
"Mereka gak sempet ngikutin kita kok,tenang aja."
"Beneran?"
"Iya."
"Eh emang lo gak boleh sama sekali keluar buat main?padahal menurut gue lo pergi ke mall bentar doang mah gak papa." Tanya Azriel
"Kan itu menurut lo,beda lagi sama kakek gue."
"Possesive banget sih kakek lo. Jadi gue gak bisa ajak jalan lo lagi dong."
"Bisa, dengan alasan kerja kelompok."
"Kalo masalah mata-mata yang di suruh kakek lo gimana?"
"Sebenarnya temen-temen di sekolah lama gue juga udah tau masalah gue,jadi kalo mereka ngajak main,harus izin dulu sama kakek buat kerja kelompok,dan mata-mata gue bisa di kelabui di jalan,banyaklah caranya."
"Ouh gitu. Emm... gue boleh minta nomor whatsapp lo gak?" Tanya Azriel.
"Boleh."
"Nih." Azriel memberikan hp-nya ke Latisya.
Latisya mengetikan nomornya di hp Azriel.
"Nih." Latisya mengembalikan hp Azriel.
"Gue boleh nanya lagi gak?" Tanya Azriel.
"Boleh."
"Katanya lo di keluarin dari sekolah lama lo kenapa ya?"
"Lo tau dari siapa?"
"Hehe orang-orang di sekolah pada ngomongin lo. Emang lo gak nyadar?" Ucap Azriel.
"Enggak. Kalo di sekolah gue selalu sendiri gak punya temen, dan gue juga gak peduli sama apa yang orang omongin tentang gue."
"Nice girl." Ucap Azriel sambil mengusap puncak kepala Latisya.
Latisya yang kaget di perlakukan seperti itu menjadi gugup, dan Azriel menjadi tidak enak.
"E-eh sorry." Ucap Azriel.
"G-gak papa." Ucap Latisya.
"Emm...jadi cerita?" Tanya Azriel.
"Iya. Jadi sebab gue di keluarin dari sekolah lama gue itu karena ada kakel cewe yang bully gue, ya gue lawan dong tapi dia drama banget pas gue bales,ada pacar gue dateng. Yang dia tau gue yang bully dia duluan,tapi kenyataannya bukan. Dan jadilah gue ribut sama pacar gue sampe putus hari itu juga. Dan karena kakel itu,gue dikeluarin dari sekolah dia ngelapor ke pihak sekolah kalo gue yang bully dia. Sampelah info itu ke kakek,gue di marahin habis-habisan saat itu dan sebagai hukuman, gue harus terus belajar,gak boleh keluar."
Azriel merasa dadanya sakit saat mendengar Latisya sudah punya pacar,meskipun mereka sudah putus.
"Terus pacar lo percaya gitu aja sama dia?" Tanya Azriel.
"Iya. Dia pinter banget membalikan fakta seolah-olah gue yang salah."
"Yang sabar ya. Gue gak nyangka lo punya masalah sebesar ini,kalo gue punya masalah kayak gitu,gue mungkin gak bisa bertahan,gak bisa sekuat dan sesabar lo."
"Iya makasih ya." Ucap Latisya sambil tersenyum dan dibalas senyuman juga oleh Azriel.
"Kita pulang yu! Udah mau gelap nih. Kita juga belum ganti baju sekolah nih." Ajak Azriel.
"Yaudah ayo."
"Lo gak papa kalo pulang?"
"Gak papa. Udah biasa juga."
"Yaudah."
"Gue harap,gue bisa kesini lagi."
"Lo bisa ke sini lagi kok,ntar kapan-kapan gue ajak."
"Iya makasih. Ayo!"
"Ayo."
Latisya dan Azriel memakai helm terlebih dahulu lalu mereka naik ke motor.
Azriel mengemudikan motornya sedikit lebih ngebut karena sebentar lagi malam.
Setelah sampai di halaman rumah Latisya.
Latisya turun dari motor Azriel.
"Nih makasih ya." Ucap Latisya sambil menyodorkan helm ke Azriel.
"Iya sama-sama. Emang lo gak papa kalo di marahin kakek lo?"
"Gue masuknya lewat belakang kok. Jadi aman untuk sementara."
"Yaudah. Gue pulang ya."
"Iya. Makasih dan hati-hati."
"Daritadi makasih mulu."
"Gue gak pernah keluar sebelumnya,jadi hari ini gue seneng banget di ajak keluar bareng lo." Ucap Latisya sambil tersenyum membuat Azriel terpesona.
"Pertahanin senyumannya ya,gue suka."
Latisya yang mendengar ucapan Azriel jadi salting sendiri dan tanpa sadar,jantung mereka berdua berdetak lebih kencang dari biasanya.
"Gue daritadi gak pulang-pulang, kapan mau pulangnya?"
Ucap Azriel."Yaudah pulang aja."
"Dih ngusir."
"Aish tadi lo kan yang mau pulang,kenapa jadi gue yang di tuduh ngusir?"
"Hehe iya-iya maaf. Yaudah gue pulang beneran nih. Jangan rindu ya." Ucap Azriel sambil tersenyum.
"Lo kali yang rindu."
"Udah-udah gue pulang dulu ya."
"Iya hati-hati."
Azriel pun pulang ke rumahnya dan Latisya kembali ke rumahnya lewat belakang.
_____________________________
Haii...
Udah Part 10 ya...
Jangan lupa vote and follow account author ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
hanya sebuah topeng [ON GOING]
De TodoNote: selama belum tamat,masih tahap revisi. Marah,depresi,kesal,tertekan,dan paksaan itu semua seolah menjadi makanan setiap hari Latisya. Menangis seakan menjadi rutinitas setiap hari.Hanya kegelapan yang setia menemaninya. Bukan tawa,canda,dan ce...