eight

42 22 1
                                    

Azriel melihat Latisya sedang menahan air mata yang sudah pelupuk matanya,ia hampir menangis setelah mendapat telpon.

"Kalo liat dia nangis gitu gue jadi ikutan sedih,ngerasa sakit." ucap Azriel.

Azriel kembali berjalan menuju bangku tempat ia dan Latisya makan.

"Lo kenapa?" Tanya Azriel hati-hati.

Latisya hanya menggelengkan kepalanya, ia tidak mau masalahnya di ketahui orang lain.

"Ayo makan!" Ajak Azriel dan di jawab anggukan oleh Latisya.

Mereka makan dalam hening, tidak ada yang bersuara kecuali dentingan sendok dan mangkuk yang saling beradu.

Makanan milik Latisya habis duluan, ia beranjak pamit kembali ke kelasnya.
"Gue duluan ke kelas,nih uang makanannya." Ucap Latisya sambil memberikan uang ke Azriel.

"Udah gak papa,gue traktir."

"Makasih" jawab Latisya tetap dengan ekspresi datarnya.

"Iya. Lo kalo ada masalah jangan sungkan-sungkan cerita ke gue aja. Jangan di pendem sendiri,bahaya. Ya,meskipun gue gak bisa bantu apa-apa, seenggak nya dengan lo cerita ke gue, bisa ngurangin beban lo."

Latisya kaget dengan ucapan Azriel.

"Kenapa dia bisa tau kalo gue ada masalah?" Tanya Latisya dalam hati.

Latisya tidak menghiraukannya,dia mengangguk lalu kembali berjalan ke kelasnya.

Azriel sudah tak nafsu makan, ia melamun memikirkan Latisya.

"Dia kenapa ya? wajah dia menampakkan seperti tidak ada apa-apa, tapi berbeda dengan matanya yang menunjukkan sorot penuh kesedihan."

Ketika Sedang bergelut memikirkan Latisya,tiba-tiba teman-teman Azriel.

"Lo dari tadi di kantin?" Tanya Satria membuyarkan lamunan Azriel.

"Enggak. Daritadi gue di lapangan ngejalanin hukuman." Jawab Azriel.

"Tumben mau ngejalanin hukuman,ada apa nih?" Tanya Ilham.

"Tadinya sih gue gak mau ngejalanin hukuman itu,tapi tadi di lapangan gue liat Latisya juga di hukum,ya gue ikutlah." Jawab Azriel.

"Ouh pantesan. Dia gak ngerjain tugas kayak lo?" Tanya Yusuf.

"Mungkin." Jawab Azriel.

"Wiih emang jodoh enggak mungkin kemana ya hahaha." Ledek Satria.

"Aminin aja deh." Jawab Azriel.

"Di hukum bareng doi bukannya seneng kok malah murung?"
Tanya Yusuf.

"Tadinya gue seneng tapi, tadikan gue ajak dia ke kantin, gue paksa akhirnya dia mau, terus gue pesen makanan deh. Tapi pas gue balik nganterin makanan,gue liat Latisya ampir nangis, wajah dia udah merah, air mata dia dah di pelupuk matanya. Pas gue tanya kenapa,dia malah gak jawab. Gue takut dia kenapa-napa, gue takut dia nangis lagi, karena kalo liat dia nangis, hati gue jadi sakit juga. Gue tau dia lagi ada masalah, walaupun dia gak cerita, tapi gue tau dari sorot matanya." Jawab Azriel lesu.

"Lo seperhatian itu bro, gue doain semoga dia peka kalo ada lo di belakang dia yang akan tetap selalu ada buat dia, ada lo yang siap nerima curhatan dia, ada lo yang siap jadi sandaran saat dia lagi terpuruk." ucap Satria.

"Iya bro makasih,gue liat mukanya biasa aja, tapi enggak dengan sorot matanya yang menunjukkan begitu banyak masalah yang ia pendam sendiri, gue pengen ngejaga dia, selalu ada buat dia saat dia terpuruk." Jelas Azriel.

"Iya-iya udah ah jangan mellow gini, kita kan ke kantin mau makan bukan mau sedih-sedihan gini." Lerai Satria.

"Iya-iya,yaudah lu pesen makanan gih Sat!" Titah Yusuf.

"Lah... kok jadi gue?"

"Nurut aja sii"

"Iya-iya deh,mau makan apa lu pada?" final Satria.

"Gue kayak biasa aja." Jawab Yusuf.

"Gue juga." Jawab Ilham.

"Lu mau pesen lagi gak riel?" Tanya Satria.

"Enggak ah gue gak nafsu makan." Jawab Azriel.

"Oh yaudah." final Satria.
Satria pun pergi ke stand makanan yang mereka pesan.

"Eh, lu pada jangan lupa ntar latihan basket abis pulang sekolah!" ucap Ilham.

"Iya-iya." Jawab Azriel dan Yusuf serempak.

Tak lama kemudian,Satria datang dengan membawa nampan makanan mereka.

"Nih!" Satria menyodorkan makanannya.

Mereka pun memakan makanan mereka dengan khusyu tanpa suara.

Setelah menghabiskan makanan, mereka langsung kembali ke kelas, karena bel tanda masuk sebentar lagi berbunyi.

"Yok ke kelas!" ajak Ilham di jawab dengan anggukan oleh semuanya.


❄️❄️❄️


Setelah bel pulang berbunyi,Azriel,Ilham,Satria,dan Yusuf bergegas membereskan bukunya lalu pergi ke toilet untuk ganti seragam mereka dengan pakaian khas pemain basket,karena setelah ini mereka akan latihan basket.

Tak butuh waktu lama mereka sudah berkumpul di lapangan bersama pemain lainnya dan pelatihnya yaitu Pak Azis.

"Ayo semuanya pemanasan dulu!" titah Azriel.

Azriel yang bertanggung jawab membimbing para pemain basket selagi Pak Azis belum datang,karena dia ketua tim basket SMA Bhakti Dharma dan sudah di percaya oleh Pak Azis untuk membimbing para pemain basket.

Mereka pun serempak mematuhi perintah Azriel untuk melakukan pemanasan.

Tak lama setelah pemanasan selesai, Pak Azis datang.

"Untuk hari ini, kelas XI membimbing adik kelas nya satu orang kelas sebelas, satu orang kelas sepuluh! Bapak permisi dulu,karena akan ada rapat antar guru olahraga di sekolah lain. Azriel tolong perhatikan ya, bapak permisi dulu."
Pamit Pak Azis.

"Iya Pak"

Mereka pun segera melaksanakan amanat Pak Azis.

Setelah selesai latihan basket tanpa kemana-mana lagi Azriel langsung pulang.

Saat di pintu gerbang,Azriel melihat cewe yang dari kemarin-kemarin memenuhi pikirannya, tapi ia lihat cewe itu sedang menangis sesenggukan sambil memegang handphone dengan lemas.
Azriel merasa dadanya sakit melihat dia menangis.

Karena tak tega,Azriel menghampiri cewe itu.

_____________________________

Hai hai haii🤗
Tetep ikutin ceritanya yaa...
Jangan lupa vote😉

hanya sebuah topeng [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang