/konyol/
"Maaf saya datang terlambat"
Atensi keluarga Alya beralih menatap seorang laki-laki yang berdiri tegap dihadapan mereka dengan setelan casual dan senyum menawan yang ia miliki.
"Johnny? Ini beneran Johnny? Oh my god", ujar Amita menatap tak percaya anak dari sahabat dekatnya di Australia ada dihadapanya sekarang.
"Iya tante, ini beneran saya Johnny",sahutnya santun lalu mencium tangan Amita dan Restu bergantian beralih menjabat tangan kedua kakak Alya beserta suami mereka masing masing.
Bara dan Alya pun turut ikut menjabat tangan Johnny.
"Maaf sebelumnya, kalo kedatangan saya kesini secara tiba-tiba tanpa memberi info lebih dulu",ujar laki-laki yang dipanggil Johnny
"Ah gapapa nak, kami sangat senang nak Johnny bisa datang ke rumah kami. Oiya silahkan duduk anggap saja rumah sendiri, nak Johnny mau minum apa? Pasti capek kan?" Ujar Amita ramah
Johnny tersenyum canggung, "ah iya gapapa tante ga perlu repot-repot- oh iya kedatangan saya kesini atas perintah ibu saya untuk membicarakan-"
"Minum aja dulu kali ya sebelum masuk ke obrolan intinya nak Johnny",tukas Amita cepat sebelum Johnny melanjutkan ucapanya.
Johnny hanya tersenyum lalu mengangguk, tidak enak juga jika tawaran untuk minum ia tolak lagi.
"Bara buatin minum buat tamu kita cepat ga pake lama ya",ujar Amita tegas membuat Bara mengangguk patuh.
Tapi gerakan Bara terhenti ketika tangan sang istri menahanya. "Mih kan ada bi Asri asisten rumah tangga kita, kenapa ga nyuruh bibi aja yang buat kenapa harus suami aku?" Alya angkat bicara, ia tidak ingin suaminya di rendahkan.
"Bi Asri lagi pulang kampung, lagian apa susahnya si buatin minum buat tamu?" Sahut Anya kakak kedua Alya
"Minuman buatan suami kamu enak Al, makanya mamih nyuruh suami kamu yang buat, emang cocok juga si suami kamu jadi pedagang es yang didepan sekolahan gitu" celetuk Yusran suami dari kakak pertama Alya
Alya mengatupkan tanganya kuat, menahan emosi yang menguasai dirinya sekarang.
"Mas Yus-" ucapan Alya terhenti tanganya ditarik oleh sang suami menuju dapur.
Johnny diam-diam memperhatikan perdebatan kecil antara kakak dan adik didepannya..ia berusaha terlihat tenang serta biasa-biasa saja karena ia sudah tau apa yang terjadi.
-
Sesampainya di dapur, Bara menatap lekat netra sang istri dengan tatapan yang sulit di artikan."Apa? Mas mau marah sama aku? Mau bilang kalo aku salah udah nyela omongon mami sama kakak iya? Mas! Mereka selalu aja merendahkan kamu! Kamu sadar ga si?!" Ujar Alya dengan menaikkan nada bicaranya karena emosi.
Alih-alih merespon ucapan Alya, Bara lebih memilih untuk membuatkan minuman tamu sesuai perintah ibu mertuanya, menghiraukan tatapan emosi Alya di sampingnya.
"Biar aku aja yang anter ke tamunya, kamu gendong Jian yang lagi tidur di kamar aku yang dulu abis itu kita pulang",ujar Alya tegas sembari mengambil alih minuman yang dibuat oleh Bara ke atas nampan untuk disuguhkan ke tamu.
Bara menghela napas lelah, ia lelah harus bereaksi seperti apa ketika Alya emosi melihat dirinya yang direndahkan oleh keluarga sang istri. Kalo boleh jujur, Bara sangat sakit hati jika ia diperlakukan rendah oleh mertua dan kakak iparnya..
Tapi Bara sadar, ia direndahkan oleh mertua dan kakak iparnya pun karena kondisinya kan?
Andai saja Bara bisa menyuarakan suaranya, andai saja Bara bisa mendengarkan ucapan seseorang tanpa alat bantu, ibu dan ayah mertua serta kakak iparnya tidak akan merendahkanya karena merasa malu bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
perfect Husband | Jaerosè (✔)
Fanfictionsemua orang dilahirkan tidak sesempurna itu. Namun, menurutku kamu sudah terlahir sempurna versi kamu sebagai seorang suami. - Alya terima kasih telah mencintai laki-laki yang tak sempurna sepertiku, kamu adalah perempuan terhebat dalam hidupku sete...