/Putus atau terus?/
"Al mending periksa aja deh muka lo pucat banget sampe ngalahin dinding toilet butik gue",ujar Adisa sahabat Alya sekaligus pemilik butik tempat Alya bekerja
Sudah sepuluh kali Alya bolak-balik ke toilet karena rasa mual yang ia rasakan, Adisa yang melihat hal itu merasa khawatir dan menemani Alya sembari memijat tengkuk sang sahabat.
"Masuk angin biasa kok Dis",sahut Alya sembari membasuh wajahnya lalu menatap dirinya dipantulan cermin didepanya memastikan apa benar wajahnya sepucat itu?
Adisa memutar mata jengah mendengar ucapan yang dilontarkan perempuan dihadapanya sekarang. "Ck engga mungkin masuk angin biasa anjrit udah deh mending nurut sama gue! Sekarang periksa, tenang aja gaji lo aman engga bakal gue potong"
"Tap-" belum selesai berbicara tangan Alya sudah ditarik paksa oleh Adisa untuk mengikuti langkahnya menuju rumah sakit terdekat.
💕
Bara tersenyum mendengar celotehan sang buah hati disampingnya, rasa sakit dan bosan seketika hilang kala mendengar suara Jian yang menceritakan hal-hal yang ia lakukan ketika Bara berada di rumah sakit.
"Papa kalo kaki papa sembuh ayo jalan-jalan bareng mama lagi..",ujar Jian sembari memainkan tangan sang papa sedangkan Bara menganggukan kepala mengiyakan, ingin rasanya Bara menanggapi semua ucapan yang dilontarkan anaknya namun ia sadar itu hal yang mustahil bukan?
Semakin hari kondisi Bara semakin membaik, tangan kanan yang tadinya di gips sudah bisa bergerak walaupun masih gerakan pelan juga kaki kirinya yang sedikit demi sedikit bisa digerakan dan bisa diajak berjalan dengan bantuan kruk..
Sebenarnya Bara ingin mulai beraktivitas kembali tapi sang istri sangat melarang karena takut kelelahan sedangkan Bara masih masa pemulihan dari kecelakaan yang menimpanya.
"Mas Baraaaa, Jiannnn yuhuuuu Dilan pulang dengan membawa Milea",seru seseorang dari luar kamar membuat Bara dan Jian saling menatap sembari menautkan alis
Tidak lama kemudian pintu kamar Bara terbuka menampilkan kepala Nalandra yang menyembul dari balik pintu dengan cengiran lebar khasnya.
"Mas aku bawa martabak telor sama martabak manis buat mas Bara sama Ji-"
"Mana om? Jian mau!" Tukas Jian cepat sembari melepas pelukan dari sang papa lalu beralih mendekap kaki Nalandra yang berdiri di ambang pintu kamar sedangkan Bara tersenyum sembari menggelengkan kepala melihat tingkah laku Jian..
"Hadeh giliran makanan aja gercep amat, ada di meja makan oiya Ji nanti temenin teh Lia dulu ya kasian sendirian",ujar Nalandra yang diangguki Jian semangat
"Jangan lari Jian nanti jatoh nangesss!" Seru Nalandra melihat sang ponakan berlari
Setelahnya Nalandra mendekat kearah sang kakak yang tengah duduk bersandar di headboard kasurnya.
"Mas.. pacarku mau jenguk calon kakak iparnya boleh engga?"
Bara terkekeh mendengar ucapan sang adik lalu menganggukan kepalanya, "boleh aja tapi kamu engga malu emang sama keadaan mas didepan pacar kamu?"
Nalandra menggeleng
"Kenapa harus malu??? Mas ku ganteng gini kok yang ada bukan malu tapi aku khawatir, khawatir kalo pacarku nanti suka sama mas"
KAMU SEDANG MEMBACA
perfect Husband | Jaerosè (✔)
Fanfictionsemua orang dilahirkan tidak sesempurna itu. Namun, menurutku kamu sudah terlahir sempurna versi kamu sebagai seorang suami. - Alya terima kasih telah mencintai laki-laki yang tak sempurna sepertiku, kamu adalah perempuan terhebat dalam hidupku sete...