/Sebuah Rasa/
Adisa menengguk habis minumanya setelah menjelaskan hubungan testpack dan sang sahabat dihadapan laki-laki jangkung yang kini tengah terpaku ditempat sedangkan sang sahabat (Alya) memilih untuk menatap tajam laki-laki didepanya.
"Maaf saya benar-benar minta maaf atas apa yang saya lakukan pada Alya, jujur saya tidak dalam keadaan sadar ketika melakukan itu. Saya tau kata maaf tidak bisa menyelesaikan masalah." Ujar Johnny setelah terdiam cukup lama
"Terus kalo udah tau kata maaf engga bisa nyelesaian masalah, tindakan lo selanjutnya apa? Angkat tangan gitu engga mau tanggung jawab?!" Sahut Adisa sedikit emosi
Adisa sengaja mengajak Johnny bertemu disebuah cafè lewat sambungan telpon menggunakan ponsel Alya guna mencari jalan keluar dari masalah yang menimpa sahabat- nya.
"I think semua keputusan ada di tangan Alya sekarang. Kalo pun saya ingin bertanggung jawab bagaimana dengan suami Alya? Saya tidak mungkin menikahi Alya dalam keadaan ia masih berstatus istri orang atau saya memaksa Alya untuk menceraikan suaminya itu engga mungkin kan?",ujar Johnny dengan tenang
Ucapan johnny sukses membuat Adisa terdiam, ia membenarkan ucapan Johnny tadi yang mengatakan keputusan ada ditangan sahabatnya.
Lantas Adisa melempar tatapan kearah Alya sembari menyenggol lengan sang sahabat yang masih bungkam disebelahnya..
"Alya Bagaimana keputusan kamu? Saya perlu bertanggung jawab kah?" tanya Johnny tenang sembari menatap Alya
Johnny sengaja mengajukan pertanyaan itu karena ia tau Alya akan sangat menolak dan menentang keras jika Johnny mengambil keputusan seorang diri untuk bertanggung jawab dengan menikahinya tanpa meminta persetujuan yang bersangkutan.
"Tidak perlu", ujar Alya dengan nada tegas membuat Adisa yang duduk disebelahnya sedikit tersentak
"Saya tidak ingin meminta atau pun menuntut kamu bertanggung jawab, saya hanya ingin membuat kesepatan"
Johnny diam lalu menatap lekat Alya penuh tanya, "kesepakatan apa?"
"Ketika anak ini lahir saya ingin kamu jangan pernah mengatakan pada siapa pun kalo kamu ayah kandungnya! Tolong tutup rapat-rapat masalah ini demi kebaikan bersama."
Johnny membulatkan matanya tak percaya sedangkan Adisa menggelengkan kepala tak habis pikir.
"Al ini bukan lo banget",bisik Adisa tepat di telinga Alya yang tengah mengepalkan tanganya kuat sembari menahan air mata yang ingin menerobos benteng pertahanan
Alya tau itu kesepakatan yang sangat kejam karena memisahkan ikatan seorang anak dan ayah nantinya, tapi jalan terbaik menurut Alya hanya itu.. ia tidak ingin berpisah dengan Bara karena mengandung darah daging Johnny yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.
Alya juga memikirkan bagaimana perasaan kekasih Johnny jika mengetahui masalah gila seperti ini..
"Baiklah kalo itu yang kamu mau, saya tidak akan pernah mengatakan jika anak yang kamu kandung itu darah daging saya.." sahut Johnny yang masih berusaha tenang padahal jauh di dalam hatinya ia merasakan perih luar biasa.
"Saya harap Bara tidak curiga dan bisa menerima kehadiran anak kita di keluarga kecil kalian",sambung Johnny sembari tersenyum sumir.
KAMU SEDANG MEMBACA
perfect Husband | Jaerosè (✔)
Fanfictionsemua orang dilahirkan tidak sesempurna itu. Namun, menurutku kamu sudah terlahir sempurna versi kamu sebagai seorang suami. - Alya terima kasih telah mencintai laki-laki yang tak sempurna sepertiku, kamu adalah perempuan terhebat dalam hidupku sete...