Part 18

1.9K 165 111
                                    

Dalam keheningan, tubuhnya duduk menyender pada sandaran sofa yang kini lengang tersisa dirinya seorang diri. Seulas senyum tipis terukir di bibirnya merasakan eksistensi lain di belakangnya

"Apa yang kau lakukan disini.."tanyanya tenang menarik dirinya untuk berdiri tegap

"...Riku," imbuhnya lagi menolehkan kepalanya menatap langsung sosok di belakangnya

"Hentikan sekarang juga," ujarnya dingin menatap tajam lawan bicaranya

"Apa hak mu melarangku?" seulas senyum miring tercipta membalas perkataan Riku

Menautkan alisnya dalam, "Aku temanmu kalau kau lupa," ketusnya membuat lawan bicaranya tersentak kecil

"Maka dari itu, berhenti mencampuri urusanku. Memo,"tegasnya lagi

"Jika kau temanku, bukankah itu berlaku juga sebaliknya. Aku juga temanmu Riku," balas Memo terkekeh kecil

"Kubilang berhenti! Aku bisa mengatasinya sendiri, jadi pergilah. Bawa mereka semua pergi"

"Dan membiarkanmu tersesat dalam kesendirian?" balas Memo telak

"Sadarlah, kau tidak bisa kembali begitu saja," imbuhnya lagi

"Aku bisa! Aku pasti bisa, jangan meremehkanku,"

Menghela nafasnya sejenak, Memo berusaha bersikap lebih tenang menghadapi sifat keras kepala temannya ini. "Aku selalu percaya pada tekadmu Riku, tak pernah sekalipun aku meragukan itu," jelasnya tersenyum lembut membuat Riku terperangah

"Tapi.. tubuhmu tidak bisa mengimbangi itu," imbuhnya lagi, Riku yang tau betul akan kondisi tubuhnya hanya menghela nafasnya berat

"Tetap saja, aku sudah berkali kali melampaui batasanku. Kali ini juga akan berhasil," jelas Riku teguh dengan pendiriannya

Menatap geli lawan bicaranya saat ini, Memo tersenyum pongah. "Katakan padaku apa yang kau bisa capai sendiri Riku,"

Tercekat mendengar perkataannya, ucapannya hanya bisa tertahan di tenggorokannya.

"Aku tidak meremehkanmu Riku," jelas Memo lebih lembut menyadari keputus asaan melingkupi hati Riku saat ini, "membutuhkan seseorang di sampingmu itu bukanlah hal buruk, mereka yang bisa menyokongmu justru merasa sangat bahagia," jelas Memo

"Aku tau kebaikan kalian, aku tau pengorbanan kalian. Untuk itu, kumohon hentikan sekarang juga."

Menarik nafasnya sejenak, Riku menatap lurus Memo dengan mata yang mulai berkaca-kaca, "Aku tidak ingin ada pengorbanan lagi, hanya untuk orang sepertiku,"

Terkekeh kecil, Memo berjalan mendekatinya menyentuh pundaknya lembut. "Aku tidak dapat dihentikan lagi Riku, kami akan kehilanganmu untuk selamanya jika berhenti sampai disini," jelasnya tenang

"Kepingan memorimu terpencar saat ini," jelas Memo menerawang, "Karena itu kau tersesat tak bisa menemukan jalan pulang,"

"Perlahan-lahan kami berhasil menata kepingan memorimu yang terpencar,"

"Kemunculanmu melalui mimpi-mimpi kami, perasaanmu yang meluap melalui diriku, dan sekarang keberadaanmu di depanku. Itu menunjukkan perkembangan kami selama ini,hanya tinggal menghitung waktu kau akan kembali pada mereka."

"Kenapa kau mengecualikan dirimu sendiri! Aku tidak akan pernah mau kembali dengan cara seperti ini!!" sentak Riku cepat menyangkalnya

"Seharusnya kau mengerti kenapa kita bisa cocok selama ini. Satu persamaan di antara kita, kita sama-sama keras kepala," jelas Memo tersenyum lembut

Meremat erat tangan Memo yang berada di pundaknya, Riku menatapnya sendu. "Memo, kumohon jangan korbankan semuanya untukku. Kau masih memiliki tujuan lain selama ini, alasan kenapa kau tertahan di dunia ini," ujar Riku lirih

ID7 ReactionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang