Part 19

2.4K 168 173
                                    

Dalam keheningan malam,ia membiarkan angin dingin menerpa wajahnya mengacak surai ravennya secara alami. Desiran hangat melingkupi hatinya secara misterius, menuntunya bergerak menuju suatu tempat.

Tak berniat menghentikannya, ia membiarkan langkah kakinya berjalan sesuai nalurinya.

Di sebuah taman yang sepi, sinar bulan yang kala itu bersinar sangat terang mendukung suasana yang tercipta. Seolah berkomunikasi dengan sang angin, sosok itu tersenyum lembut menikmati keheningan di sekitarnya. Mengenali sosok itu, manik obsidiannya bergetar menahan genangan air di pelupuknya. Seolah terpanggil sosok yang sedari tadi berdiri tenang menolehkan kepalanya menatap Sang raven

Kala itu, nafasnya tercekat seketika hingga harus menelan ludah beberapa kali hanya untuk mengucapkan sepatah kata

"N-Nanase-san.."

Bagai tersadar dari lamunannya, manik crimson itu ikut membelalak menyadari sosok di depannya menatap tepat lurus pada maniknya, "Kau melihatku?" tanyanya tak kalah terkejut

Rasa terkejut serta raut panik tampak jelas terlukis di wajah pucatnya, berusaha menjauh pergi. Sebelum berhasil, gerakan reflek Sang raven bertindak lebih dulu. Cekalan erat, menahan pergelangan tangan lawan bicaranya dengan cekatan. Manik obsidiannya menatapnya penuh permohonan seolah mencegahnya agar tidak menjauh lagi darinya

"Iori.." gumam Riku lirih, tak bisa berkutik melihat raut partnernya saat ini.

"Jangan menjauh dariku.." gumam Iori masih mengeratkan genggamannya, "juga jangan menyuruhku pergi," ujarnya lagi

Mengalah dengan situasi yang ada, pemilik manik crimson itu hanya bisa menatapnya sendu melihat partnernya yang tampak begitu lemah. "Bagaimana kabarmu.. Iori?" tanya tersenyum lembut

Kekehan kecil berhasil lolos dari bibir Sang raven tidak menyangka itulah perkataan yang pertama kali terucap darinya, "Aku buruk, sangat buruk," jelas Iori masih mempertahankan raut sendu menatap lawan bicaranya saat ini

"Itu pasti karena aku ya.." ujarnya menggantung kalimatnya, membiarkan dengusan nafas berat ia hembuskan begitu saja

"Dasar, aku masih saja suka membuat masalah," imbuh Riku lagi merutuki dirinya sendiri

"Ya itu benar," balas Iori mulai kembali ke dirinya seperti semula, masih memegang erat tangan partnernya

"Kau harus bertanggung jawab Nanase-san," imbuhnya lagi membuat Riku menoleh cepat ke arahnya, menatapnya terkejut

Tanpa membalas tatapannya, Iori menatap lurus ke langit malam, "Kau harus segera menebusnya, dan kembali pada kami," imbuhnya lagi

"Aku tidak mengerti itu.." ujar Riku tersenyum kecut, "aku masih tidak mengerti kenapa kalian mengharapkanku kembali,"

Mendengar perkataannya sontak manik obsidiannya menajam menatap tak suka partnernya saat ini, "Aku terkejut kau masih sebodoh ini," gerutu Iori menautkan alisnya dalam

"Semuanya akan lebih baik tanpaku, bukankah begitu kenyataannya," ujar Riku tenang menanggapinya

"Aku masih heran darimana kau mendapat kesimpulan itu," dengus Iori tak ingin membahas lebih jauh perkataan Riku

Keheningan menjalari keduanya untuk sesaat, "Kau.. tidak berniat melepaskannya," tanya Riku tampak canggung mengarahkan pandangannya ke tangannya yang masih setia di cekal erat oleh partnernya

"Tidak," balas Iori singkat tanpa menolehkan kepalanya

Lagi, helaan nafas berat kembali terhembus, "Memo memegang erat pundakku seolah memberiku seluruh kekuatan yang ia miliki," ujar Riku kembali memecah keheningan

ID7 ReactionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang