Hancur berkeping-keping

13 2 1
                                    

Kata Oudi harus hati-hati sama orang terdekat
🚧

Langkah kaki Oudi semakin lama, ia berjalan sambil melamun. Saat Oudi terpikir kembali dari mulut siapa kata itu keluar membuat hatinya tersakiti.

Ia menjatuhkan badannya ke tanah yang sedang ia lewati. Tak terasa air matanya mengalir. Kala itu ia berada di belakang sekolah, tidak banyak yang datang kesana.

"Tuhan!! Kenapa semua kacau. Pertama mamah nikah lagi dan itupun sama paman Ferdy, kedua gue masih marah soal mamah tapi rasanya gue rindu sama orang yang lagi gue cuekin dan sekarang temen pertama gue malah bersikap kayak gini"

Oudi menyatukan wajahnya dengan tanah. Ia tidak peduli lagi mengenai pandangan orang yang melihatnya.
"Oudi! "

Ada yang memanggil nama Oudi dan dia adalah orang yang membuat Oudi merasa tenang.

Segera Oudi menatap wajah orang yang mendatanginya, tangannya langsung mendekap orang itu untuk menyalurkan bahwa dia sedang bersedih.

"Ka, gue lagi sedih. Hiks...hiks...Gue gak tau harus gimana. Satu kesedihan udah cukup, kenapa tuhan malah tambahin Ka"

"Berarti lo orang yang kuat Oud"

"Gu-gu-gue udah gak sanggup "

"Jangan bilang kayak gitu, pasti tuhan ngasih lo kekuatan "

Azka menghapus air mata di pipi Oudi dan tersenyum. Mengajak Oudi bangun dari tanah dengan tangannya.
"Lo gak boleh terlarut dalam kesedihan, kalau lo bisa marahin aja tuh orang yang nyakitin kamu."
Tambah Azka.

Pikiran Azka tidak seluruhnya salah, mungkin ada baiknya buat Oudi meluaskannya saja.

Dalam hati Azka sungguh hatinya terasa tersayat. Ada apa dengan dirinya?

Oudi meraih tangan Azka dan berdiri. Ia berusaha menguatkan dirinya. Karena tidak akan ada orang yang mampu menguatkan dirinya kecuali dirinya sendiri.

Mereka berjalan menuju kelas. Sekarang bukan Oudi lagi yang melamun tapi Azka.

Di benak Azka tersebut nama Ferdy. Azka berpikir pasti Ferdy penyebab kesedihan Oudi.

Memang ada nama Ferdy tapi yang membuat Oudi merasa sangat sedih adalah mamahnya.

Sepertinya setengah dari masalah Oudi adalah mamahnya, seperlima untuk Ferdy dan seperempat untuk Bila.

"Azka, boleh ga-"

"Apapun buat lo, gue izinin"

Mata Oudi menatap Azka, tersenyum. Gambaran Oudi untuk sekarang. Ia merasa tenang karena masih ada orang yang tidak keberatan untuk terlibat dalam kesedihannya.

"Apa lo memang gitu ya? "

"Gimana Azka? "

"Lo takut kalau orang lain ikut bersedih"

"Hmm"

"Mulai hari ini sampai seterusnya jangan pernah merasa seperti itu. Sebab kemarahan lo akan berkurang kalau lo cerita atau mungkin ngeluasin"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 13, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bintang Hati Bukan Bintang Sekolah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang