Chapter 18 || Loudya

20 5 0
                                    

Tadinya aku pikir, kamu benar-benar luluh. Ternyata aku benar-benar hanya benalu. Akhirnya dalam sekejap aku tahu, kamu hanya pensil yang sedang mencari penghapusnya.

"Lou, sini gabung sama kita aja!" ajak Kyra pada Loudya--anak baru yang baru saja memperkenalkan dirinya pagi tadi.

Bel istirahat pertama baru saja berbunyi, Kyra sengaja meminta Tata dan Aileen untuk menunggunya berkenalan sekaligus mengajak Loudya bergabung bersama mereka. Lumayan, bule kaya, bisa minta teraktir, katanya.

Gadis Bali itu tersenyum ramah pada mereka, "Halo, boleh gue gabung?"

"Boleh dong, Lou. Kenalin, aku Tata," ucap Tata seraya menjulurkan tangannya. Loudya membalas uluran tangan itu, lalu sekilas melirik Aileen yang tak menatapnya sama sekali.

Kyra yang sadar dengan keadaan pun menyikut lengan Aileen agar ikut memperkenalkan diri. Ia hanya tersenyum singkat, "Aileen."

"Biasa, lah, Aileen emang gitu, Lou, anaknya. Jangan kaget, ya, hehehe," jelas Kyra, ia takut anak baru itu salah paham kalau Aileen tidak welcome atas kehadirannya.

Keempat gadis itu memilih kantin utama untuk mengisi perut mereka hari ini, sekaligus mengenalkan kantin terfavorit pada Loudya. Tata dan Kyra yang dominan pada obrolan kali ini, sementara Aileen sibuk dengan ponselnya.

"Dulu kamu SMP di mana, Lou?"

"Gue di Jakarta, sih. Literally, gue di Bali waktu kelas sepuluh doang. Biasalah ada sedikit problem yang, yaa gitu lah, privasi sih."

Loudya terlihat sekali mudah berbaur. Terbukti, mereka baru berkenalan sekitar beberapa menit yang lalu, tapi cara mereka mengobrol seperti teman yang sudah akrab. Loudya berbanding terbalik dengan Aileen, walaupun kecantikan mereka tidak berbeda jauh, tapi menurut mereka, Loudya jauh lebih menarik karena sikap humblenya.

"Gue lagi pengen cerita, sih. Coz di sini cuma kalian yang gue kenal and anggap deket, so gue bakal cerita ke kalian aja, deh," ucap gadis itu seraya menatap temannya satu per satu, meminta persetujuan.

"Duduk di situ, deh, guys!"

Keempatnya memilih duduk di dekat pohon ceri, karena kursi di kantin utama kebetulan penuh. Yap, mereka berjalan terlalu lambat sampai kehabisan tempat. Tata dengan sukarela memesankan makanan untuk mereka seorang diri.

"Gue punya mantan yang sebenarnya gue literally masih sayang banget sama dia. But, gue nggak tahu, sih, perasaan dia ke gue sekarang gimana,"

"Kenapa putus?" Aileen menimpali. Akhirnya.

"Waktu itu gue yang mutusin, itu karena gue harus mendadak pindah ke Bali. Gue nggak suka LDR, menurut gue nggak worth it aja gitu."

Aileen mengangguk sembari ber 'oh' ria. Ia menyeruput minuman yang baru saja sampai sembari menyuruh Tata duduk di sampingnya.

Hening beberapa saat. Mereka menikmati bakmie tanpa saling menatap. "Oh, iya, si mantan lo itu sekolah di mana sekarang?" tanya Kyra dengan mulut yang masih penuh dengan makanan.

"Di--,"

"Guys, Tata harus temuin Abang dulu, bye!" Gadis itu berlari meninggalkan mereka. Sepertinya ia tak terlalu tertarik dengan yang Loudya ceritakan, itu pun mungkin karena ia tak mendengarkan sejak awal.

"Di sekolah ini," cicitnya seraya mengelap mulutnya dengan tisu.

"Hah?"

"Yaa, yang gue denger sih begitu."

Stand By YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang