Chapter 8 || Fact

88 47 59
                                    

"Bangun, udah sampe." Bevan menepuk bahu cewek itu dengan pelan.

Tata mengerjapkan matanya berkali-kali, menyesuaikan cahaya dengan retina matanya. "Pusing,"

Bevan menuruni mobil lalu membukakan pintu untuk cewek itu, memapahnya dengan penuh hati-hati.

"Makasih ya, Abang Bevan." Bevan hanya mengangguk pelan sembari memencet bel rumah Tata.

Rika membuka pintu dengan wajah terkejutnya, "Tata kenapa? Kok pucet?" Tanya wanita paruh baya itu seraya membawa putri semata wayangnya ke dalam dekapannya.

"Tadi Thalia katanya pusing, Tante." Rika hanya menanggapi dengan anggukan paham, lalu membawa Tata masuk ke dalam kamarnya.

"Bev, masuk dulu sebentar." Pinta Rika.

Rika mengisyaratkan Bevan untuk duduk pada sofa ruang tamu. Sepersekian detik, Rika sudah ada di hadapan Bevan.

Rika menatap mata Bevan dalam-dalam, sedangkan Bevan hanya menunduk.

"Tante mau ngobrol sebentar sama kamu, bisa?"

Cowok itu mengangguk mantap sembari membuat lengkungan pada bibirnya, "Iya bisa kok, Tante."

Bevan mengekori Rika dari belakang. Kini mereka sedang berada di taman depan rumah mewah milik keluarga Rika.

"Kamu suka sama Tata?" Tanyanya to the point.

Bevan memasukkan kedua tangannya pada saku hoodienya, "Emangnya kenapa, Tan?"

"Tante rasa Tata jatuh cinta sama kamu. Iya, kan?" Tanya Rika tanpa menatap Bevan.

Cowok itu menggaruk rambutnya, "Aduh, saya gak tau, Tan. Tanya ke Thalianya aja."

"Kamu suka gak sama Tata?"

"Belum tau." Bevan menunduk.

Rika menghadapkan wajahnya pada cowok tampan di hadapannya, "Tata anak baik. Dia selalu dengan mudahnya ngelupain apa pun yang buat dia kecewa. Tapi, ada efek sampingnya,"

Bevan mulai antusias dengan arah pembicaraan wanita itu, "Apa?"

"Dia jadi pusing berat dan kedinginan secara tiba-tiba." Jelasnya.

"Kok bisa, Tan?"

"Yah, Tante juga gak tau. Makanya Tante sama om hampir gak pernah buat dia kecewa."

Bevan mengambil ancang-ancang untuk berdiri, "Apa gak pernah cek ke dokter atau psikolog?"

Rika menggelengkan kepalanya, "Belum, Tata gak pernah mau. Padahal udah di bujuk pake segala cara dan gak pernah berhasil."

Cowok itu bungkam. Ia merasa bersalah. Ternyata cewek manja dan bar-bar itu tidak baik-baik saja.

"Tante harap, kamu gak akan ngecewain Tata. Kalau kamu bersedia, Tante mau kamu balas cintanya Tata. Tapi jangan terpaksa, jangan juga karena kasihan. Pelan-pelan aja, nanti juga terbiasa."

"Iya, Tante. Insyaallah."

Rika menganggukkan kepalanya lalu melenggang masuk ke dalam. Tanpa aba-aba, Bevan mencekal lengan Rika.

Cowok itu sedikit membasahi bibirnya, "Kalo seandainya Bevan lebih milih buat menjauh dari Thalia gimana, Tante?"

"Itu pilihanmu. Tante gak bisa maksa. Tapi Tante rasa, kamu juga akan jatuh cinta sama anak Tante." Rika menepuk pelan bahu cowok itu.

Bevan menatap Rika dengan tatapan yang sulit di artikan. Sedangkan Rika tersenyum tipis.

Cowok itu yang terlebih dahulu memutuskan kontak mata mereka sembari menghela napasnya berat. "Bevan pamit, Tante."

"Iya, terimakasih sudah anter Tata." Ucapan yang hanya di tanggapi anggukan oleh Bevan.

Cowok berperawakan tegap itu memilih untuk pulang ke rumahnya. Ia akan meminta izin kepada rekan osisnya ketika ia sampai dirumah nanti.

Karena rumah mereka hanya bersebrangan, kini Bevan sudah berada di depan pintu.

"Bang, kok udah pulang?" Jihan terkejut ketika melihat putra sulungnya berada di depan pintu dengan wajah yang kusut.

Cowok itu mencium punggung tangan sang Mama, "Abang pulang duluan, Ma. Tadi nganterin Tata, sakit soalnya." Jelasnya.

Cowok itu juga di panggil 'Abang' di rumahnya, karena ia merupakan anak sulung. Bevan juga memiliki adik perempuan yang masih duduk di kelas enam. Namanya Neyau.

"Papa udah pulang, Ma?"

Jihan mengunci kembali pintu utama rumahnya, "Udah, Bang. Papa lagi dongengin Ney dulu." Bevan mengangguk tanda paham.

Bevan melenggang masuk ke dalam kamarnya lalu membuka ponselnya untuk menghubungi Reva.

Bevan Abrisam
Rev, tlg bilangin ke yg lain gue gak bisa balik kesana lagi. Ada urusan. Gue titip anak-anak, ya. Thanks.
23.59

Revalina
Kalo gue no problem, Bev. Nah, Kak Reno masalahnya takut marah. Btw, si Tata gimana?
00.18

Bevan Abrisam
Thalia aman. Lo tidur, jgn sampe kecapekan.
00.19

Revalina
Cie perhatian, jgn gitu tar Tata jealous lagi sama gue:v
00.19

Bevan Abrisam
Dah ah brsk.
00.20

Cowok itu memilih untuk menyudahi percakapan mereka. Baru saja ingin mematikan ponselnya, sebuah pesan dari nomor tak di kenal menarik perhatiannya.

085*********
Aksa, kamu apa kabar?
Aku kangen banget. Kamu udah move on dari aku?

Bevan terkesiap. Aliran darahnya berdesir hebat, seperti ada luka lama yang kembali terbuka.

Ia memejamkan matanya sesaat lalu membuang napasnya perlahan.

Siapa dia? Gak mungkin dia, dia udah pergi dan gak akan pernah mau temuin gue lagi. Ya, dia bilang begitu.

Napasnya seketika memburu. Ia memasukkan ponselnya ke dalam laci di samping ranjangnya lalu menutup wajahnya dengan bantal.

⚡⚡⚡

Heiyyo!!
Sorry update nya lama, bcs my mood jelek trs. Semoga enjoy ya baca chapter ini!

Ada visual tambahan, nih.

Neyau as Neona Ayu

19/06/2020
Ig : @nisaazzhrx_

Stand By YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang