Chapter 13 || Truth or Dare

39 15 34
                                    

Pagi-pagi sekali Tata sudah berada di sekolah. Ia menunggu di parkiran dengan raut wajah menahan senyumnya.

Sebenarnya ia sedikit kesal karena semalam cowok itu mengirim pesan akan menjemputnya untuk berangkat bersama ke sekolah. Sudah dua puluh menit menunggu dan tidak ada kepastian. Maka dari itu Tata berangkat di antar supir pribadinya ke sekolah.

Tin!

Klakson motor seseorang membuat Tata tersadar dari lamunannya. Cewek itu pun menetralkan raut wajahnya tanpa menatap sesorang yang berada di atas motor tersebut.

Tata sudah berekspektasi  tinggi, ia berharap ketika  sampai di sekolah Bevan akan menghampirinya lalu membujuknya. Namun nihil, cowok dingin itu malah terus berjalan tanpa menghiraukan Tata yang sudah menunggunya di parkiran.

Karena tak terima di acuhkan, cewek bar-bar itu langsung saja berjalan menghampiri kakak kelasnya yang seratus persen lebih menyebalkan dari hari-hari sebelumnya.

"Abang!" pekik Tata ketika sudah berjalan satu meter lebih dekat dengan Bevan.

Bevan yang sedang memakai headset itu pun terus berjalan tanpa menghiraukan sekitarnya. Cewek itu tidak tahu Bevan memakai headset karena tertutup dengan hoodie dan masker.

Tata menarik ransel Bevan dengan segenap kekuatan yang ia punya. Sang empunya menatap cewek itu dengan tatapan penuh tanya.

"Abang kenapa gak jemput Tata tadi?" tanyanya dengan berapi-api.

Cowok itu melepas sebelah headsetnya, tidak lupa juga melepas masker yang bertengger di wajah tampannya. "Lo gak minta jemput," jawabnya singkat.

"Loh? Kemaren Abang yang bilang mau jemput Tata!" sarkasnya.

Bevan membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan. "Oh iya, lupa." ucapnya tanpa rasa bersalah.

Lah gue kenapa bisa lupa begini?

Tata berdecak kesal, "Tau, ah! Udah tau Tata lagi ngambek!" Cewek itu menghentakkan kakinya lalu pergi meninggalkan Bevan.

Bevan menahan senyumnya. Sebenarnya cowok itu ingin mencubit pipi chubby gadis itu saat ini juga. Namun apa daya, ia lebih mementingkan gengsinya. Apalagi kini mereka sedang berada di lingkungan sekolah, ia tak mau gadisnya menjadi bahan bullyan fansnya.

Kini Tata memasuki kelas dengan wajah muramnya. Ia bersungut-sungut dalam hati, memaki cowok yang menurutnya tak punya hati.

"Heh, ngapa lo dateng-dateng kaya ayam sakit?" celetuk Kyra ketika melihat sahabatnya memasuki kelas dengan raut wajah yang tidak bersahabat.

Cewek yang ditanya malah melempar tasnya pada meja lalu mendudukkan dirinya. "Tata lagi ngambek sama Abang Bevan. Eh barusan, dia tambah nyebelin!"

Aileen dan Kyra malah terbahak-bahak dengan penuturan cewek manja itu. "Emang si Abang-abang itu ngapain lo si sampe muka lo di tekuk segitunya?" ejek Aileen.

"Dia tu--" ucapan Tata terpotong karena Pak Rere, guru matematika memasuki kelasnya.

Ketika baru saja sang guru ingin menduduki dirinya pada kursi, ia mengurungkan niatnya. Begitu juga dengan para siswa, seluruhnya tiba-tiba membisu.

"Cek cek ..."

"Oke, pengumuman kepada seluruh guru untuk memasuki ruang guru karena akan di laksanakan rapat dadakan. Terimakasih."

"YEEEEEEEEEEEEEEEEEEE!"

"HORRAYYYYYYYYYY!!"

"SKUY NGANTIN, BROH!"

Stand By YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang