Chapter 12 || Kenangan terindah

56 19 18
                                    

Tata menuruni tangga dengan perlahan. Malam ini cewek bersurai sebahu itu menggunakan setelan kasual kemeja putih dengan rok kotak-kotak hitam yang di padu dengan kardigan abu abu. Cewek itu juga menambahkan pita hitam pada kemejanya.

Ia lekas menemui Bevan yang tengah serius dengan ponselnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia lekas menemui Bevan yang tengah serius dengan ponselnya. "Abang," panggilnya.

Bevan menatap Tata tanpa berpaling sedikit pun.

Cantik, dia bisa feminim ternyata.

"Kita mau kemana, Bang?" Tanya Tata dengan senyum khasnya. Bevan membalas senyuman Tata dengan senyum tipis, "Tadinya mau ajak ke PM, tapi outfit lo feminim."

Tata menautkan alisnya, "PM apa?" Pertanyaan polos yang terlontar dari mulut Tata langsung membuat cowok itu terkekeh.

"Pasar malam, Thalia." ucapnya lembut.

Kok sekarang Abang Bevan baik ya ke Tata?

Cewek itu menautkan jemarinya gugup, "Abaang, kenapa panggilnya Thalia? Tata sukanya di panggil Tata."

Bevan tak dapat menahan senyumnya tatkala pernyataan polos itu terlontar dari mulut cewek yang lebih sering ia panggil Thalia.

"Nama asli lo lebih bagus." singkatnya.

Tata dengan tiba-tiba menutup mulutnya, "Oooh, itu nama panggilan spesial dari Abang buat Tata, ya?" Cewek itu memperlihatkan deretan gigi putihnya.

"Jangan ge-er, udah ayo berangkat!"

"Kemana?"

"Ke PM, Thalia. Tadi kan gue udah bilang." Jawab Bevan tak santai.

Tata menggigit bibir bawahnya, tatapannya mengarah pada ujung flatshoes miliknya. "Katanya gak jadi, Tata kan pake outfit feminim."

"Eh gak papa deh, Bang. Kita ke PM aja ayo!" sanggahnya. Bevan hanya menanggapi dengan menganggukkan kepalanya.

Penampilan Bevan berbeda dari biasanya, apalagi dengan kendaraan yang cowok itu gunakan. Kalau biasanya ia membawa motor ninja, kini Bevan membawa motor vespa yang kelihatannya masih baru.

Perjalanan mereka di isi dengan senyum Tata yang tak pernah luntur sedari berangkat hingga sampai di tempat tujuan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perjalanan mereka di isi dengan senyum Tata yang tak pernah luntur sedari berangkat hingga sampai di tempat tujuan. Bibir manisnya sesekali mengalunkan lagu kesukaan cewek itu.

"Abang, Tata seneng banget kesini."

Bevan menatap Tata dengan tatapan teduh yang jarang ia keluarkan.  "Lo belum pernah ke tempat kayak gini emangnya?"

Pandangan cewek bersurai sedikit kecoklatan itu mengarah ke seluruh penjuru tempat di mana pasar malam itu di buka.

Ini memang pertama kalinya Tata ke tempat seperti ini. Karena dari dulu, orang tuanya hanya mengajaknya ke mall atau paling terbuka di kafe atau tempat makan outdoor.

"Belum, makanya Tata seneng banget. " jawabnya polos.

Bevan tersenyum tanpa sepengetahuan Tata, walau cowok itu belum berani untuk menatap Tata dengan terang-terangan.

Cowok itu berdiri sehabis membenarkan tali sepatunya yang terlepas, "Kalo gitu kita harus cobain semuanya, biar lo tahu kalo tempat ini adalah tempat yang paling asik sedunia." kekehnya.

"Kita?"

Bevan menjadi salah tingkah. Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Iya, kan gue sama lo yang main."

"Cie salting, ciee." Tata menggoda cowok di sampingnya.

Wahana pertama yang mereka naiki adalah bianglala. Entahlah, itu adalah pilihan Tata. Walaupun cewek itu tak pernah pergi ke tempat seperti ini. Tetapi ia pernah membaca bahkan menonton film tentang kedua pasangan yang bersenang-senang di wahana bianglala.

Di dalam bianglala, Tata hanya terdiam sembari menikmati keindahan langit malam. Padahal biasanya cewek bar-bar itu tak pernah bisa berhenti bicara.

"Diem aja nih?" Tanya Bevan mengejutkan Tata.

Refleks Tata memukul paha cowok di hadapannya. "Ih, ngagetin tau!"

"Lagian tumben diem aja."

"Tata speechless banget, kenapa dari dulu Bunda sama Ayah gak pernah ajak Tata ke sini ya, padahal Tata suka banget sama tempat ini."

Bevan malah menatap Tata dengan wajah yang sulit di artikan.

Karena tak kunjung mendapat jawaban, Tata kembali mengeluarkan suaranya. "Abang,"

"Kenapa?"

"Kita sebenarnya apa?" tanya Tata dengan gugup. Wajahnya mengharap-harap cemas.

Cowok itu menatap manik mata Tata dalam, "Kita?" Pertanyaan yang hanya ditanggapi dengan anggukan oleh Tata.

"Kita kan manusia, Thalia."

Raut wajah cemasnya kini berubah pias, emosinya meletup-letup. "Maksudnya status kita, Abang. Kalo kita manusia Tata juga tau!" sinisnya.

"Gila, bar-bar banget, sih!"

"Tau ah, bete!"

Cewek itu merajuk sampai mereka pulang. Bevan sudah melakukan semua cara untuk membujuk cewek itu. Namun nihil, tak ada yang berhasil satu pun.

Biasanya Tata tak pernah merajuk dalam jangka waktu sepanjang ini. Bahkan ia pernah merajuk hanya dalam waktu lima menit, lalu cewek itu kembali ceria seperti semula.

Mereka sampai di rumah pada pukul sepuluh malam. Padahal niat awal Bevan akan mengajak cewek itu main sampai pukul sebelas, bahkan ia sampai sudah menyempatkan diri untuk izin pada orang tua Tata walau hanya via chat.

Bevan Abrisam
Maaf ya bikin lo bete. Besok gue jemput deh, kita berangkat sekolah bareng. Good night & sweet dreams, Thalia:)

Ting!

Ponsel Tata berdenting tanda pesan masuk. Kalau di rumah memang ponselnya tak pernah berada dalam mode getar.

"Tumben banget Abang Bev chat Tata duluan, panjang banget lagi." monolognya.

"Hahaha, berhasil kan ngambeknya Tata. Siapa dulu dong, anak bunda!" sambungnya seraya terkekeh.


⚡⚡⚡

Hai haii!
Apa kabar? Baik kan?
Selamat membaca semuanya 💐


22/7/2020


Stand By YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang