Chapter 15 || Bali

19 6 0
                                    

"Tante Rika, Tata boleh ikut ke Bali nggak sama Bevan?" tanya Bevan tanpa ragu pada Rika, Bunda Tata.

Seluruh pasang mata menatap Bevan dengan penuh tanda tanya, tak terkecuali Tata. Mereka bertanya dalam hatinya masing-masing, apa yang merasuki pemuda itu, ini terlalu tiba-tiba. Biasanya ia tak ingin Tata ikut serta dalam hal apapun di hidupnya.

"Boleh aja kok, terserah Tata aja." Jawab Rika singkat.

Bevan menatap Tata dengan wajah datarnya, "Gimana, mau?"

Sedangkan yang ditanya hanya menganggukkan kepalanya sembari menahan senyumnya.

Tepat pukul setengah enam sore, Bevan dan Jihan pulang ke rumahnya. Bevan merasakan perasaan lain yang sudah lama tak ia rasakan. Apa ia sudah jatuh hati lagi?

Kini dirinya tengah mempersiapkan segala sesuatunya untuk esok hari. Sebenarnya rencana ini sudah ia buat sejak jauh-jauh hari, namun baru h-1 cowok itu berani mengajak Tata.

Bevan membuka roomchatnya dengan gadis itu, lalu memencet gagang telepon. Tanpa menunggu lama, sang empunya sudah langsung mengangkat.

"Halo, kenapa Abang?" Ucap seseorang dari seberang telepon.

Bevan memposisikan dirinya di balkon kamarnya, "Ta," bukannya menjawab, cowok itu malah memanggil Tata balik.

"Apa?"

"Udah siap-siap belum?"

Lama tak ada jawaban. Bevan memastikan bahwa teleponnya masih tersambung, lalu menaruhnya kembali ke depan telinga.

"Emm, ini lagi Tata siapin sama Bunda, kenapa emangnya?"

"Ta," lagi-lagi Bevan tak menggubris ucapan Tata dan malah memanggil nama gadis itu terus menerus.

Tata yang mulai kesal itu pun bangkit dari duduknya lalu menuju balkon kamarnya. Tak sengaja, tatapan mereka bertemu. Kebetulan, balkon kamar Bevan dan Tata tepat berseberangan. Entah sebuah kebetulan atau keberuntungan.

Bevan mengalihkan tatapannya ke arah lain. "Ta," panggilnya sedikit lebih pelan lagi.

"Iloveyou." Cicitnya tanpa jeda.

"Hah?"

Bevan langsung mematikan sambungan teleponnya. Lelaki itu masuk ke dalam kamarnya dengan tergesa lalu menyelundupkan wajahnya ke dalam bantal. Ia tak dapat menahan senyumnya. Sial, Bevan salah tingkah.

***

Pagi-pagi sekali, teman-teman dari Tata dan Bevan sudah berkumpul di halaman rumah Tata.

"Bunda, kita berangkat ya!" Pamit Kyra mewakilkan semuanya.

Satu per satu dari mereka mencium tangan Rika. Sampai pada antrian terakhir, tangan Bevan tak di lepas oleh Rika.

"Bev, Tante titip Tata, ya. Tolong jagain dia, tante percaya sama kamu." Pintanya di sertai senyuman ramah.

Bevan memperbaiki letak ranselnya yang sedikit turun, "Siap, Tante. Pasti Bevan jagain."

Lelaki itu menghampiri Tata yang sedang berkumpul bersama teman-temannya. Tanpa aba-aba, ia langsung menggenggam tangan gadis itu. Bevan masih setia dengan wajah datarnya.

Kini mereka sedang berada dalam perjalanan. Mereka menaikki satu Mobil besar milik Agam. Posisinya Bevan yang mengendarai mobil, lalu disampingnya ada Tata. Bangku kedua diisi Aileen dan Kyra. Lalu di bangku ketiga dan keempat diisi oleh para lelaki.

Kyra membawa microphone, ia menyanyikam lagu kesukaannya, luka yang ku rindu milik Mahen.

Pada bagian reff, Kyra menyodorkan mic miliknya pada Aileen.

Segala yang kau ucap bohong
Kau lakukan omong kosong
Tak perlu lagi percaya
Kau hanya pura-pura

Kita di ujung perpisahan
Namun selalu ku rindukan
Kau luka yang ku rindu

Aileen menatap lelaki di belakangnya, Keenan. Tatapannya sendu. Baru kali ini Kyra melihat sahabatnya galau seperti ini.

Merasa di tatap oleh teman-temannya, Aileen mengalihkan tatapannya pada jalanan. Tanpa sadar, air matanya meluruh. Ia langsung menghapusnya dengan kasar. Memijit pangkal hidungnya untuk menahan air mata yang meminta untuk keluar.

Kyra yang peka dengan keadaan pun langsung menutupi wajah sahabatnya dengan jaket tebal miliknya.

"Nangis aja, lo bisa pura-pura tidur supaya mereka gak tahu." Bisik Kyra pada sahabatnya itu. Aileen hanya mengangguk singkat.

Di bangku lain, Tata sedang sibuk dengan film yang ia tonton. Sedangkan Bevan sedang fokus menyetir.

"Abaaang..."

"Hm?" jawab Bevan tanpa menatap gadis di sampingnya.

"Tata laper banget, berhenti makan dulu, yuk." Rengek Tata sembari memegang perutnya.

Bevan menatap Tata dengan malas. Ia menyodorkan roti yang di ambil dari dashboard  mobil. "Makan itu dulu aja, nanti kita makan lagi di bandara."

"Aaah, sekarang Tata lapernya. Plis lah, Bang!" Ucap gadis itu sembari mencoba mengambil alih stir dari Bevan.

"Heh, diem bahaya!" Ketus Bevan. Ia mencoba menghempaskan lengan Tata.

Tiiiiiiin!

"AAAAAAAAAAAAA!"

Bevan membanting stir dengan kemampuan yang ia punya. Seisi mobil menghela napas lega ketika ternyata semuanya baik-baik saja.

"Fyuh!"

"Untung aja, lo jangan main-main lagi, Ta. Atau gue akan marah sama lo." Ancam Bevan sembari menatap Tata dengan tatapan tajamnya. Tata telah bermain-main dengan nyawa banyak orang.

Keenan mencoba mencairkan suasana. "Udah guys nggak apa-apa. Kita juga sekarang baik-baik aja kan?"

"Setel musik, Bev. Mama muda." Pekiknya sembari tertawa kencang.

Keadaan menjadi lebih tenang sekarang. Tak terasa, dua puluh menit berlalu. Kini mereka sudah sampai di bandara dan harus menunggu satu jam sebelum keberangkatan mereka ke Bali.

Sesuai permintaan Tata, mereka semua kini makan bersama dalam satu meja di salah satu restoran ayam. Tak banyak percakapan  yang keluar. Sepertinya mereka menyimpan energi untuk di Bali.

***

Halo gais. Happy reading!
Minta saran buat ending nya gimana dong guys, dan kira-kira di part berapa harus ending.

Makasih udah baca cerita ini. Semoga kalian sehat terus.

Salam cinta, z.

5/11/20

Stand By YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang