Saking asyiknya bermain Truth or Dare, tak terasa bel pulang sekolah telah berbunyi nyaring. Kumpulan cowok yang ada di rooftop itu pun membubarkan dirinya masing-masing.
"Ta, ayo balik!" ajak Bevan. Sementara Tata mencoba membuat wajahnya agar terlihat datar. Sialnya, wajahnya malah terlihat konyol. Bagaimana bisa wajah datar sembari menahan ketawa. Memang aneh.
Cewek itu memalingkan wajahnya ke sembarang arah. "Pulang aja sana sendiri!" usirnya.
"Yakin, nih?"
Tata langsung saja menahan lengan Bevan tatkala cowok itu mengambil langkah untuk pergi meninggalkannya. "Kok jalan duluan, sih?!"
Bevan mengangkat sebelah alisnya. "Lah, elo nyuruh gue pulang sendiri." jawabnya datar.
"Ayo, pulang." Tata menyeret lengan Bevan hingga parkiran.
"Dasar gak peka. Untung sayang," cicit cewek bar-bar itu.
"Apaan?" Bevan yang pendengarannya masih berfungsi dengan baik itu lantas menahan senyum senangnya. Entah bagaimana, ia merasa banyak kupu-kupu beterbangan di dalam perutnya.
"Dahlah males." ketusnya.
Tak membutuhkan waktu lama, keduanya sudah berada di depan rumah.
"Sana pulang, Tata mau masuk."
"Gue mau mampir."
"Gak usah, ah. Tata capek mau tidur."
"Dih, geer. Gue mau ke Bunda lo." ucapnya menatap cewek dihadapannya. "Udah lah, gak jadi. Males." Cowok itu lantas meninggalkan halaman rumah Tata lalu memasuki rumah miliknya.
***
"Bang," panggil Jihan ketika wanita paruh baya itu melihat putra sulungnya sedang asyik berbaring dengan laptop di hadapannya.
Sang empunya pun mengalihkan tatapannya dari benda elektronik itu menjadi menatap bundanya. "Kenapa, Ma?"
"Ke rumah Tata, yuk?"
"Ngapain?"
Jihan mendudukkan dirinya di ujung ranjang, lalu mengelus lembut surai milik putra sulungnya itu. "Mau kasih oleh-oleh dan ucapan terimakasih karena udah jagain anak Mama waktu Mama pergi,"
"Ney cerita dia seneng banget di temenin Tata." sambung Jihan.
"Ayo, Abang mandi dulu sebentar."
Jihan tersenyum jahil tatkala melihat Bevan bersemangat.
"Ma, apa sih, senyum-senyum gitu!" sinis Bevan yang merasa terganggu dengan senyuman mengejek dari mamanya.
Wanita paruh baya itu menetralkan raut wajahnya, "Kamu udah jatuh cinta kan, Bang?" tanyanya, "Mama seneng kamu udah bisa buka hati lagi." senyuman teduh wanita itu tak pudar dari wajah ayunya.
Bevan hanya menatap Mamanya tanpa bereaksi apa pun. Jujur dalam lubuk hatinya, ia sudah mulai luluh, dan mungkin, benih-benih cinta sudah mulai muncul dari dalam dirinya untuk cewek manja yang beberapa bulan ke belakang mengisi kehidupannya yang hampa.
"Kalo udah siap, Mama tunggu di bawah." ucapnya sebelum meninggalkan kamar putranya.
***
Tanpa berlama-lama, keduanya kini sudah berada di halaman depan rumah Tata. Ney tidak ikut karena gadis kecil itu sedang tidur siang dan sampai pukul lima sore pun tak kunjung bangun dari tidurnya.
Jihan menekan bel sembari menggoyangkan ujung kakinya yang terasa pegal. Tiba-tiba, seorang wanita paruh baya yang sedikit lebih muda dari dirinya membukakan pintu.
"Eh, calon besan!" sapa sang pemilik rumah.
Jihan membalasnya dengan senyum ramah, "Bisa aja." kekehnya.
"Ayo silakan masuk Jihan, Bevan."
Jihan menatap sekeliling rumah sembari berdecak kagum, ia akui rumah tetangganya itu sangat elegan, terhitung dari halaman depan sampai ke dalam rumah.
Sementara Bevan sedang fokus pada ponselnya, sebab ia sudah pernah masuk ke dalam rumah milik Tata, jadi ia sudah terbiasa dengan keindahannya.
"Ta, ada tamu!" pekik Rika memanggil putri semata wayangnya yang sedang berada di kamarnya di lantai dua.
"Siapa?" Jawab cewek itu dengan teriakan yang tak kalah kencang.
"Abang Bevan." Sehabis itu tak lagi terdengar sahutan dari atas.
Rika mengajak Jihan mengelilingi rumahnya, dan mereka berakhir di dapur. "Oh, iya. Ini oleh-oleh dari Singapura buat Tata. Semoga suka ya."
Rika menerimanya dengan senang hati, ia mengembangkan senyumnya. "Terimakasih ya, Jihan. Jadi ngerepotin." Sang empunya hanya menganggukkan kepalanya seraya tersenyum simpul.
Terdengar suara seseorang turun dari tangga. Benar saja, itu Tata. Gadis itu langsung menciup punggung tangan wanita paruh baya di hadapannya. "Hai Tante, apa kabar?"
Jihan mengembangkan senyumnya, "Tante baik, Ta. Panggil Mama aja mau dong?"
Tata menggaruk tengkuknya, ia terlihat salah tingkah. "Emangnya boleh, Tan? Eh Ma?" Gadis itu tak dapat menahan senyumnya.
"Boleh dong, kan calon mantu mama." Jawabnya seraya mengelus rambut Tata.
Wajah Tata memerah, sementara Bevan menatap Tata dengan tatapan yang sulit diartikan, sepertinya ia senang, tapi terlalu gengsi untuk mengeluarkan reaksi yang berlebihan seperti Tata.
Jihan dan Rika pergi ke dapur untuk saling berbagi resep masakan terbaru. Tinggal lah mereka berdua di ruang tamu.
"Ta."
"Apa?"
"Em, lo suka sama gue?" Tanyanya to the point.
Tata menatap lelaki disampingnya, lalu menempelkan tangannya pada dahi Bevan.
"Bevan sehat?"
Bevan terkejut dengan panggilan Tata kepadanya. "Bevan?"
Halo gais, maaf bgt aku baru update. Udah lama bgt ya ga update. Gatau deh ada yang nunggu apa ngga.
Enjoy ya guys!!
24/10/20
KAMU SEDANG MEMBACA
Stand By You
Fiksi Remaja"Apa motivasi masuk osis?" "Mau ke kamu." Bagi Tata, Bevan adalah cinta pertamanya. Ia jatuh cinta ketika pertama kali menatap mata Bevan. Ia belum pernah jatuh cinta sedalam ini pada laki-laki selain ayahnya. Dengan sepenuh hati, Tata berusaha melu...