Chapter 11 || luluh?

47 27 17
                                    

"Ayo ikut aja," Jawab Bevan dengan nada yang lebih rendah dari biasanya.

Tata yang kebingungan hanya bisa mengikuti langkah cowok itu dari belakang. Aliran darahnya kerap berdesir hebat disertai detakan jantung yang berdegup kencang.

Seperti itu normal, kan? Apa semua cewek merasakan hal seperti itu juga ketika berhadapan langsung dengan sang pujaan hati?

Bevan seketika menghentikan langkahnya, Tata terkesiap, mulutnya yang sedari tadi mengembangkan senyum kini berubah menjadi menganga.

"Woah!" Cewek itu tak bisa berkata-kata, karena balkon kamar Bevan memang sangat indah. Jadi posisi balkonnya bukan menghadap arah rumah Tata, tetapi menghadap ke belakangnya. Di tambah lagi kamar cowok itu berada di lantai tiga. Ketika memasuki balkon, mata langsung disuguhi dengan pemandangan taman dengan rumput hijau yang di dalamnya terdapat kolam renang yang telah di desain sedemikian rupa.

Bevan menatap Tata yang tak bisa berhenti menganga, lalu menyunggingkan senyum tipisnya.

Cowok itu menarik lengan Tata lantas membawanya untuk duduk di Salah satu bangku yang terdapat di balkon.

"Kok bisa balkon kamar Bang Bevan dapat view sebagus ini?" Tanya cewek itu dengan wajah polosnya.

Yang di tanya malah menyuapkan sesuap nasi goreng pada mulutnya. Setelah berhasil dikunyah, ia berdeham singkat.

"Ya kenapa enggak?"

"Kenapa Abang Bevan sekarang kalo ngejawab pertanyaan Tata gak ketus lagi?" Cewek itu malah balik tanya.

Bevan mengusap tengkuknya, "Masa?" tanyanya sembari menaikkan sebelah alisnya.

"Yaah, diketusin lagi." Tata mencebikkan bibirnya.

"Udah, makan."

Keduanya pun menyantap nasi goreng dengan tenang tanpa ada yang ingin membuka pertanyaan. Sebenarnya Tata ingin, tetapi ia memilih untuk tidak.

"Ta,"

Cewek manja itu sedikit canggung ketika Bevan malah menatapnya dengan pandangan yang sulit di artikan.

Kenapa, sih?

"Sini Tata taroin piringnya," pinta cewek itu untuk menghilangkan rasa gugupnya.

Bevan memberikan piring miliknya pada Tata. Cewek itu menerimanya tanpa berani menatap matanya.

"Aah!" Tata refleks menjerit ketika kakinya tersandung tangga kecil yang ada di lantai balkon.

Bevan dengan cekatan menahan tubuh Tata. Keduanya bertatapan intens, cewek itu tentu saja tak bisa menahan senyumnya.

Selang beberapa detik, Bevan memutus kontak matanya terlebih dahulu.

Cowok itu lantas melepas dekapannya, lalu menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Dapat dipastikan cowok dingin itu kini tengah salah tingkah. Entah sejak kapan ia bisa bersikap demikian.

Selang beberapa detik, Tata telah kembali duduk di samping Bevan. Kini keduanya sibuk dengan ponselnya masing-masing.

"Abang Bevan," panggil cewek manja itu dengan nada khasnya.

Bevan menoleh pada sang empunya, "Kenapa?" jawabnya singkat.

"Makasih, ya." Tata menggigit bibir bawahnya, "Sekarang udah baik sama Tata."

Cowok itu bungkam, ia hanya menatap cewek di sampingnya dengan datar.

"Tata jadi makin suka sama Bang Bevan," timpal cewek itu lagi sembari menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

Sejak kemarin, ada sesuatu yang aneh dalam diri Bevan ketika ia mendapatkan kata-kata manis dari Tata.

Kenapa gue deg-degan, ya? Gak mungkin banget kan gue suka sama cewek manja plus bar-bar kayak gitu.

Karena tak kunjung mendapat respon, Tata mengguncangkan bahu kakak tingkatnya itu dengan kencang.

"Abaaang, ih!"

"Hm?"

"Tata kan suka sama Abang,"

"Terus?"

"I love you, Abang," cicitnya. Tak lama kemudian cewek bar-bar itu memalingkan wajahnya yang sudah bersemu merah.

"Too," gumamnya. Pelan, pelan sekali sampai semut pun tak dapat mendengarnya. Untungnya, telinga Tata baru saja di bawa ke dokter telinga, jadi cewek itu dapat mendengar gumaman yang dapat membuat hatinya berbunga-bunga.

"OH MY GOD!" pekik Tata seraya menutupi mulutnya.

"Kenapa?"

"Tadi Abang bilang too."

"Iya, tu, tuyul." Selepas menyatakan itu Bevan langsung terbahak.

Tata menghentak-hentakkan kakinya, lalu bersidekap. "Nyebelin!"

"Tata pulang dulu, bye!"

Bevan mencekal lengan cewek itu, "Ngambek?"

Pertanyaan itu malah di jawab Tata dengan menjulurkan lidahnya di depan wajah Bevan. Sedangkan Bevan hanya menggeleng pasrah.

Hanya beberapa langkah, Tata sudah sampai di depan rumahnya.

Pacarku memang dekat, lima langkah dari rumah.

Bukan pacar, kan?

"Anak bunda kok baru pulang, dari mana aja?" Sapa Rika ketika mendapat putri semata wayangnya memasuki rumah dengan wajah murung.

Tata menyalimi punggung tangan orang tua nya, "Abis dari rumah Abang Bevan, Bun."

"Kok tumben mukanya bete gitu abis ketemu?"

"Tau ah, Tata males."

***

Cewek manja itu berseluncur pada laman Instagramnya. Ia membuka-buka eksplore dengan malas.

Tak lama kemudian, cewek itu sudah tertidur pulas.

Detik berganti menit, menit berganti jam, kini sudah pukul tujuh lewat sepuluh malam. Tata mengerjapkan matanya malas.

Tok ... Tok ...

"Siapa di situ?"

"Bunda ..."

"Masuk aja, Bun. Gak Tata kunci."

Rika mengusap surai panjang milik putrinya Lalu mengecupnya singkat. "Ada Bevan di bawah, Ta."

Tata yang sedang menguap itu pun terkejut bukan main, "Hah? Serius, Bun?"

"Iya, sana mandi terus siap-siap."

Tanpa membuang-buang waktu lagi, cewek itu segera memasuki kamar mandi.

Drrtt ...

Abang Bevan Punya Tata
Cepetan turun🤪
19.40

⚡⚡⚡

Hallo, sorry baru bisa update. Kira-kira Tata mau di ajak kemana ya sama si Abang?

Stay tune terus, yaaaash!

14/7/20
Ig : @nisaazzhrx_

Stand By YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang