Chapter 16 || Bali (2)

16 5 0
                                    

Malam ini, di villa yang mereka sewa sedang mengadakan pesta barbeque. Agam dan Kyra-lah yang mengurus semuanya di bantu dengan pelayan villa.

Sedangkan yang lain sedang berkumpul di halaman yang penuh rumput, mereka duduk tanpa alas apapun.

Gitar yang sengaja di bawa dari rumah oleh Keenan itu kini sedang di mainkan oleh Bevan. Jari-jarinya memetik senar dan berhasil mengalunkan musik yang indah sembari bersenandung kecil.

That should be me
Holding your hand
That should be me
Making your laugh
That should be me
This is so sad

Tanpa aba-aba, Tata langsung menggenggam jemari Bevan. Lelaki itu melepasnya perlahan karena itu membuatnya kesulitan saat akan memetik gitar.

Tata masih tetap menggenggamnya, lalu menatap lelaki di sampingnya dengan mimik wajah yang sulit di artikan.

"Tata peka kok, Bang. Itu lirik lagunya artinya Abang pengen pegang tangan Tata, kan? Ini udah Tata pegang." jelasnya tanpa ragu. Seluruh pasang mata menatap kedua sejoli itu lalu tertawa terbahak-bahak.

Bevan menatap mereka dengan sinis. Tata menangkupkan tangannya pada wajah lelaki itu, "Tata mau kok jadi pacar Abang."

"HAH?!"

"WHAT?!!!"

"BEV, LO NEMBAK TATA?"

"HAHAHAHA."

Lelaki yang sedang menjadi pusat perhatian itu menatap sekelilingnya, "Kalo iya, kenapa?"

Keadaan mendadak hening. Mereka hanya bisa menerka-nerka dalam pikirannya masing-masing. Tak terkecuali Tata, gadis itu menatap lelaki di hadapannya tanpa berkedip. "A-bang, i-itu be-beneran?"

"Iya, lo mau kan?" Bevan mengucapkan kalimat tersebut tanpa ragu sedikit pun. Wajah Tata memerah, gadis itu tak dapat menahan gejolak di dadanya, ia menganggukkan kepalanya antusias.

"Sekarang kita pacaran, Bang?"

"Iya."

"Beneran?"

"Tapi boong."

"Iya, sayang." sambungnya. DamnBevan membuatnya gila. Lelaki itu mengusap puncak kepala gadisnya.

"Aaaaaaaaaa, so sweet!"

Mereka spontan menjerit, bagaimana bisa? Ini terlalu tiba-tiba. Tidakkah Bevan memikirkan perasaan Tata? Bagaimana jika Bevan hanya bermain-main dengan ucapannya. Itulah yang saat ini sedang bergentayangan di pikiran Aileen. Ia tak ingin sahabatnya terluka oleh cinta pertamanya. Terlebih lagi, Tata terlalu polos untuk di sakiti. Sebagai sahabatnya saja, Aileen tak pernah berani untuk menyakitinya, ia terlalu baik.

Bevan mengajak Tata pergi sebentar dari kerumunan teman-temannya. Ia membawa gadis itu ke tepi pantai, memandangi ombak yang tenang dimalam hari.

"Tata," panggil cowok itu pada seorang gadis yang tengah menyenderkan kepalanya pada bahu Bevan.

Gadis itu menatap Bevan dengan penuh arti, sorot matanya yang teduh membuat Bevan betah berlama-lama menatapnya.

"Tadi gue belum nembak lo tau, Ta."

Deg!

Tata tak berniat membalas ucapan cowok itu sebelum dirinya menjelaskan sampai selesai. Bevan berlari ke arah lain untuk mengambil sebuah batu, lalu menggambar bentuk hati pada pasir. Ia masuk ke dalam gambar tersebut sembari memanggil gadisnya yang masih saja terdiam.

"Tata, maaf selama ini gue udah benci sama lo, mungkin ini terlihat tiba-tiba dan terkesan aneh buat lo. Jujur gue nggak tahu kapan gue suka sama lo, karena sekarang gue rasa gue udah jatuh cinta sama lo."

Gadis itu memundurkan langkahnya sembari menutup mulutnya karena terkejut. Bevan menghampiri gadisnya lalu memegang bahunya dengan erat.

"Awalnya gue nggak pernah suka sama sifat lo yang manja dan ke kanak-kanakan, tapi entah kenapa, sekarang gue malah tergila-gila akan hal itu. Lo buat gue jatuh hati, Ta. Jatuh hati dengan segala kekurangan lo."

Tata menghempaskan lengan Bevan, lalu mengambilnya kembali dan menggenggamnya dengan erat.

"Bevan," panggilan yang membuat sang empunya pun terkejut.

"Stop, Ta. Please jangan berubah jadi orang yang dewasa. Gue udah mulai bisa nerima lo apa adanya."

"Kalo gue maunya berubah jadi dewasa, nggak boleh?"

Cowok itu terbahak, menurutnya agak aneh ketika gadisnya itu menggunakan sebutan 'lo-gue'. Mukanya terlalu polos untuk itu.

"Jangan berubah demi mendapat perhatian dari orang lain, Ta. Cari orang yang mau nerima lo apa adanya."

"Oke, Tata akan cari."

"Heh, buat apa? Ini udah ada."

Tata berjalan perlahan menyisakan Bevan yang masih terdiam di tempatnya. "Abang kan belum nembak Tata tadi katanya."

"THALIA..." Cowok itu berteriak sekencang mungkin membuat sang empunya terkejut bukan main.

Bevan berlari ke arah Tata lalu menggengam tangan mungil gadis itu, "Cuma lo yang bisa ngeluluhin gue, be my girlfriend?"

"Terima... Terima..." Teman-temannya berkumpul mengitari mereka, Tata terkejut bukan main, kejutan yang tak pernah ia duga.

Tata berlari lagi, Bevan mengejarnya lagi. "Tata mau jadi pacar Abang kalo Abang serius sama Tata!" ucapnya sedikit berteriak.

"Gue serius, Ta." Entah mengapa, semakin dikejar, Tata semakin berlari jauh, tanpa keduanya sadari, Tata sudah berada di tengah pantai, ombak besar datang tanpa aba-aba. Bevan kebingungan, ia terjebak antara dua pilihan. Berlari terus untuk menyelamatkan gadisnya, atau berbalik arah untuk menyelamatkan dirinya sendiri.

"Bev, cepet balik, ombaknya gede, kayanya mau tsunami!" teriak Keenan dan teman-temannya dari ujung pantai.

Saat pandangannya berbalik arah, Tata sudah mengambang dalam air, ia diterjang ombak. Cowok itu semakin kalut, ia berlari menyelamatkan dirinya sendiri karena ombak malah semakin besar.




Stand By YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang