Chapter 10 || Perhatian

85 34 60
                                    

Pagi ini, saat Tata sampai di sekolah, ia mendapat tatapan sinis dari setiap warga sekolah yang berpapasan dengannya.

"Eh, eh, itu kan si Tata." Bisik seseorang pada temannya sembari menatap Tata dari atas sampai bawah.

Belum lagi sekelompok geng yang membicarakannya secara terang-terangan.

"Heh, sini!" perintah seseorang yang waktu itu pernah di siram oleh Bevan di kantin.

Tata dengan santai menghampiri Sera yang sudah di kawal oleh teman sepergengannya. "Apa, kak cabe-cabean?" tanya cewek bar-bar itu dengan nada setenang mungkin.

Mendengar perkataan Tata, cewek yang disebut cabe-cabean itu melangkahkan dirinya satu langkah lebih dekat dengan Tata lalu mendorong bahunya.

"Lo ngapain masih deketin Bevan, sih? Sampe keluarganya juga lo deketin. Lo yang pantes di sebut cabe, oh atau pelacur? Ups!" Sera menutup mulutnya.

"Ba--" ucapan Tata terpotong ketika bahunya di sentuh oleh seseorang.

Batinnya menggerutu. Ia ingin sekali memaki seseorang yang kini membuatnya menahan ucapannya. Keinginannya sirna seketika ketika yang melakukannya yaitu--Bevan. Yap, cowok itu.

"Ja.ngan gang.guin di.a la.gi." ujar Bevan dengan penuh penekanan.

Sera memegang lengan Bevan. Dengan cepat, cowok itu menghempasnya. "See? Siapa yang cabe-cabean? Megang-megang sembarangan!" Sinis Bevan dengan suara yang sedikit dinaikkan agar mereka yang sedang menonton bisa mendengar jelas pembicaraan mereka.

"Ser, cabut aja, yuk!" Neva menarik-narik lengan Sera.

"Ayo, Ta." ajak Bevan seraya merangkul pundak milik cewek manja itu.

Tata menggigit bibir bawahnya dengan kencang, ia tak pernah menyangka akan di perlakukan semanis ini oleh Bevan.

"Balik sekolah bareng gue, abis itu jemput Ney dulu." ucapnya pelan, tapi tetap dengan nada datar.

Tata menatap Bevan speechless, "Serius Tata di ajak pulang bareng?" Tanyanya dengan tersipu.

"Hm."

"Okey, see you pulang sekolah, Abang Bevan!" Bevan langsung menaikki tangga untuk sampai ke kelasnya tanpa menanggapi ocehan Tata.

***

Pelajaran berlangsung seperti biasanya, tapi tidak dengan hati dan pikiran Tata. Sepanjang pelajaran pertama hingga pelajaran terakhir, cewek itu menutupi wajahnya terus menerus.

Teman sekelasnya menatap cewek itu dengan heran, sampai ada yang bergidik ngeri karena melihat Tata yang tersenyum tanpa sebab. Mereka tidak tahu saja penyebab sebenarnya.

Drrtt ...

Ponsel Tata bergetar saat ia sedang membenarkan okay rambutnya yang mulai berantakan.

Abang Bevan Punya Tata
Cepet, gue di parkiran.
15.40

Tata menamai kontak Bevan dengan nama yang sedikit gila, tapi Tata memang seperti itu, kan?

Tatatata
Iya cayang aku otewe.
15.41

Di sisi lain, di parkiran sekolah, Bevan memutar bola matanya jengah, cewek itu memang sudah benar-benar tergila-gila dengan Bevan.

"Dor!" Tata menepuk pundak Bevan dari belakang, tujuannya agar cowok itu terkejut. Namun nihil, ia tak mengeluarkan reaksi apa pun.

Stand By YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang