"Ga!, pokoknya engga pa!, sejak kapan kalian mengatur hidup wonwoo?" Seorang remaja 18 tahun bermata rubah berambut hitam mengernyitkan halis diatengah meja makan.
"Kenapa kamu menolaknya? harus ada alasan yang logis untuk bisa lepas dari perjodohan ini" Papa Jeon yang sudah beranjak menua bertanya dengan tegas sembari memegang sendok garpu ditangannya.
"Aku ga pernah minta perjodohan, dan aku juga ga pernah tau Ayah punya perjanjian semacam ini, kenapa semuanya tiba tiba?!" Pria garang tanpa ekspresi itu menatap kesal kedua orang tuanya.
Meja makan menjadi terasa menegangkan, Biasanya meja tersebut hanya dihiasi oleh suara garpu dan sendok yang saling bertubrukan dan piring yang disapu sendok dan garpu.
namun kini, sekalinya mereka berbicara, pembicarannya penuh dengan emosi dan kekesalan kedua pria yang berhadapan tersebut.
"Wonwoo, kita tahu, kita salah tentang perjodohan yang baru kita bahas ini. kita bukannya pengen kamu menderita kaya gini, kita cuman mencari waktu yang pas, dan kita pikir kamu yang sudah 18 tahun ini sudah cukup mengerti-" Perkataan lembut ibunya diselimuti rasa bersalah.
"Aku selesai" remaja bernama Wonwoo itu terdiam, kemudian pergi dari kursinya menuju kamar pribadinya.
Dia merasa keputusan orang tuanya tidak adil, keputusan yang diambil sebelah pihak itu menyudutkan dan memaksa Wonwoo secara tiba tiba, tanpa didasari dengan alasan yang jelas.
Selama ini Wonwoo selalu melakukan segala hal yang diinginkan setiap orang tua dimuka bumi ini, mulai dari selalu berada diperingkat 1, kemenangan disetiap perlombaan bahkan dia bisa melakukan pekerjaan ayahnya yang seorang pemilik sebuah perusahaan.
Namun, setelah mendengar keputusan egois orang tuanya membuatnya berpikir lagi, apa dia selama ini kurang membanggakan orang tuanya? sampai sampai dia harus dijodohkan?, memang selama ini dia tidak pernah menjalin hubungan dengan siapapun, dia terlalu tertutup alasannya bukan karena tidak ada yang mau dengannya, namun dia lebih memikirkan belajar daripada harus membuang waktu seperti itu.
Wonwoo menjatuhkan tubuhnya diatas kasur, rencananya untuk belajar demi kursi diuniversitas ternama di Seoul itu dikesampingkan sejenak. dia harus berpikir mengenai perjodohan yang sama sekali tidak dia inginkan.
*
pukul 7 lebih 30, Wonwoo menarik tas hitamnya dan dia tenteng dipundaknya, dia berjalan menghampiri pintu kamar yang sebenarnya tidak ingin dia tinggalkan.
Wonwoo membukanya kemudian mendapati sang ibu berada dihadapannya dengan kedua tangan yang saling mengelus.
"Wonwoo, bisa ibu bicara sebentar?" ibu Wonwoo menatap penuh kasih sayang dimatanya membuat Wonwoo tak berdaya. Sejujurnya alasan Wonwoo pergi dari meja makan tadi karena dia tidak akan pernah bisa menolak permintaan ibunya, dia tahu ibunya selalu lembut merawatnya dan tidak pernah memaksanya hingga dia tak pernah bisa menolaknya, karena memang permintaan ibunya selalu tulus atas dasar kebaikan Wonwoo, juga memang kesempatan itu sangat jarang terjadi.
Tapi! Kali ini Wonwoo benar benar tidak ingin melakukan perjodohan ini!
"Buu,.." Wonwoo menutup matanya lembut pertanda lelah membicarakan hal tersebut.
"Wonwoo, ibu tau kamu ga mau melakukannya. tapi selama ini juga kamu ga pernah deket sama orang lain kan? ibu bahkan ga pernah denger seorangpun deket sama kamu, setidaknya kamu coba buka hati sebentar untuk melihat seperti apa orang yang akan dijodohkan sama kamu" Ibu Wonwoo menatapnya memelas, dia menggenggam tangan Wonwoo dengan penuh harap.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Chance I Wonwoo Side I
Roman d'amour"GA! Kenapa Ibu sama Ayah jadi ngatur hidup Wonwoo sih?" -Wonwoo Tentang seorang Jeon Wonwoo yang menolak Perjodohan secara mati matian, dia tidak ingin orang tuanya ikut andil mengambil alih hak atas hati Wonwoo... Alert! BXB