Lima Belas

2.3K 217 75
                                    

Melihat Ainesh menangis begitu membuat hatiku ikut sakit. Rasanya aku ingin sekali memeluknya, menepuki punggungnya pelan sambil membisikkan kalimat ini 'tenang, Nesh. Semuanya akan baik-baik aja' persis seperti dulu setiap kali dia merasa sedih ataupun tertekan karena nilai ipk nya turun.

Tapi aku sadar, aku sudah tidak punya hak apapun untuk menyentuhnya. Jadi yang bisa kulakukan hanya menatapnya prihatin.

Aku memang sudah tidak mencintai pria ini, sama sekali tidak. Seluruh perasaanku untuknya sudah kubunuh sebelum aku memantapkan hati untuk menikah dengan Dewa. Tapi melihat Ainesh yang terluka seperti sekarang masih saja membuat hatiku ikut terluka.

Apa yang bisa kulakukan untuk membantunya? Aku ingin sekali bertanya apa yang terjadi kepadanya, kenapa dia menangis, seberat dan segelap apa hari-hari yang sudah dia lalui. Aku juga ingin menenangkannya, tapi aku tidak tahu bagaimana caranya. Jadi kubiarkan saja Ainesh terus terisak seperti itu sampai Dewa dan anak-anak datang.

"bunda, kami pulang" kata Amasha saat memasuki rumah bergandengan dengan Adelle. Dewa membuntuti dua gadis itu.

"hai sayang, udah selesai jalan-jalannya?" tanyaku.

Kulirik Ainesh yang cepat-cepat menyeka air mata nya, dia mengangkat kepalanya membuatku bisa melihat dengan jelas matanya yang basah dan merah sekali. 

"dad" sapa Adelle kepada ayahnya.

"halo om Ainesh" sapa Amasha.

"dad kesini mau jemput aku, ya?" tanya Adelle ceria.

Ainesh memaksakan senyum kepada dua gadis itu.
Melihat ayahnya, Adelle langsung menghampiri sang ayah dengan wajah heran.

Amasha dan Dewa menghampiriku dan duduk di sampingku.

"dad, are you crying?" tanya Adelle polos.

Ainesh tersenyum lalu menggeleng.

"dad, what's happened?" tanya Adelle lagi.

"no baby, i'm ok" kata Ainesh serak.

Adelle menggeleng tak percaya.

"tunggu sebentar!" kata Adelle tegas. Anak itu berlari kedalam rumah.

"bunda, om Ainesh nangis ya?" bisik Amasha padaku.

"bunda nggak tau" balasku ikut berbisik.

Dewa menarik Amasha kepangkuannya.
"kenapa kamu nggak tanya ke om Ainesh langsung?" bisik Dewa kepada Amasha.

"aku takut sama om Ainesh ayah, kami nggak akrab. Beda jauh kayak ayah sama Adelle" sahut Amasha pelan.

Ainesh mendengar perkataan Amasha, pria itu menatap Amasha.

"Amasha takut sama om Ainesh? Om Ainesh jahat, ya?" tanya nya masih dengan suara serak.

"eh? Enggak kok om" sahut Amasha.

Ainesh tersenyum.
"Amasha bener kok. kita memang nggak akrab" kata Ainesh.

Adelle datang lagi dengan membawa sesuatu di tangannya, anak itu menghampiri ayahnya.
Begitu tiba di depan Ainesh, Adelle mengeluarkan benda dalam genggamannya.

Sebuah plester luka.

Adelle membuka plester luka di tangannya kemudian menempelkannya di pipi sang ayah.  Setelah menempelkan plester, Adelle meniupi wajah Ainesh pelan sambil mengusapi rambut Ainesh.

Ainesh diam saja sampai Adelle menghentikan kegiatannya.

"cepat sembuh, dad" kata Adelle sambil menjauhkan wajahnya dari sang ayah.

Luka ini yang terakhir (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang