Tiga

3.1K 243 18
                                    

Dewi melahirkan, akhirnya setelah 8 tahun menikah adik iparku itu di karuniai anak perempuan yang lucu sekali. Waktu kami menjenguknya dirumah Dewi, Amasha merajuk pada kedua mertua ku. Alasannya sederhana, Amasha cemburu karena melihat kakek dan nenek nya menggendong anak lain. Setelah 9 tahun menjadi satu-satunya pusat perhatian, Amasha belum bisa menerima kehadiran anak lain dikeluarga besar kami.

Anak ku itu tidak ikut bergabung di kamar bayi bersama yang lain, dia malah memilih duduk ditepi kolam renang dengan kaki menjulur ke air. Seperti sedang merenungi nasibnya. Persis orang dewasa yang memiliki banyak beban.

Aku ingin sekali menghampiri nya dan mengatakan kalau aku sangat mencintai dia. Tapi aku tau, anak itu pasti akan mengamuk kalau aku mendekat, jadi aku hanya memperhatikan dia dari pintu kaca menuju kolam renang.

"kak"

Aku menoleh ke sumber suara, Raja berdiri didekatku dengan kaos pendek warna biru dan celana rumahan selutut warna senada. Jarang sekali pak pilot ini memakai pakaian santai begini, biasanya walaupun sedang tidak bertugas, Raja selalu berpakaian rapi.

"kenapa?" tanyaku.

"Amasha kenapa?" tanya Raja.

"dia lagi cemburu sama keponakan baru kita" kataku.

Raja tertawa.
"princess" katanya sebelum berlalu menghampiri Amasha.

Aku tetap memperhatikan mereka sambil bersidekap didepan pintu.

"Amasha" panggil Raja sambil duduk bersila disamping gadis kecilku.

Amasha menoleh pada Raja.

"Amasha ngapain disini?" tanya Raja.

"om Raja yang ngapain disini? Sana om Raja sama adek bayi aja. Kayak ayah, kakek sama nenek" ketus Amasha.

"ayah, kakek sama nenek kenapa?" tanya Raja lembut.

"mereka tuh gendongin adek bayi terus. Aku di cuekin. Aku nggak suka" kata Amasha. Suaranya seperti hampir menangis.

"ayah, kakek sama nenek udah nggak sayang lagi sama aku" decak Amasha, kali ini dia benar-benar menangis.

Amasha punya kebiasaan buruk, setiap dia menangis dan mengamuk, pasti akan menjambak rambutnya sendiri. Seperti yang sekarang sedang dia lakukan, gadisku itu menjerit sambil menjambak rambut pirang panjangnya yang tadi pagi ku tata menjadi dua ikatan.

Raja menjauhkan tangan Amasha dari rambutnya sendiri, lalu menarik anak itu ke pangkuannya.

"Amasha jangan nangis, dong" kata Raja menenangkan.

Sia-sia, anak itu masih terus menjerit dan meronta di pangkuan om nya. Aku baru saja melangkah hendak mendekat, tapi Raja memberi isyarat agar aku tidak mendekat. Jadi, aku mundur dan kembali ketempatku semula.

"Amasha mau dengar cerita?" tanya Raja.

"dulu waktu Amasha lahir, semua orang bahagia" kata Raja memulai cerita nya.

Berhasil, anak itu menghentikan tangisnya. Setelah mengusap matanya sendiri, Amasha mengangkat kepalanya menyorot sang om.

"semua itu siapa?" tanya Amasha sambil sesenggukan.

"bunda, ayah, kakek, nenek, tante Dewi, om Raja, grandpa sama grandma nya Amasha semua nya bahagia" kata Raja.

"om juga bahagia?" tanya Amasha.

Raja mengangguk.
"kamu dulu kecil banget, kayak adek bayi"

"aku kayak adek bayi?" tanya anakku.

Luka ini yang terakhir (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang