Empat

3K 230 13
                                    

"CHRISS! CATHY! DARIMANA KALIAN?"

Aku melompat kepelukan Dewa waktu mendengar gelegar suara Ainesh dari dalam rumah. Chriss dan Cathy sudah masuk kedalam, sementara aku dan Dewa menyusul dan baru sampai di teras.

Dewa mengusap-usap bahuku, menenangkan.

"DADDY UDAH BILANG, KAN? JANGAN TINGGALKAN RUMAH TANPA IZIN!" suara Ainesh terdengar lagi.

Ainesh bukan tipe orang yang suka berbicara dengan nada tinggi, ini seperti bukan dia.

"KALIAN NGGAK TAU? KAKAK KALIAN ITU SEKARANG HILANG, KITA SEMUA LAGI PUSING NYARIIN DIA. NGAPAIN KALIAN IKUT-IKUTAN BIKIN PUSING SIH?" 

Kali ini suara Keiko.

Sumpah, selama mengenal Keiko ini pertama kali nya aku mendengar dia berteriak. Ibu 5 anak itu tak pernah berteriak sebelumnya, Keiko adalah perempuan lemah lembut dan penyayang. Apa masalah kali ini benar-benar menekannya?

"sorry, dad, mom" lirih Cathy dengan suara terisak.

Aku segera berlari masuk, disusul oleh Dewa.

Aku berdiri dibelakang Cathy, menarik anak itu dalam pelukan. Cathy menangis kencang sekali dipelukanku. Aku bisa merasakan pakaianku mulai basah oleh airmata nya.

Dewa pun ikut mendekap Chriss.
"hei, ada cara lain selain berteriak pada anak-anak" kata Dewa dengan tegas.

"sorry, kami nggak tau kalau kalian yang mengantar mereka" kata Ainesh dengan nada melunak.

Aku menatap Ainesh dengan tatapan kesal.
"aku bisa mengurus mereka kalau kamu udah nggak mau jadi ayah yang baik buat mereka!" kataku jengkel.

Dewa menyentuh pundakku.
"sayang, jangan memperkeruh keadaan" tegur Dewa.

Aku menghela nafas, Dewa benar. Seharusnya aku membantu, bukan malah membuat keadaan semakin kacau. Jadi kuputuskan untuk membawa gadis kembar itu kekamar mereka. Biar Dewa yang ikut berdiskusi dengan Ainesh dan Keiko.

Waktu melihat aku membawa kakak kembarnya kekamar Chriss, Ryu ikut masuk dan bergabung dengan kami.

Kami semua duduk melingkar di karpet bulu dengan Cathy yang masih sesenggukan dalam pelukanku. Diantara anak-anak Ainesh, Cathy memang yang perasaan nya paling sensitif. Berbanding terbalik dengan Chriss yang tenang dan pemberani, Cathy sangat penakut dan mudah tersinggung. Adelle suka mengatai kakaknya itu cengeng dan tukang menangis.

"Ryu, Adelle dimana?" tanyaku.

"dirumah mimi Felish, Adelle menginap disana sementara waktu sampai keadaan membaik. Aku yang menelfon mimi Felish dan memintanya menjemput Adelle. Aku nggak mau Adelle mendengar daddy sama mommy menjerit-jerit terus" kata Ryu tenang.

"kenapa Ryu nggak ikut menginap disana?" tanyaku.

"aku satu-satunya anak lelaki, auntie. Aku yang nanti menggantikan daddy dan bertanggung jawab atas keluarga kami. Kalau saat ada masalah begini aku ikut menghindar, kapan aku akan belajar tentang tanggung jawab?"

Aku terkesiap dengan jawaban Ryu. Dia baru kelas 5 SD dan pikirannya sudah sedewasa itu?

"kadang aku lupa, kamu itu adikku atau kakakku" kata Chriss.

Ryu menoleh pada kakaknya.
"kamu yang terhebat, Chriss. Kamu kakakku yang paling kuat dan tenang. Sifatmu dewasa sekali" puji Ryu.

Chriss tersenyum, ditariknya sang adik kedalam pelukan.

Aku tersenyum melihat kekompakan mereka. Apakah nanti anak-anakku bisa saling menyayangi seperti mereka? Apakah Amasha akan memeluk adiknya seperti Chriss memeluk Ryu?

Luka ini yang terakhir (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang