Sembilan

2.6K 214 31
                                    

"Ayah, mana yang paling cantik antara tante Dewi sama bunda?"

"bunda"

"kalo antara bunda sama aku?"

"kamu"

"aku yang tercantik?"

"sangat, paling cantik diseluruh dunia"

Aku tersenyum menyaksikan suami dan anakku yang sedang asik berbincang di sofa ruang keluarga. Dengan nampan berisi secangkir kopi untuk Dewa, segelas susu untuk Amasha, segelas jus jambu biji untukku juga sepiring brownies coklat kesukaan Amasha, aku menghampiri  mereka. Setelah meletakkan nampan diatas meja, aku merapat duduk disisi kiri suamiku, Dewa mengusap rambutku lembut. Tak mau kalah, Amasha yang semula duduk disisi kanan Dewa, ikut melompat kepangkuan sang ayah.

"jadi aku yang cantik ke berapa?" tanyaku kepada Dewa.

"kedua, aku yang pertama" sahut Amasha.

"padahal dulu sebelum ada kamu, bunda selalu jadi yang paling cantik loh kata ayah" goda ku.

"sekarang bunda kalah sama aku" kata Amasha.

"sebentar lagi kamu yang kalah sama adik bayi" kataku.

Amasha dan Dewa kompak menoleh ke arahku, kedua nya memberi tatapan bertanya.

"kalian kompak banget" kataku salah tingkah.

"kamu hamil?" tanya Dewa.

Aku menggeleng.

"Terus adik bayi yang bunda maksud itu siapa?" tanya Amasha.

"Shaffa, anak tante Dewi, adik sepupu kamu. Masa kamu udah lupa? Kakek sama nenek suka bawa Shaffa ke rumah mereka kan?" goda ku.

"bunda jahat" gerutu Amasha.

Dewa tertawa, aku juga ikut tertawa.

"bukan bunda dong yang jahat, tapi kakek sama nenek. Sebentar lagi om Raja menikah, terus punya babby juga, saingan Amasha semakin banyak deh" goda ku lagi.

Amasha semakin cemberut, Dewa mencubit pipiku pelan.

"jangan godain anakku terus. Kasihan" kata Dewa dengan nada gemas.

"ya abisnya anak kamu gampang banget tergoda" kataku sambil memegang tangan Dewa yang ada di pipiku.

"bunda, Amasha mau punya adik bayi, tapi harus babby boy" kata Amasha.

"kenapa harus babby boy?" tanyaku.

"supaya ada yang jagain aku, kayak Ryu yang selalu jagain kakak sama adiknya. Aku mau punya adik laki-laki yang pemberani kayak Ryu" sahut Amasha.

"gimana bunda? Udah dapat request dari Amasha tuh" goda Dewa.

Aku mendekatkan bibirku ketelinga Dewa.
"aku nggak mau program hamil, tapi kalau kamu bisa ngasih babby boy, aku nggak akan nolak" bisikku pada Dewa.

Dewa menoleh kepadaku, aku tersenyum padanya.

"jadi apa perlu Amasha kita titipkan kerumah ayah bunda? Supaya prosesnya lebih mudah" canda Dewa.

Sambil tertawa kecil, kupukuli bahu suamiku dengan gemas. Amasha memeluk sang ayah dan memintaku berhenti memukuli ayah kesayangannya itu.

Ini yang aku mau, bercanda dan saling menggoda bersama dua orang ini sepanjang hidupku. Aku mau terus mengomeli suami dan anakku seperti ini. Aku mau Amasha terus manja kepadaku dan Dewa seperti ini. Aku juga mau Dewa terus menggoda kami seperti ini. Aku mau kebersamaan dan kebahagiaan  kami tidak ada akhirnya.

Luka ini yang terakhir (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang