Tujuh Belas

2.1K 201 41
                                    

Aku menguap bosan saat memperhatikan Amasha, Adelle dan Ryu sibuk bermain lego di kamar Amasha.

Aku bosan sekali melihat mereka bermain begitu. Seharusnya aku bisa bersantai di kamarku sendiri dan membiarkan mereka bermain sendiri. Tapi sayangnya Dewa memaksaku untuk terus memperhatikan mereka bertiga. Padahal mereka baik-baik saja dan tidak akan berkelahi, tapi Dewa terus saja memintaku menemani mereka. Dewa sendiri belum keluar dari ruang kerja nya setelah mendapat telepon dari Rista beberapa jam yang lalu.

Sebenarnya aku tau alasan Dewa menyuruhku memperhatikan mereka, bukan karena khawatir mereka akan berkelahi, tapi karena ada Ryu. Iya, suamiku itu cemburu sekali pada anak kecil semanis Ryu. Dia takut Amasha dicuri oleh anaknya Ainesh itu.

Dengan alasan anak laki-laki tidak boleh sembarangan masuk kamar anak perempuan, Dewa menyuruhku memperhatikan mereka seharian.

Lelah duduk, aku berbaring di atas tempat tidur Amasha.

Hari sudah menjelang sore, tapi Dewa masih belum juga keluar dari ruangannya. Dan aku malah terjebak dalam kebosanan begini. Rasanya aku ingin tidur saja.

Baru saja aku hendak memejamkan mata, Salma mengetuk pintu dan masuk ke kamar Amasha.

Aku memiringkan tubuhku agar bisa melihat Salma.

"kenapa, Sal?" tanyaku.

"saya disuruh sama bapak untuk manggil ibu dan anak-anak, disuruh ke halaman belakang" ujar Salma.

"bapak? Bukannya bapak masih di ruang kerja?" tanyaku.

Salma menggeleng.
"bapak udah keluar setengah jam yang lalu, bu. Sekarang lagi di belakang. Ibu sama anak-anak disuruh kesana"

"oke, deh" kataku sambil bangun.

Aku bangkit dari tempat tidur dan langsung mengajak anak-anak ke halaman belakang sesuai perintah Dewa. Salma juga mengikuti kami.

Di halaman belakang, kulihat Dewa dan beberapa pekerja pria sedang berusaha memasang tenda, pekerja perempuan yang sekamar dengan Salma sedang menyusun banyak sekali makanan di tikar yang terbentang di atas rumput. Beberapa pekerja juga terlihat sedang menyiapkan pemanggang daging dan juga dagingnya.

Amasha dan Adelle menjerit girang sambil berlari masuk ke tenda yang belum selesai dipasang. Sementara Ryu mendekatiku.

"auntie, ini ada acara apa?" tanya nya.

Aku menggeleng.
"auntie juga nggak tau, auntie tanya uncle Dewa dulu, ya?"

Ryu mengangguk.

Aku mendekat ke suamiku.

Dewa menghentikan pekerjaannya saat menyadari keberadaanku.

"kamu lagi ngapain?" tanyaku.

"memasang tenda" sahutnya.

"itu maksudku, ngapain masang tenda? Ini mau ada acara apa?" tanyaku lagi.

"kita camping, sayang. Gimana?" tanya nya.

Aku mengerutkan dahi.

"karena kamu kelihatannya tadi bosan banget saat menemani anak-anak itu, jadi aku berpikir ingin melakukan sesuatu agar kamu nggak bosan lagi. Gimana ide ku?" tanya nya.

"tadi kamu ngintip aku di kamar Amasha?" tanyaku.

"iya, dari cctv kamarnya Amasha" kata Dewa.

Aku mengerjab beberapa kali.
"jadi kamu di ruang kerja cuma buat nontonin cctv kamar anakmu?"

"ya nggak, lah. Sambil mengerjakan beberapa pekerjaan, aku memperhatikan kamar Amasha" jelasnya.

"ya kalau gitu ngapain kamu nyuruh aku buat merhatiin anak-anak? Sementara kamu sendiri aja udah memantau mereka" gerutuku.

Luka ini yang terakhir (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang