Enam Belas

2.3K 182 45
                                    

"pagi bunda" sapa Amasha saat baru tiba di meja makan bersama Salma.

"pagi sayang, tumben bangun tidur nggak jerit-jerit dulu?" tanyaku menggodanya.

"aku kan udah besar" katanya.

Aku terkekeh mendengar jawabannya.

Salma membantu Amasha naik ke kursinya, Salma juga menyiapkan sereal sarapan yang dipilih oleh Amasha. Setelah selesai semuanya Salma kembali ke kamar Amasha untuk menyelesaikan pekerjaannya membenahi kamar anak itu.

"ayah mana bunda?" tanya Amasha sebelum menyendok serealnya.

"ayah tadi dijemput sama tante Rista, ada pekerjaan mendadak katanya" jelasku.

"weekend kok kerja terus" gerutu anak itu.

"kamu kok ngomel? Ayah kan kerja buat kamu juga" kataku.

"aku tuh nggak suka kalau ayah kerja terus, aku kan pengin main sama ayah" ujar Amasha sambil terus melahap makanannya.

"ayah kerja cuma sebentar kok sayang, bahkan tadi pergi nya nggak pakai baju kantor. Cuma pakai kaos sama celana pendek, sebentar lagi juga pulang" aku menenangkan Amasha yang bibirnya semakin maju karena menahan kesal.

Anak itu mendengus sebelum menatapku.
"kalau ayah pulang sama tante Rista nanti aku mau marahin tante Rista. Enak aja weekend ayahku tetep disuruh kerja"

Aku tertawa.
"iya, nanti omelin aja tante Rista" kataku.

Setelah menyelesaikan sarapan, aku tidak segera beranjak dari meja makan. Kuluangkan waktuku untuk mengamati Amasha yang masih asik menyendoki serealnya.

Anakku yang manja ini sudah besar juga ternyata. Padahal rasanya baru kemarin aku melahirkannya.

"bunda" panggil Amasha tiba-tiba.

"kenapa?" tanyaku.

Amasha meletakkan sendoknya, sepertinya dia sudah kenyang. Anak itu meminum air di gelasnya sebelum menatapku.

"om Raja kapan menikahnya?" tanya Amasha.

Aku menaikkan alisku.
"kenapa tiba-tiba nanyain om Raja?" tanyaku heran.

"aku penasaran. Kalau om Raja nggak menikah dan nggak punya anak, artinya aku jadi satu-satunya Adiwinandra yang tersisa dong?" tanya nya polos.

"hus, om Raja akan segera menikah dan punya banyak anak. Nanti kamu bakalan punya banyak adik sepupu kayak anak tante Dewi. Dunia ini nanti dipenuhi sama Adiwinandra kecil yang lucu-lucu" kataku.

"kalau gitu berarti aku Adiwinandra yang paling besar" katanya.

Aku mengangguk.
"tapi kenapa kamu tiba-tiba nanyain soal keturuan dan nama keluarga?"

"kemarin aku habis sharing sama Adelle. Kami membahas sesuatu yang penting" kata Amasha yang tiba-tiba sok dewasa.

Aku terkekeh.
"masalah penting apa itu? Soal korupsi, kolusi dan nepotisme?" candaku.

"enggak lah bunda!" katanya.
"aku membahas soal nama keluarganya Adelle" lanjutnya.

"apa aja yang kalian bahas?" tanyaku antusias.

"kata Adelle gini, karena anak om Azlan sama om Azriel semuanya perempuan, dan anak om Ainesh yang laki-laki cuma Ryu, itu artinya yang di masa depan akan meneruskan nama keluarga mereka cuma Ryu. Nah kalau nantinya aku menikah sama Ryu, itu artinya nama belakangku berubah jadi Albara, kan? Kayak nama bunda yang jadi Adiwinandra. Nah terus kalau aku nanti punya anak, artinya anakku akan jadi Albara dan bukan Adiwinandra. Bener kan bunda?"

Luka ini yang terakhir (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang