“Tubuh yang lelah, baju yang basah karena keringat, suatu saat akan menjadi saksi tentang betapa peduli dan perhatiannya seorang ayah terhadap keluarganya, walaupun tidak banyak waktu yang bisa di luangkan untuk bisa berkumpul dengan keluarganya."
-I will always remember our togetherness, and I love you Papah.
-Alaura Nur Alghana.
🌻🌻🌻
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Assalamu'alaikum wr.wb.
Cerita ini murni dari otak author Safala, no plagiat-plagiat!!!
Warning! Typo bertebaran dimana-mana, tolong di tandai apabila menemukan typo. Terimakasih.
🌻🌻🌻
Seorang gadis tengah dilanda kecemasan hanya karena menunggu kabar dari seseorang yang sedari tadi tak kunjung muncul di notifikasi handphonenya.
Laura, ia kalang kabut. Siapa yang tidak cemas hanya karena menunggu kabar dari orangtuanya yang ia tunggu-tunggu tak kunjung muncul.
Dari bangun tidur siang, hingga malam akan datang, tetapi dirinya tidak mendapatkan satu pesan masuk ataupun telepon panggilan dari kedua orangtuanya.
Kini yang bisa ia lakukan hanya memandang sendu ke arah sebuah objek yang di pasang di tembok kamar kedua orangtuanya. Foto pernikahan Jordan dan Yetta.
Sehabis makan malam bersama Bik Sum dan Pak Supri (satpam rumah), Laura memutuskan ke kamar orang tuanya untuk mengobati rindu yang menyeruak di hatinya, walaupun baru di tinggal beberapa jam, tetapi entah mengapa dirinya tidak bisa jauh-jauh dari Jordan dan Yetta. Mengingat masa lampau yang memutar kembali di otaknya, ia tak mau apabila kejadian itu terulang lagi. Kejadian yang membuat dirinya menangis bersedu-sedu, kejadian membuat dirinya serta sang Mamah hampir saja putus asa untuk melanjutkan hidup. Kejadian yang membuat dirinya hampir saja kehilangan cinta pertamanya.
Biasanya gadis itu makan bersama dengan orang tuanya dan termasuk adiknya, Alvaro. Tetapi kondisi saat ini tidak memungkinkan, dan dia pun harus mengerti, kini pemikiran nya harus sedikit lebih dewasa, kali ini ia mengalah, ia mengerti akan kondisi seperti ini. Kondisi yang tidak bisa dikatakan baik-baik saja, Al, adiknya membutuhkan orangtuanya, dirinya tidak boleh egois. Tidak boleh sama sekali.
Yang sedang dirasakan oleh Laura saat ini bukan perasaan marah, marah terhadap adiknya karena ia terabaikan oleh orangtuanya, bukan. Bukan itu yang sekarang ia rasakan. Tetapi Laura menghawatirkan bagaimana kondisi adiknya sekarang. Apa yang sedang dirasakan oleh adiknya saat ini? Apa adiknya itu baik-baik saja? Atau Al sedang merasakan sakit di sekujur tubuhnya? Ini lah yang sedang Laura rasakan kali ini, cemas, khawatir, kalut, takut, sedih, itu semua teraduk menjadi satu. Sebuah rasa yang tidak bisa digambarkan dengan kata bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spes Beatitudinis [ON GOING]
Teen Fiction[SATU FOLLOW, SATU BINTANG, & SATU KOMENTAR DARI KALIAN PARA PEMBACA, MENJADI ALASAN SAYA UNTUK SEMANGAT MENGETIK.] ⚠️GANTI JUDUL⚠️ "Apa memang benar, bahwa akan selalu ada pelangi setelah badai yang sangat buruk sekalipun?" ••• "Mamah sama Papah be...