18. Spes Beatitudinis.

97 3 0
                                    

18. Berantem.

"Kadang saat lebaran, sering sekali yang muda lebih dulu minta maaf kepada yang lebih tua. Tapi memang apakah yang tua harus lebih dihormati ketika mereka salah?"

-Alaura Nur Alghana

🌻🌻🌻

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Cerita ini murni dari otak author Safala, no plagiat-plagiat!!!

Warning! Typo bertebaran dimana-mana, tolong di tandai apabila menemukan typo. Terimakasih.

 Terimakasih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌻🌻🌻

Sinar matahari memasuki celah-celah jendela yang masih tertutup rapat oleh tirai gorden.

Bagi beberapa orang yang melihatnya dari luar, kamar itu seperti tidak terurus, alias pemiliknya masih tidur.

Berbeda dengan fikiran orang-orang, yang sebenarnya adalah—kamar tersebut sudah bersih dan rapih, pemiliknya pun sudah mandi dan cantik.

Biasanya orang-orang akan selalu membuka tirai gorden kamar mereka agar sinar matahari memasuki kamar, alasannya agar lingkungan kamar ramah lingkungan, untuk kesehatan tubuh, serta membangkitkan semangat pagi.

Namun berbeda yang dilakukan oleh Laura kali ini, pemilik kamar tersebut dengan sengaja tidak membuka tirai gorden kamarnya, alasannya singkat, sinar matahari membuat dirinya lemas tidak berdaya untuk mengawali hari.

Gadis itu sudah rapih sejak sepuluh menit yang lalu, namun dirinya masih mengurung diri di kamar. "Omo! Keluar, nggak, keluar, nggak, keluar—wait, wait, masa iya harus keluar." Laura memandangi jarinya yang seperti sedang berhitung dengan terus bergumam kata keluar atau tidak.

Sudah dari bangun tidur gadis itu selalu bimbang dengan pilihannya hanya sekedar untuk keluar kamar atau tidak.

Kalau keluar kamar, Laura sudah dipastikan akan mendapatkan sesuatu yang membuat dirinya sakit telinga. Kalau tidak keluar kamar, Laura akan menunda-nunda mencari ilmu hari ini, yang tandanya gadis itu akan telat berangkat Sekolah.

Laura menghela nafasnya gusar. "Huft.. Omo-omo! Laura, you harus tenang ngga boleh panik, ini bukan ujian matematika yang dikejar-kejar waktu," gumam gadis itu. Tapi nyatanya hasilnya tetap sama, gadis itu masih tidak bisa diam, gusar, resah, cemas, takut menjadi satu tidak ada ketenangan didalam tubuhnya dan pikirannya.

Laura menutup matanya sejenak, berharap dengan cara itu ia bisa menghilangkan rasa-rasa tegang yang menjalar ditubuhnya, dan rasa itulah yang harus ia hilangkan dari tubuhnya.

Spes Beatitudinis [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang