بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Cerita ini murni dari otak author Safala, no plagiat-plagiat!!!
Warning! Typo bertebaran dimana-mana, tolong di tandai apabila menemukan typo. Terimakasih.
🌻🌻🌻
Laura melepaskan helmnya, mengembalikan helm tersebut kepada pemiliknya—Pak OJOL yang sudah mengantarkannya pulang hari ini, pulang dengan selamat tidak lecet sedikitpun sampai rumah. "Gak ada uang kecil, neng? Saya baru aja—"
"Kembalinya ambil saja buat Bapak."
"Tapi ini kebanyakan loh neng," tolak Pak Ojol itu. Bukannya ingin menolak rejeki tetapi ini sisanya masih terlalu banyak untuk dikembalikan.
Brum-brum. Suara knalpot motor mengalihkan interaksi Laura berserta Pak OJOL. "Ck, ngapain sih, mereka ngintilin sampe rumah," decak Laura melihat dua orang yang sedang melepas helm yang mereka pakai.
Kedua orang tersebut menghampiri Pak OJOL, meninggalkan motor mereka masing-masing. "Totalnya berapa, Pak?" tanya kedua orang tersebut dengan serempak.
Pak Ojol melihat dua remaja laki-laki di depannya secara bergantian. "Sudah di bayar sama neng-nya, Dek."
Seketika tawa Laura pecah, Laura menertawai dua sosok remaja laki-laki yang sudah dewasa di panggil dek oleh Pak Ojol. "Hahaha, badan doang gede, tapi panggilannya masih Dek, berasa anak kecil gak tuh?" Laura memegang perutnya yang terasa sakit akibat tertawa.
Dua remaja menjadi bahan tertawa itu memutar bola matanya malas. "Ketawa aja terosss! Sampe kayang!" Arlan bersedekap dada menatap Laura yang masih dengan tawanya.
"Prik banget lo," balas Laura ketika sudah puas dengan tawanya.
"Berapa, Pak?" Sementara Aksa, tidak mencampuri urusan dua orang yang sedang ribut, dirinya lebih memilih
"Apanya, Dek?" tanya Pak Ojol ketika tidak mengerti dengan pernyataan seseorang di depannya ini.
"Harga untuk penumpang tadi," jawab Aksa.
"Delapan belas ribu rupiah," Aksa mengeluarkan uang sebesar seratus rupiah dari dalam saku celananya.
"Tapi tadi sudah di bayar sama neng-nya, Dek." Pak Ojol melirik uang seratus rupiah yang masih berada di tangannya.
Aksa menaruh uang seratus dari dirinya di atas telapak tangan Pak Ojol tadi. "Buat Bapak."
"Tapi ini kelebihan, Dek. Kembalinya bagaimana?" Pak Ojol tersebut menatap uang dua ratus ribu di tangannya dengan sendu.
"Buat Bapak semuanya, ntar kembaliannya biar saya yang urus."
"Serius, Dek?" tanya Pak Ojol dengan raut muka bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spes Beatitudinis [ON GOING]
Novela Juvenil[SATU FOLLOW, SATU BINTANG, & SATU KOMENTAR DARI KALIAN PARA PEMBACA, MENJADI ALASAN SAYA UNTUK SEMANGAT MENGETIK.] ⚠️GANTI JUDUL⚠️ "Apa memang benar, bahwa akan selalu ada pelangi setelah badai yang sangat buruk sekalipun?" ••• "Mamah sama Papah be...