Chapter 5

3K 410 12
                                    

Haiii Readers, tanpa berlama-lama berikut chapter 5 nyaa yaaa. Happy Reading dan jangan lupa tinggalkan jejak kaliaaan :)

***

Aku berjalan menuju kelas Biologi dengan perasaan sedikit lega dibanding kemarin. Sesampainya dipintu aku menarik napas terlebih dahulu dan mempersiapkan mentalku untuk menghadapi Edward.

'Kau pasti bisa, Al!' batinku yang menyemangati diriku sendiri. Aku melangkah masuk kedalam lab yang belum dipadati murid, hanya ada beberapa murid—termasuk Angela dan Bella yang sedang mengobrol dan menyadari kehadiranku. Angela tersenyum padaku tidak seperti gadis disebelahnya itu yang bersikap cuek. Aku membalas senyumnya.

Aku melihat ke arah tempat dudukku kemarin dan Edward Cullen belum berada disana. Aku menghembuskan napas lega dan pergi ke kursiku. Aku memandang ke arah jendela yang saat ini diluar hujan cukup deras. Aku terhanyut dalam pikiranku sendiri sambil menikmati suara rintikan hujan yang menenangkan kegelisahanku.Tanpa kusadari kursi disebelahku bergeser sedikit dan seseorang sudah menempati kursi kosong disebelahku itu.

" Halo." Kudengar suara merdu dan tenang yang pernah kudengar sebelumnya. Aku menoleh dan terkejut mendapati Edward yang sudah duduk disampingku. Aku pasti terlalu fokus melamun sehingga tidak menyadari kehadirannya. Air hujan menetes dari rambutnya, sedikit berantakan. Aku tak bisa menampik bahwa Edward Cullen begitu mempesona dengan senyum tipis dibibirnya.

" Maaf aku belum sempat memperkenalkan diri kemarin, namaku Edward Cullen." Lanjutnya. Aku mengangguk kecil sebelum akhirnya memperkenalkan diriku. " Namaku—"

" Alyssa Swan." Sambungnya yang membuatku tersipu mendengarnya menyebutkan nama lengkapku, bahkan sebelumnya Ia sudah sempat memanggilku dengan sebutan—Ali.

" Bagaimana kau tahu namaku?"tanyaku penasaran dengan sebelah alisku yang terangkat.

Ia tertawa lembut yang belum pernah kulihat sebelumnya. " Ah..aku rasa semua orang pasti tahu namamu. Seluruh kota sudah menantikan kedatanganmu dan kembaranmu, Isabella Swan." Jawabnya sambil memandang ke arah Bella yang masih mengobrol dengan Angela. Seperti menyadari bahwa kami sedang membicarakan dan memandang ke arah Bella, gadis tersebut refleks mendongak membuat Ia sempat bertatap mata dengan Edward. Aku memalingkan wajahku dengan segera membiarkan momen mata antara Edward dan Bella. Dari awal memang seharusnya sudah seperti itu. Pikirku. Untungnya Mr Banner memulai pelajaran saat itu mencegah aku untuk berpikir terlalu jauh hal-hal yang tidak penting.

Mr Banner menjelaskan pada kami mengenai kegiatan yang akan dilakukan hari—bersama partner masing-masing harus memisahkan slide akar bawang merah dengan tahapan mitosis yang direpresentasikan dan diberi label sesuai identitas mereka masing-masing selama 30 menit. Berkat partnerku yang luar biasa—Edward, tentunya kami dapat menyelesaikan duluan dan masih memiliki banyak waktu yang tersisa. Aku terdiam dikursiku sambil memandang ke jendela yang masih basah dengan rintikan hujan.

" Apa kau begitu menyukai hujan?" suara merdu Edward membuatku mendongak dan Ia sedang menatapku dengan ekspresi penuh tanya." Saat diawal juga tadi aku melihat kau terus memandangi jendela itu." Sambungnya lagi yang membuatku kembali tersipu malu.

Aku mengangguk kecil sambil kembali memandang kembali ke arah jendela. " Hujan itu romantis." Jawabku.

"—Ia akan selalu kembali meskipun telah jatuh berulang kali seolah tidak peduli dengan rasa sakit yang dia rasakan." Jawabku sambil tersenyum muram seolah lupa dengan keberadaan Edward disampingku yang masih terus memperhatikanku. " Sangat menyenangkan menjadi hujan, bukan? Kita tidak perlu merasakan sakit dan akan terus bangkit kembali?"ujarku yang kali ini memandang Edward yang menatapku dengan tatapan yang sulit ku artikan. Aku tak bisa dan tidak boleh membayangkan lebih jauh lagi. Kami saling beradu pandang dalam diam selama beberapa detik dan membuat pipiku terasa panas.

" Aku menyukai lensa kontakmu." Ujarku berusaha memecah keheningan diantara kami. Ia nampak bingung sesaat " Terakhir kali aku melihatnya berwarna hitam pekat." Lanjutku.

Ia mengangkat bahu dan segera memalingkan wajahnya. Posisi duduknya menjadi kaku dan tangannya mengepal. Aku tahu dengan cara begitu Edward tidak akan mengajakku berbicara lagi. Edward seolah memiliki daya tarik yang kuat seperti magnet. Semakin kuat melawan maka sebesar itu juga kekuatan tariknya.

Aku merasa lega ketika bel pulang sekolah berbunyi, Mr banner segera mengakhiri kelas untuk hari ini. Edward langsung meninggalkan kelas tanpa mengucapkan selamat tinggal padaku—dan itu membuatku sedikit ada perasaan kecewa. Cepat-cepat aku membuang rasa kecewa itu jauh-jauh dan segera beranjak pergi dari kelas.

Aku memilih untuk berputar-putar didalam gedung dulu sebelum pergi ke truk kami. Aku tau Bella masih sibuk mengobrol dengan teman-teman barunya itu dan aku sedang tidak ingin menunggunya sendirian di truk dan menjadi perhatian keluarga Cullen.

Hujan masih tersisa rintik-rintik ketika aku berjalan menuju lapangan parkir. Aku melihat Bella yang sedang berdiri disamping truk sambil membuka jaketnya dan saat itu juga aku menangkap sosok pucat yang sedang bersender didepan mobil Volvo miliknya yang berada diseberang truk kami. Seolah menyadari keberadaanku matanya kini menatapku. Tiba-tiba terdengar suara decitan keras yang mengalihkan perhatianku pada sebuah mobil van berwarna biru yang melaju kencang tak terkendali ke arah Bella. Nafasku tercekat dan tubuhku gemetar hebat. Saat itu juga duniaku seolah berhenti.

" Bells!!!" teriakku dari tempatku berdiri dan berusaha untuk menyelamatkannya. Namun belum sempat aku menolongnya aku melihat Edward Cullen berlari dengan sangat cepat bahkan nyaris tak terlihat, menerjang van biru itu agar tidak mengenai Bella. Sepasang tangan pucat milik Edward berhasil melindungi Bella.

Aku menghela nafas lega dan tubuhku terasa begitu lemas yang membuatku sedikit sempoyongan, namun tangan seseorang berhasil membantuku untuk tetap berdiri. Aku menoleh melihat Alice memegangiku—dan disampingnya berdiri laki-laki yang seingatku bernama Jasper. " Kau tidak apa-apa, Al?" ia memandangku khawatir

"I-I'm fine. Thank you Alice."ujarku pada Alice sebelum berlari kearah Bella untuk memastikan keadaannya. Bella terlihat baik-baik saja hanya masih terkejut dan beberapa orang mulai berkumpul mengelilinginya.

Aku tidak ingat sejak kapan air mata sudah membasahi pipiku. Aku segera menerobos kerumunan dan segera memeluk Bella. " A-aku pikir aku akan kehilanganmu, Bells.." ujarku dengan lirih sambil terisak pelan.

" I'm fine, Al.. " ujar Bella yang membalas pelukanku dan ia menepuk-nepuk punggungku pelan. " Mungkin ini hukumanku karena sudah bersikap jahat padamu hari ini." Ia terkekeh kecil membuatku tertawa pelan dengan air mata yang masih mengalir.

" Kau benar-benar kembaranku yang jahat sekali Bells.."tukasku.

tbc

***

Penasaran engga gimana cerita selanjutnyaa? Maaf yaa kalau ceritanya gaje hihihi aku sudah berusaha semaksimal mungkin.. aku harap kalian mau memberikan vote dan komen untuk membuat aku semakin semangat buat updatee terima kasihhh 

xoxo

Becoming Bella's Twin SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang